025

362 23 10
                                    

Aku menutup pintu kamar kami perlahan dan kembali berjalan menuju ranjangku dengan perasaan yang bercampur aduk dan berbagai pertanyaan yang terus berkecamuk di kepalaku namun aku tak memiliki keberanian untuk mengatakannya.

Aku meletakkan paperbag dan kotak yang aku bawa ke dalam lemari pakaianku. Aku tak berani membukanya sementara Ratna dan Warda terus saja mengacuhkanku.

Aku mendudukkan diriku di atas ranjangku. Aku menatap mereka berdua yang sepertinya bahkan tak ingin melihatku.

Padahal aku sangat merindukan mereka dan ingin memeluk mereka se erat mungkin. Tapi aku tahu, akulah yang bersalah dalam hal ini, dan merekapun tak salah jika mereka bersikap seperti ini padaku.

Aku menghela nafasku dan membaringkan tubuhku. Menatap jam dinding yang kini menunjukkan pukul 21.06 WIB.

Ternyata tadi aku cukup lama berada di rumah Alif.

Ummi Rifa dan Husna mengajariku berbagai hal, seperti cara berwudhu, shalat lima waktu, serta batasan aurat laki-laki dan wanita padaku.

Tak hanya itu, kini aku sudah mengerti arti dari assalamualaikum, Alhamdulillah, Allahuakbar, masyaallah, astaghfirullah, dan subhanallah.

Oh ya, dan jika ada yang mengucap salam kita harus membalasnya dengan waalaikumussalam, yang memiliki arti Semoga keselamatan terlimpah juga kepada kalian.

Tanpa pikir panjang lagi aku memejamkan mataku. Meski rasanya sedikit ada yang mengganjal di hatiku. Namun aku harus cepat-cepat tidur karena besok aku harus bangun pagi-pagi sekali untuk shalat subuh berjamaah. Ya, shalat subuh pertamaku.

*****

"Kamu suka sama Mina?" Tanya Ummi Rifa.

Sontak Alif menundukkan kepalanya dan menggeleng perlahan. "Bukan seperti itu ummi." Jawab Alif lirih.

Ummi Rifa tersenyum dan meraih tangan Alif yang terasa dingin. "Alif,," panggil Ummi Rifa lembut.

"Nggak ada salahnya membuka hati kamu lagi." Lanjutnya.

"Ummi tahu kamu pernah tersakiti, tapi tidak semua wanita itu sama. Buka sedikit hati kamu. Jangan sekali-kali kamu membohongi hati kamu."

"Ummi akan selalu mendukung apapun keputusan kamu. Ummi juga tidak keberatan jika nanti kamu memilih Mina." Sambung ummi Rifa.

Alif pun hanya bisa menganggukkan kepalanya perlahan. Ia tahu ia tak akan bisa menutup hatinya selamanya.

Namun ia masih belum siap untuk sakit yang ke dua kalinya.

Dua tahun lalu Alif sempat hampir menikah. Dengan putri salah satu sahabat Abinya.

Bahkan bisa di bilang sejak pertama kali bertemu Alif sudah jatuh cinta pada wanita itu.

Wanita itu bernama Khadeejah. Wanita yang dengan berani membawa lelaki lain ke altar pernikahannya sendiri.

Tentu semua orang tercengang melihat Khadeejah melakukan hal itu.

Khadeejah yang dikenal dengan sifat-sifatnya yang lemah lembut dan sopan santun pada siapapun. Tentu tak ada orang yang akan menyangka akan terjadi hal tersebut.

Begitupun dengan Alif. Ia harus merelakan cinta pertamanya.

"Maaf, mungkin kita memang tidak di takdirkan untuk bersama. Dan, semoga kamu bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dariku."

Itu kalimat terakhir yang ia dengar dari mulut Khadeejah dan akan selalu ia ingat sampai kapanpun.

"Oh iya nak, besok Ummi mau ajak Mina jalan-jalan ke pasar. Tolong kamu sampein ke Mina ya besok pagi-pagi!" Ujar Ummi Rifa yang sontak saja membuyarkan lamunan Alif.

Alif pun menganggukkan kepalanya dan segera beranjak dari duduknya, tak lupa juga ia mencium punggung tangan dan memeluk umminya.

"Doain Alif ya ummi, semoga Alif bisa menerima setiap takdir yang Allah berikan dengan hati yang lapang." Ucap Alif lirih.

Ummi Rifa tentu menganggukkan kepalanya dan mencium kening putranya yang selalu terlihat masih kecil di matanya.

"Ummi akan selalu doain kamu." Jawab Ummi Rifa dengan senyum yang terpancar di wajahnya.

Tok,,,tok,,,tok,,,

"Assalamualaikum." Salam yang terdengar bersamaan dengan suara ketukan pintu dari arah luar.

Tanpa basa-basi Alif segera melangkahkan kakinya menuju pintu depan dan membukanya perlahan.

"Waalaikumussalam." Jawab Alif lirih yang kini terdiam menatap sosok lelaki yang sedang tersenyum sembari melambaikan tangan padanya.

"What's up broo!!" Timpa lelaki itu yang tanpa aba-aba memukul lengan Alif lalu masuk begitu saja melewati Alif yang sampai saat ini masih terdiam seakan tak percaya ia barusan melihat sosok yang sangat ia hindari selama hidupnya.

"Ummi!!!! Anak kesayanganmu datang!!!" Teriak lelaki itu girang dan langsung memeluk ummi Rifa.

"Ozzi?" Gumam Ummi Rifa setelah pemuda di hadapannya ini melepaskan pelukannya.

"Yups! Im Ozzi!" Sahutnya antusias.

Takdir TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang