067

80 6 0
                                    

Alif menarik nafasnya panjang, dengan tangannya yang berjabatan dengan tangan penghulu. Sementara aku menatapnya dengan tatapanku yang masih tak mempercayai bahwa kami akan segera menjadi pasangan suami istri.

Jantungku rasanya benar-benar berdetak dengan sangat cepa, bahkan mungkin akan copot karena aku tak bisa menyembunyikan rasa bahagia dan juga haru ku disaat yang bersamaan.

Ku tundukkan kepalaku, memainkan cincin pertunangan pemberian Alif yang baru beberapa menit lalu ku pakai, dan senyum mulai terukir di wajahku.

Dan perlahan tangan nenek yang memang berada di sampingku mulai meraih tanganku lalu menggenggamnya seolah ia pun juga ikut merasakan apa yang kurasakan.

Penghulu mulai mengucapkan kalimat ijab, tepat di saat itu jantungku berdetak semakin kencang. Apa Alif juga merasakan hal yang sama denganku? Pikirku tak bisa membendung kebahagiaanku. Kebahagiaan yang tak akan pernah bisa ku gambarkan lewat kata-kata apapun.

Namun suasana menjadi sangat hening. Sontak aku menatap Alif yang hanya diam sembari menundukkan kepalanya.

Ada apa? Apa ada masalah? Kenapa Alif tak kunjung mengucapkan kalimat kabul? tak mungkin ia akan membatalkan ijab kabul kami kali ini. Pikirku mulai khawatir.

Namun tiba-tiba saja pandangan kami bertemu, dan dengan cepat Alif menatap penghulu itu mengalihkan pandangannya dariku.

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." Ucap Alif dengan satu tarikan nafasnya lengkap dengan wajahnya yang terlihat sangat tegang.

"Alhamdulillah..." Ucap semua orang merasa lega dengan senyum yang merekah, termasuk juga dengan diriku.

Rasanya aku bisa bernafas lega sekarang.

Ummi Rifa yang berada tak jauh dariku segera bergegas menghampiriku. Memberitahuku agar aku segera menghampiri dan mencium punggung tangan Alif yang kini sudah sah menjadi suamiku.

Aku pun menganggukkan kepalaku mengerti, namun entah mengapa aku merasa sangat malu sekarang.

Ummi Rifa pun hanya tersenyum menatapku, seolah tahu apa yang ku rasakan saat ini."Alhamdulillah, pengantin baru." Bisik Ummi Rifa semakin membuat pipiku memerah karena malu.

Ku langkahkan kakiku perlahan, dengan Ummi Rifa yang masih menuntunku di sebelah kananku.

Dan kini, aku berada tepat di hadapan Alif. Ku tatap netranya lekat dengan kedua pipiku yang memerah menyembunyikan rasa maluku padanya.

Sementara Ummi Rifa mulai meminta Alif untuk segera menyodorkan tangannya padaku.

Alif yang kini masih menatapku lekat pun mulai menyodorkan tangannya gugup. Bahkan sesekali ia menarik tangannya dan mengulurkannya lagi seolah ia ragu pada apa yang saat ini ia lakukan.

"Nggak apa-apa, udah sah." Celetuk Abi yang tersenyum lebar di sana.

Mendengar hal itu Alif hanya tersenyum demgan senyum malu-malu nya.

Apa-apaan ini, kenapa rasanya aku jadi ikut grogi sama sepertinya? Padahal biasanya aku tak seperti ini.

Ia menghela nafasnya sesaat dan kembali menatapku dalam-dalam sembari mengulurkan tangannya padaku.

Aku pun tersenyum menatapnya dan meraih tangannya yang terasa sangat dingin lalu segera mencium punggung tangannya yang tak berhenti bergetar.

Entah mengapa aku menjadi semakin senang mengetahui ia sama groginya denganku.

Dan, tepat setelah aku mencium punggung tangannya, Alif mulai meraih kepalaku dengan sangat lembut, memejamkan mata dan mengucapkan beberapa doa yang aku masih belum mengerti doa apa itu. Hanya saja aku yakin doa itu doa terbaik untukku, untuknya, dan untuk pernikahan kami.

Tepat setelah itu ia menatap netraku dalam-dalam dengan matanya yang terlihat berkaca-kaca menahan air matanya. Lalu tanpa aba-aba ia mengecup keningku sekali.

Aku yang masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi hanya bisa diam membeku sembari memandangnya.

Apa ini sungguhan?
Alif menciumku?
Alif?
Menciumku?

"Nah... Sekarang kalian berdua tandatangan dulu di sini." Ucap salah seorang yang tadi datang bersama pak Penghulu.

Tentu aku dan Alif jadi salah tingkah sendiri dan segera kembali untuk menandatangani surat nikah kami.

Aku dan Alif sebenarnya tak tahu kalau hari ini kami bisa benar-benar resmi menjadi sepasang suami istri, terlebih sah secara agama dan juga negara.

Hal itu karena aku dan Alif bahkan tak tahu kalau Nenekku beserta dengan Ummi Rifa dan Abi sudah menyiapkan dokumen-dokumen untuk mengajukannya di KUA.

Meskipun aku sendiri juga sudah melakukan beberapa cek kesehatan beberapa hari lalu, tapi aku benar-benar tak tahu kalau mereka sudah menyiapkan hal ini.

"Nahh... Kalau udah, sekarang kita foto-foto dulu ya..." Sahut nenekku dengan senyumnya yang merekah.

Aku pun menganggukkan kepalaku, begitupun dengan Alif yang kini mulai meraih tanganku perlahan.

Jujur rasanya masih sangat deg-degan bisa berpegangan tangan dengannya seperti saat ini. Entah mengapa aku semakin malu-malu ketika kami sudah sah menjadi pasangan suami istri.

Rasanya seperti kembali ke masa-masa awal diriku mengenal cinta dulu, meskipun tak sepenuhnya sama, karena saat ini aku tahu dengan sangat pasti, bahwa cinta laki-laki yang menggenggam erat tanganku saat ini benar-benar tulus padaku.

Tanpa ku sadari aku menatapnya lekat dengan senyumku yang bahkan bisa menggambarkan betapa bahagianya diriku saat ini.

"Pengantin wanitanya hadap kamera dulu ya! Nanti lagi ngeliat suaminya, waktu kalian sama-sama masih lama soalnya, seumur hidup. sekarang foto dulu karena fotografer nya cuma dibooking sampai acaranya selesai." Celetuk fotografer itu yang sebenarnya hanya bergurau meskipun memang itu kenyataannya,

Namun tetap saja perkataannya itu membuatku merasa sangat malu. Lagian bisa-bisanya aku sampai tak sadar terus menatap suamiku seperti itu.

Sementara yang lainnya malah menertawakan hal ini, berbeda dengan Alif, ia hanya tersenyum menatapku dan menggenggam tanganku semakin erat seolah ia tak akan meninggalkanku dan akan selalu ada bersamaku.

Suamiku.
Dia adalah suamiku.

.

.

.

.

.

.

.

Haii Reader's ❤️

Gimana kabarnya?
Maap yaa udah luamaa nggak up😭
Lagi suibukkkk sama kegiatan di kampus soalnya... Harap maklum yaaa😌

Insyaallah selama liburan ini Amiw akan nyempetin buat up cerita ini selonggar waktu Amiw di rumah, karena yaa di rumah juga masih banyak kerjaan yaa...

Sekian dulu kata-kata berlian Amiw hari inii...

Stay tune and
Happy Reading ❤️

.

.

.

.

.

Cinta kalian banyakbanyakkkk❤️❤️❤️

Takdir TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang