039

268 26 10
                                    

Sudah hampir satu bulan aku menjadi santriwati di pondok pesantren ini, beberapa administrasi sudah aku selesaikan sejak awal aku kembali ke sini meskipun awalnya ummi Rifa melarangku untuk melakukannya dan memintaku untuk mengangap tempat ini sebagai rumahku sendiri, tapi tetap saja aku merasa tak enak dan tetap membayarkannya pada bagian administrasi.

"Mina!" Pekik Ratna memanggilku dari kejauhan. Akupun menoleh dan tetap menunggunya sampai ia mendekatiku.

"Kenapa?" Tanyaku penasaran terlebih setelah aku melihat ekspresinya yang terlihat seperti ia sudah melihat sesuatu yang buruk.

"Gawat!" Ucapnya terlihat tak main-main. akupun semakin penasaran, namun bukannya menjawab pertanyaanku ia justru langsung menarik tanganku dan mengajakku ke suatu tempat.

Rumah Alif.

Benar, ia mengajakku ke rumah Alif.

Ia memintaku untuk bersembunyi di balik pohon mangga yang tertanam di samping teras rumah Alif, pohonnya masih belum terlalu tinggi namun cukup jika untuk bersembunyi karena dahan dan daunnya yang lebat.

Ternyata tak hanya ada aku dan Ratna, melainkan Warda pun sudah bersembunyi di sini. Entah sudah sejak kapan ia bersembunyi di sini, yang jelas tingkah mereka berdua sama-sama terlihat aneh.

"Kenapa sembunyi?" Tanyaku lirih karena aku belum bisa memahami situasi mengapa mereka berdua mengajakku untuk bersembunyi.

"Husstttt,,, lihat ke sana!" Jawab Warda sembari menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya dan satunya lagi menunjuk ke segerombolan orang yang berada di teras rumah Alif yang terlihat akan segera masuk ke dalam rumahnya.

Akupun memincingkan mataku, mengamati dengan seksama orang-orang yan masih berdiri di sana, "Mereka siapa? Saudaranya abi? atau saudaranya ummi?" Tanyaku tanpa pikir panjang.

"Calon besan Abi Ummi." Jawab Ratna mewakili dengan suaranya yang semakin lirih.

"Calon besan?" Beoku mengikuti perkataannya.

"Iya."

Aku kembali memusatkan pandanganku pada mereka, terlihat Abi dan Ummi menyambut kedatangan mereka dengan sangat hangat, begitupun dengan Alif yang terlhat menyambut mereka di depan sana.

"Gus Alif mau dijodohin!" Sahut Warda dengan ekspresinya yang terlihat kesal.

"Dijodohin?" Gumamku lirih dengan rasa tak prcaya, apa benar Alif akan dijodohkan? dengan siapa? padahal baru satu minggu yang lalu videoku daan Alif saat bersama di majlis ta'lim tersebar. Apa ini yang ia maksud dengan ia memiliki caranya sendiri untuk mengatasi desas-desus itu?

Tanpa pikir panjang aku keluar dari tempat persembunyianku dan segera melengang kembali menuju kamarku.

Entah mengapa di sepanjang perjalanan aku merasa sangat kesal, "Apa Alif nggak bisa cari cara lain? Kenapa harus dengan cara menikah?" Gerutuku dalam hati.

"Ehh,,Ehhh,,, udah denger belum? Katanya gus Alif sebentar lagi mau menikah!" Teriak Ulfa, salah seorang santriwati yang kebetulan tadi memang berada di dekat rumah Alif.

Mendengar hal itu sontak beberapa Santriwati lainnya yang sedang duduk-duduk sembari berusaha menghafal ayat-ayat Al-Quran pun bergegas lari menghampri Ulfa yang terlihat terengah.

Mereka terlihat kecewa begitu mendengar cerita dari Ulfa yang mengatakan ada rombongan calon istri Alif yang datang untuk mengkonfirmasi lamaran yang sudah dibuat oleh Abi Umar. Beberapa dari mereka bahkan ada yang langsung berlari menuju kediaman Alif untuk membuktikan kebenaran secara lansung.

Sementara itu aku hanya bisa menghela nafas beratku dan terus melanjutkan langkahku, toh ini adalah cara yang Alif pilih sendiri, memangnya aku bisa apa?

"Mina!" Pangil seseorag dari arah belakangku, sontak akupun menoleh dan mengamatinya dengan seksama, ternyata Warda dan Ratna datang mengejarku.

Dengan nafas yang terengah mereka berhenti dan berjongkok tepat di hadapanku, sementara itu terdapat beberapa santriwati yang melihat ke arah kami dengan sinis, entah apa yang mereka pikirkan, aku benar-benar sudah tidak perduli.

"Gus Alif! Hahhh,,, itu,,, ke sana,,," Ucap Warda terengah-engah sehingga membuatku tak paham dengan apa yang ia katakan.

"Di cariin Gus Alif!" Sambungnya yang langsung diangguki oleh Ratna.

"Siapa?" Tanyaku masih tak mengerti.

"Kamu!" Sahut Ratna yang langsung menarikku kembali ke rumah alif.

"Aku?" Tanyaku lagi dengan ekspresiku yang trlihat benar-benar tak percaya dengan apa yang mereka berdua katakan.

"Iya Aminah Humairah!" Pekik mereka berdua kompak.

Takdir TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang