036

312 21 13
                                    

Aku kembali merebut ponsel Alif dari tangan Warda, ku perhatikan dengan seksama, memang benar jika itu videoku bersama dengan Alif, Video yang diambil secara diam-diam saat aku dan Alif kembali setelah menyelesaikan kesalahpahaman di majlis ta'lim kemarin.

Tapi bagaimana mungkin mereka mengira aku adalah calon istrinya? Apa mereka tidak waras? Darimana mereka mendapatkan ide dan menyimpulkan hal konyol seperti itu? benar-benar diluar perkiraan BMKG.

"Ini kamu sama Gus Alif kan Mina?" Tanya Warda yang membuatku tersentak saat itu juga. Ku anggukkan kepalaku meskipun rasanya sedikit berat, toh tak bisa ku pungkiri jika itu adalah Video ku dan Alif saat berada di majlis ta'lim kemarin malam.

"Iya, tapi gimana kamu bisa tahu kalau ada yang upload video ginian?" Tanyaku balik karena akupun penasaran bagaimana Warda bisa mengetahui video seperti ini sementara di pondok pesantren ini dilarang untuk membawa ponsel, meskipun ada beberapa santi yang diperbolehkan untuk membawa laptop karena kepentingan kuliah tapi laptop itu pun harus di titipkan kepada pengurus pondok di perpustakaan, jadi bagaimana bisa Warda mengetahuinya?

"Tadi waktu di perpus aku diem-diem buka tok-tok hehehe,,," Bisiknya yang sontak saja membuatku tersenyum kecut.

"Nggak usah bisik-bisik, saya juga udah tahu kok." Sahut alif yang membuat warda cengar-cengir salah tingkah.

Aku mulai membaca beberapa komentar, banyak sekali yang mengatakan jika aku  terlihat tidak pantas berada di samping Alif, ada juga yang menuliskan jika mereka patah hati begitu melihat Alif memberiku sebotol air mineral dalam potongan Video itu, bahkan ada juga yang menuliskan ucapan agar aku dan Alif bisa menjadi pasangan sakinah mawadah warahmah, entah apa artinya itu aku tak tahu. Yang jelas saat ini aku merasa sedikit kesal.

Bisa-bisanya mereka menyimpulkan opini dengan sepotong video yang bahkan tak memiliki arti seperti itu.

Alif memang lumayan terkenal di kalangan remaja-remaja hijrah, Alif seringkali mengisi majlis ta'lim, bahkan belakangan ini Alif mulai melakukan dakwah melalui media online dan ia mendapatkan respon baik dengan viralnya beberapa video yang ia unggah, jadi tak heran jika banyak orang yang mengaguminya, bahkan yang diam-diam mengambil foto ataupun videonya seperti kemarin.

"Sudah jangan dibaca lagi." Ujar Alif sembari merebut ponselnya dari tanganku.

"Kenapa?"

Alif menghela nafasnya, mematikan ponselnya lalu segera memasukkan ponselnya itu kembali ke dalam sakunya. "Pasti banyak kata-kata yang kurang berguna dan hanya akan menyakiti hati kita jika terus membacanya. Jadi lebih baik tidak usah dibaca daripada sakit hati." Jawab Alif lembut.

"Kita?" Gumam Warda yang tentu saja masih bersama kami, Tanpa aba-aba Warda menyeringai dan berbisik kepadaku. "Kayaknya yang ditulis di postingan akun mbak-mbak tadi bener deh Na." Bisiknya yang langsung membuat sekujur tubuhku merinding, apa yang dikatakannya? apa ia juga sama tidak warasnya seperti orang-orang itu? Benar-benar tak masuk akal.

"Sudah-sudah, sebaiknya kalian segera kembali sebelum semakin larut, tak baik jika kalian berdua berada di sini selarut ini." titah alif yang langsung diangguki Warda, berbeda denganku yang terus menatapnya lekat.

"Terus itu videonya gimana? apa perlu buat klarifikasi?" Tanyaku cemas, aku cemas bukan tanpa alasan, melainkan karena khawatir akan nama dan pamor Alif yang perlahan sudah mulai naik.

Tentu beberapa orang mungkin setuju jika Alif sudah menemukan pasangannya, namun tak sedikit penggemarnya yang menurutku terlalu fanatik sampai menulis komentar jika mereka akan sangat patah hati dan berhenti mengikuti dakwah aif di media sosal jika sampai Alif menikah.

Toh bukannya seseorang memiliki hak nya untuk menentukan pasangan dan menikah? Publik figur pun memiliki kehidupannya sendiri kan? Namun yaa,, siapapun publik figurnya mereka pasti memiliki penggemar yang terlalu fanatik seperti itu.

Takdir TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang