✧༺Nine༻✧

1.6K 96 0
                                        

Hello

_________________

Tak berselang lama kami berhasil mengalahkan para penyihir gelap itu dan di bantu oleh para ksatria.

"Kak Aella, kak Cyrus, kembali." Kata ku kepada dua pelindung ku.

"Kalau begitu kami akan kembali ke dunia kami, jaga diri mu princess, panggil kami bila kamu membutuhkan kami." Kata kak Aella yang ku panggil kakak karena ku putuskan untuk menganggapnya kakak.

"Sampai jumpa nanti, princess nya kakak." Kata kak Cyrus sambil mengelus kepala ku yang kemudian menghilang di ikuti oleh kak Aella.

Aku lalu menatap keluarga ku dan seketika terkejut, setelah melihat mereka tersenyum cukup menyeramkan kepada ku.

"Bukankah aku menyuruh mu untuk di kamar ayah." Kata kak Clive sambil tersenyum.

"Putri kecil papa ternyata keras kepala juga ya." Kata papa.

"Tidak ada puding coklat untuk mu dearest selama tiga hari." Kata kak Louis.

Aku menundukkan kepala ku, dan tidak berani menatap mereka. Ku akui aku keras kepala.

"Claire angkat kepala mu." Kata papa dengan dingin namun lembut tapi aku masih tidak berani menatap mereka.

"Claire." Panggil papa dengan tegas.

"Claire Eleanor de Veda." Panggil papa membuat ku menatap mereka dengan air mata yang sudah mengalir.

"Sunshine, sunshine kenapa nangis hm? Ayah, kak Louis, Clive, gara gara kalian sunshine menangis." Kata kak Aldrich yang lembut kepada ku dan ketus kepada papa, kak Louis dan kak Clive.

"Ayo sunshine, sunshine tidur di istana kakak aja, di sana ada puding coklat." Kata kak Aldrich sambil menggendong ku.

"kak Aldrich, tapi kak Damian gimana?" Tanya ku.

Bruk

"Hei, kasar sekali sih!! Kalau bukan pelindung kak Al udah ku kirim kau ke gunung merapi!"

Aku dan keluargaku langsung menoleh kearah suara yang ternyata kak Damian sedang terduduk di tanah, bersama pelindung kak Aldrich.

"Salah sendiri ngambek sampai ke istana dingin, kalau aku tidak menyadari nya kau pasti udah mati konyol karena di serang oleh hama hama itu!" Kata Neve dengan kesal.

"Kau 💢💢💢."

"Kak Damian!!" Pekik ku sambil turun dari gendongan kak Aldrich dan berlari kearah kak Damian, dan memeluk nya.

"Kakak di serang oleh Penyihir gelap? Kakak tidak kenapa-kenapa?" Tanya ku dengan khawatir.

"Kakak baik baik saja Darling, maaf membuat mu khawatir." Jawab kak Damian dengan lembut membuat ku tenang.

"Sunshine ayo ke istana kakak." Kata kak Aldrich dengan lembut.

"Loh, kok tumben?" Tanya kak Damian dengan penasaran.

Kak Aldrich hanya melirik kearah papa, kak Louis dan kak Clive yang masih terdiam, dan kak Damian langsung mengangguk paham.

"Ayo sunshine." Kata kak Aldrich sambil menggendong ku.

"Aku ikut ke istana!!" Kata kak Damian.

"Hm, Neve pergi." Kata kak Aldrich kepada Neve.

Neve pun tersenyum dan kemudian menghilang menjadi butiran es, kami pun ke istana milik kak Aldrich yaitu istana Quartz.

"ALDRICH/KAK ALDRICH, KEMBALIKAN PUTRI KU/DEAREST KU/TWINS KU!!"

Kak Aldrich yang tau bahwa mereka bertiga ingin mengejar kami, buru buru memasang portal dan menghilang ke istana Quartz.

"Wah." Kagum ku setelah muncul di kamar kak Louis.

"Sudah lama aku tidak kesini." Kata kak Damian yang langsung berbaring di kasur.

"Damian jangan buat kasur ku kotor, ganti baju mu sekarang!" Kata kak Aldrich dengan tegas.

Kak Damian berdecak yang kemudian beralih menuju ruang pakaian dan mengganti pakaian dengan pakaian milik kak Aldrich.

"Kak, apa tidak apa apa saya kesini?" Tanya ku.

"Tentu tidak apa apa sunshine." Jawab kak Aldrich sambil tersenyum.

"Biarkan mereka iri kepada kami karena bisa tidur bersama putri pertama Veda." Kata kak Damian yang baru selesai ganti pakaian.

Aku duduk di sofa kamar kak Aldrich, sedangkan kak Aldrich berbicara dengan seseorang di depan kamar, dan kemudian kembali masuk.

"Siapa kak?" Tanya kak Damian.

"Hanya pelayan." Jawab kak Aldrich sambil tersenyum.

Setelah di lihat lihat mata kak Aldrich berwarna merah ruby seperti ku, sedangkan mata kak Damian berwarna biru sapphire.

"Mata kak Damian indah." Kata ku.

"Warna mata dearest juga indah, mirip permata ruby." Kata kak Damian sambil tersenyum membuat ku ikut tersenyum.

Aku melihat lihat kamar kak Aldrich, dan mata ku tertuju kepada seorang wanita berambut perak dan bermata biru sapphire, dan di sebelah lukisan itu ada lukisan seorang wanita berambut hitam kelam dan bermata merah ruby.

"Kak, mereka siapa?" Tanya ku kepada kedua kakak ku.

"Yang berambut perak adalah bunda Felina, dan yang berambut hitam kelam adalah ibu Agatha." Jawab kak Aldrich.

Kalau mama aku tau, tapi siapa bunda Felina?

"Felina Laurece van Vermyn, putri kedua dari keluarga Duke Vermyn, dan kini beliau adalah selir kesayangan kaisar atau ayah." Kata kak Damian membuat ku menatap kearah nya.

"Dia adalah ibu kandung Damian, tapi dia menghilang setelah sebulan ibu menghilang." Lanjut kak Aldrich membuat terbelalak.

"Jadi yang di maksud bunda Felina adalah bunda nya kak Damian?" Tanya ku yang di angguk oleh mereka.

"A-Apa boleh saya juga memanggil beliau dengan sebutan bunda?" Tanya ku.

"Tentu boleh, jika bunda disini dan mendengar darling memanggilnya dengan sebutan bunda, pasti beliau senang." Jawab kak Damian dengan semangat membuat ku tersenyum.

"Mata bunda cantik seperti kak Damian." Kata ku sambil tersenyum manis.

"Manis sekali adik ku, aku jadi takut ditinggal pergi saat kamu menikah." Kata kak Damian.

Tak

"Jangan berbicara seperti itu, umur sunshine masih kecil belum seharusnya dia menikah, kalau adalah laki-laki yang melamarnya juga harus berhadapan dengan kita." Kata kak Aldrich dengan kesal.

"Benar juga." Kata kak Damian.

Hei, umur ku masih 8 tahun kalian sudah membicarakan pernikahan ku?!

TBC

Claire's second life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang