045

282 23 8
                                    

"Menikah?" Pekikku tanpa ku sadari,

Alif lagi-lagi menganggukkan kepalanya lalu merogoh saku celananya, ia mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah, dan kurasa aku tahu kotak apa itu.

"Saya benar-benar serius untuk meminang kamu Mina, saya siap untuk bertemu dan meminta izin pada keluarga besarmu. Saya tidak akan lelah untuk mengatakan ini, menikahlah dengan saya!" Ucapnya sembari membuka kotak itu dan memberikannya padaku, benar cincin, sebuah cincin yang sangat indah, namun aku tidak pantas untuk menerimanya.

"Menikahlah dengan saya Mina!" Ucap Alif lagi yang memenuhi kepalaku,

"Saya akan mengatakan ini sebanyak apapun yang kamu mau, saya akan terus mengatakannya bahkan sampai nafas terakhir saya. Menikhlah dengan saya, izinkan saya untuk menjadi imam kamu, izinkan saya untuk bisa terus menjaga dan menemanimu sampai nafas terakhir saya."

Aku terdiam untuk beberapa saat, lidahku terasa kelu, jantungku berdegup sangat kencang, aku tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini, satu hal yang terlintas di kepalaku saat ini,

Sean, benar Sean, mantan kekasihku yang mungkin saat ini sudah bahagia bersama wanita piihannya itu, entah mengapa tiba-tiba aku teringat padanya, teringat setiap kata yang keluar dari mulutnya saat melamarku dulu. Kenangan indah yang berubah menjadi luka dalam hitungan detik saja.

Tak terasa air mataku menitik, jatuh membasahi pipiku, aku tidak ingin hubunganku dan Alif berakhir seperti hubunganku dan Sean, aku sudah cukup bahagia dengan hubungan kami yang sebatas ini,

Dan aku sudah berjanji pada diriku untuk tidak melewati batas ini, batas yang benar-benar harus ku jaga.

"Maaf, tapi aku benar-benar tidak bisa." Jawabku lalu segera melenggang meninggalkan Alif tanpa sepatah kata lagi yang keluar dari mulut ini.

"Apa saya tidak cukup baik untuk kamu?" Tanyanya yang menghentikan langkahku,

"Saya akan memperbaiki diri saya untuk kamu Mina." Tambahnya yang kini melangkah mendekatiku, Aku menatap netranya lekat, netra yang kini terlihat sayu.

"Bukan kamu, tapi aku! Aku yang tidak pantas untukmu, aku yang tidak baik untukmu, aku bukan wanita baik Alif!"

"Dalam segi mana yang menurut kamu tidak baik Mina? Kamu sangat baik Mina, dan kamu sangat pantas." Timpa Alif cepat.

"Apa yang akan orang pikirkan jika kamu menikah dengan gadis sepertiku? Gadis yang memiliki masa lalu yang memalukan bahkan untuk mengingatnya saja, gadis dengan keluarga yang sangat jauh dari kata pantas untuk bersanding dengan keluargamu, bahkan akan butuh waktu yang sangat panjang hanya untuk mengatakan keburukan dan kekuranganku, aku benar-benar tidak pantas untukmu Alif. Mungkin, kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama."

"Aku sudah cukup bahagia dengan kita yang seperti ini, aku tidak ingin kebahagiaan ini berakhir dengan tangis, aku tidak ingin merasakan sakit untuk kedua kalinya."

"Di luar sana masih banyak gadis lain yang jauh lebih pantas untukmu," Ucapku sembari mengalihkan pandanganku darinya karena air mataku yang sudah tak bisa ku bendung lagi, entah menapa dadaku terasa sesak ketika mengatakan hal ini pada Alif, tapi inipun untuk kebaikannya, akupun tahu jika hubungkan kami tidak boleh lebih dari ini, karena Abi Umar pun tidak akan menyetujui hubungannya denganku, dan aku merasa keputusan Abi Umar tepat.

"Tapi gadis-gadis di luar sana tidak akan pernah bisa mendapatkan hati saya meski mereka berusaha sekeras apapun, karena hati saya hanya untuk kamu, hanya bisa kamu miliki, dan hanya kamu yang akan menetap di hati saya bahkan sampai nafas terakhir saya." Sahutnya dengan air mata yang memenuhi pelupuk matanya,

"Saya akan mengatakannya sekali lagi sebelum saya pergi esok hari, menikahlah dengan saya Mina!" Ucapnya lagi dengan kedua netranya yang berbinar,

Aku menundukkan kepalaku, rasanya aku tidak akan sanggup mengatakan tidak saat menatap wajah Alif,

Tebit senyum di sudut bibir Alif, senyum yang sangat tipis namun sangat mendamaikan, "Saya tidak akan memaksa kamu lagi, tapi bukan berarti saya menyerah. Mungkin saat ini memang belum saatnya, tapi tolong terima ini, simpan ini, jagalah sampai nanti saya kembali." Tambahya sembari memberikan kotak cincin itu padaku, aku menatap kedua netranya lekat, bohong jika aku mengatakan aku baik-baik saja melihat Alif yang seperti ini, akupun menerima kotak cincin itu dengan sekaan air mata.

"Saya harap saya bisa melihat kamu memakainya saat saya kembali nanti. Dan seperti perkataan saya sebelumnya, saya tidak akan lelah untuk mencintai kamu, dan saya akan menjaga rasa ini sampai kapanpun." Ucapnya lalu tanpa suara meninggalkanku,

Aku menatap punggungnya yang semakin lama semakin menjauh, menatap jejaknya yang semakin membuat derasnya air mata yang mengalir di pipi ini.

Kenapa seperti ini? Ada apa dengan diriku? Bukankah aku sudah berjanji untuk memberi batasan pada hatiku sendiri? Kenapa malah jadi seperti ini?

Takdir TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang