032

312 25 13
                                    

Alif terlihat bergegas turun dan terburu-buru menghampiriku. Tentu semua mata tertuju padaku saat ini, bahkan ada beberapa orang yang menambil foto dan video saat Alif tiba-tiba turun panggung.

"Ada apa ini?" Tanya Alif tegas pada ke tiga wanita di hadapanku.

"Maaf atas ketidak nyamanannya gus, ini hanya masalah kecil dan kami akan segera menyelesaikannya. Gus bisa kembali ke atas panggung lagi dan melanjutkan acara." Jelas wanita yang tadi menarik tanganku dengan senyum ramah di wajahnya.

"Masalah?" Gumam Alif yang masih bisa kami dengar.

"Kamu membuat masalah apa?" Lanjutnya bertanya padaku dan spontan aku pun menggelengkan kepalaku karena memang bukan aku yang membuat masalah.

"Beliau bukan termasuk dalam daftar anggota majlis ini, dan beliau bersikeras jika beliau ini datang bersama dengan Gus Alif. Sudah banyak kasus seperti ini dan berakhir dengan keributan karena ingin bertemu dengan gus atau ustadz yang mengisi acara, karena itu saat ini kami sedang berusaha untuk mengurusnya." Sahut wanita itu lagi.

Spontan Alif menatapku dalam. "Tapi dia memang datang bersama saya." Ucap Alif yang langsung membuat ke tiaga wanita itu membelalakkan mata mereka seakan tak percaya dengan apa yang mereka dengar.

Beberapa panitia lain datang, termasuk pemuda yang tadi memandu Alif untuk ke atas pangung. Tanpa basa-basi pemuda itu bertanya apa yang saat ini sedang terjadi. Dan dengan cekatan ia menjelaskan jika aku memang datang bersama dengan Alif.

Dengan cepat masalah pun terselesaikan dan aku di persilahkan untuk kembali duduk ke tempatku semula. Dan sebagai permintaan maaf, mereka memberikanku berbagai jenis camilan dan juga minuman, serta aku di izinkan untuk datang kapanpun ke acara majlis ta'lim ini kedepannya.


*****


Aku melepas helm di kepalaku, sekarang aku sudah muai bisa melepas pengait helm ku sendiri, tidak seperti dulu yang mengharuskanku meminta bantuan saat melepas helm.

Kami segera berjalan memasuki cafe yang ada di hadapan kami. Benar, Cafe. Karena sudah terlalu larut Polisi itu menghubungi Alif dan meminta kami untuk bertemu di Cafe yang berada tak jauh dari kantor polisi.

Alif mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru Cafe, mencari polisi itu yang sudah cukup lama menunggu kami.

"Oh, di sana!" Ucap Alif sembari menunjuk ke salah satu meja yang berada di ujung.

Aku memincingkan mataku dan mengamati lelaki yang duduk di sana dengan seksama, ternyata memang benar polisi itu ada di sana, tanpa basa-basi lagi kami segera melangkahkan kaki kami mendekati polisi itu.

"Assalamualaikum." Salam Alif dan langsung menyeretkan kursi di hadapannya untukku.

"Waalaikumussalam." Jawab polisi itu dengan senyum cerah di wajahnya.

berbeda denganku yang saat ini terheran-heran melihat Alif yang tiba-tiba menyeretkan kursi ini untukku. "Duduk." Titah Alif padaku lirih.

Tanpa pikir panjang lagi akupun segera duduk sementara Alif langsung pergi untuk memesan minuman.

"Jadi, bisa saya mulai ya?" Tanya polisi itu yang langsung ku jawab dengan sebuah anggukan kepala.

"Dari penyelidikan lanjutan yang sudah tim kami lakukan, kami menemukan beberapa kejanggalan pada mesin mobil. Dan seperti dugaan awal, kecelakaan ini terjadi karena rem mobil yang tidak berfungsi dengan baik."

"Serta dari analisis yang sudah kami lakukan, terdapat kerusakan yang di sengaja pada beberapa bagian mesin mbil, terutama pada rem mobil tersebut," Tambahnya yang semakin membuat tubuhku bergetar.

Tenyata memang benar dugaanku selama ini, tapi siapa yang dengan tega melakukan itu semua pada orangtuaku? Apa benar plakunya adalah salah satu dari keuarga besarku?


*****


Aku menghela nafasku yang terasa berat, rasanya aku ingin menangis tapi aku tak ingin terlihat cengeng di depan Alif. Aku terus melankahkan kakiku keuar dari Cafe ini, begitupun dengan Alif yang hanya diam mengikutiku.

"Mau jalan-jalan dulu?" Tanya Alif yang kini sudah berjalan di sampingku.

Aku menganggukkan kepalaku, mungkin dengan berjalan-jalan suasana hatiku bisa menjadi lebih tenang.

Setelah dua puluh menit menempuh perjalanan dari Cafe tadi sekarang kami sudah sampai di salah satu taman yang masih cukup ramai pengunjung.

Kami berjalan menyusuri taman ini tanpa sepatah kata. Aku membiarkan dinginnya angin menembus masuk menyapa tubuhku.

Di saat seperti ini tiba-tiba aku tersadar jika sekarang aku sendirian, sendirian di dunia yang kejam ini. Aku benar-benar merindukan ke dua orang tuaku, meskipun dulu kami sangat jarang bertemu, setidaknya kami masih bisa bertemu. Tidak seperti sekarang,

Aku bahkan tak memiliki rumah untuk pulang.

"Sesekali menangis itu bukan sebuah dosa besar."

Spontan akupun menghentikan langkahku dan menatap ke dua netra Alif dalam. Air mata yang sudah susah payah aku tahan mengalir dengan derasnya begitu kaimat itu keluar dari mulut Alif.

Aku memukul dadanya beberapa kali dan ia hanya diam menerimanya, ia membiarkanku meluapkan rasa kesal,kecewa, marah, dan sepi yang selama ini aku pendam. Ia membiarkanku melakukan itu semua dan tanpa aku sadari aku menangis dalam pelukannya, aku membiarkannya melihat sosokku yan sangat kacau padanya.

Takdir TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang