✧༺Six༻✧

1.9K 136 0
                                    

Hello

___________

Hm, kini aku berada di kamar, kak Clive? Dia pergi karena di panggil oleh baginda kaisar. Aku duduk di kursi dekat jendela dan menopang dagu ku di pinggiran jendela.

Masa lalu telah berubah, dulu aku yang mencari mereka selama 8 tahun tapi tidak ketemu, dan di kehidupan ini aku bertemu dengan mereka. Ngomong ngomong Andreas? Aku seperti mengenali marga itu, oh ya, Earl Andreas, aku pernah mendengar nya.

"Kalau tidak salah 5 tahun lagi keluarga itu akan hancur dan Earl Andreas di hukum mati karena merencanakan pembunuhan keluarga kekaisaran." Gumam ku.

"Masa depan ya? Ku pikir aku bisa menyelamatkan mama, tapi ternyata tidak." Kata ku berbicara sendiri sambil menyenderkan kepala ku di jendela kaca.

Author pov

Terlihat di sebuah ruangan ada lima laki-laki. Empat di antaranya berwajah suram, dingin, dan datar dan yang satunya sudah berkeringat dingin, siapa lagi kalau bukan keluarga kekaisaran.

"Clive Einstein De Veda, apa yang terjadi?" Tanya Alfred dengan dingin.

"A-Anu ayah, tadi saat aku dan twins berkeliling, perempuan rubah itu datang, dan...." Clive mulai menceritakan apa yang terjadi saat di rumah kaca.

Prang

Brak

Krak

Gelas yang di pegang Louis pecah, meja di gebrak oleh Damian, dan pena kayu yang di pegang oleh Alfred patah, sedangkan Aldrich tersenyum sambil bersidekap dada, jangan lupakan aura dingin mengelilingi mereka.

"Sudah ku duga akan terjadi begini." Batin Clive sambil menghela nafas malas.

"Dia beraninya berkata begitu kepada sunshine." Kata Aldrich sambil tersenyum kesal.

"Sudah lama aku tidak berkunjung ke kediaman Andreas." Kata Damian dengan nada yang hm, misterius dan menyeramkan.

"Akan ku buat dia menyesal berkata seperti itu kepada Dearest ku." Kata Louis dengan dingin.

"Berani nya menghina putri ku." Kata Alfred dengan aura suram dan dingin.

"Ayah, jangan membuat hal yang tidak tidak kepada dia." Kata Clive membuat dia di tatap oleh keluarga nya.

"KAU MENCINTAI PEREMPUAN ITU?! UMUR MU MASIH 8 TAHUN UDAH TAU CINTA CINTAAN!!" Teriak Damian membuat Clive merotasi mata nya.

"Aku hanya tidak ingin 'makanan' ku di sentuh orang lain." Kata Clive dengan dingin membuat mereka berempat paham.

"Aku akan membuat hal yang sa~ngat menyenangkan untuk 'makanan' ku." Kata Clive dengan nada rendah dan menyeringai.

Makanan? Kata yang mengartikan untuk seseorang yang sudah masuk ke blacklist mereka, atau bisa di bilang mangsa. Jika sudah di panggil makanan, sudah di pastikan orang itu say goodbye.

"Maksud mu?" Tanya Louis dengan penasaran.

Clive menyeringai dan mengatakan rencananya, jangan di remehkan hanya karena umurnya 8 tahun, dia memiliki pemikiran yang luas, pintar, licik. Hal seperti ini mudah untuk seorang Clive.

"Aku suka rencana mu, son." Kata Alfred sambil menyeringai.

"Bagus juga rencana mu." Kata Louis yang ikut menyeringai.

"Wah~ aku jadi tidak sabar." Kata Aldrich sambil tersenyum misterius.

"Kau nambah pintar saja, Clive." Kata Damian.

"Sudah tentu, putra keempat dari kaisar Alfred dan permaisuri Agatha kan memang pintar dari dulu." Kata Clive dengan sombong membuat mereka berempat merotasi mata.

"Sombong." Kata Aldrich dengan sinis.

"Iri ya? Ya sudah, Clive yang pintar ini mau bertemu dengan my twins." Kata Clive sambil berdiri.

"Oh ya Clive, ku dengar tadi kau berbicara kata kasar di depan sunshine." Kata Aldrich sambil tersenyum membuat Clive yang di ambang pintu membatu.

"Hah? Emang dia berkata apa?" Tanya Damian.

"B*tch, dan bastard." Jawab Aldrich membuat mereka bertiga membulatkan mata mereka.

"Seperti nya kita perlu bicara, pangeran Clive Einstein de Veda." Kata Alfred dengan penuh penekanan.

"Saya tidak mau ikut, saya ada urusan dengan menara sihir." Kata Aldrich yang kemudian menghilang.

Clive yang diam diam ingin kabur, namun berhenti setelah mendengar perkataan seseorang.

"Clive duduk sebelum ayah buang koleksi senjata mu." Kata Alfred sambil tersenyum.

"Beraninya si Clive menodai telinga suci dearest." Batin Louis dengan kesal.

"Seorang Clive yang selalu patuh dan jarang mendapatkan hukuman sekarang sedang terdiam mendengar ceramah dari ayah, seharusnya tadi ku minta bola perekam biar aku bisa merekam wajah konyol nya." Batin Damian dengan senang.

"Kenapa sih kak Al malah mengadu?!" Batin Clive dengan kesal.

"Clive, kau mendengar ayah bicara apa?" Tanya Alfred dengan dingin.

"De-Dengar kok ayah." Jawab Clive sambil tersenyum kaku.

"Sekarang ke ruang penghukuman, hafal 20 sihir dalam bahasa kuno." Kata Alfred membuat Clive tersentak.

"Ayah selain itu." Kata Clive.

Sungguh, dia benci bahasa kuno karena sihir dalam bahasa kuno menurutnya sangat susah.

"Atau mau lari keliling lapangan latihan istana Gold 30 kali?" Tanya Alfred.

"Aku akan ke ruang penghukuman." Kata Clive dengan pasrah.

Istana Gold saja sudah luas, apalagi lapangan latihannya. Clive sangat tidak menyukai lari keliling lapangan, 30 kali sudah seperti 100 lebih dia keliling.

Sedangkan kedua kakaknya berusaha menahan tawa mereka melihat wajah pasrah dari Clive.

"Mau tertawa, tertawa aja kakak kakak ku." Kata Clive dengan malas.

"Hahahaha!!"

"Kalau bukan kakak kakak ku udah ku lempar ke lautan." Kata Clive dengan kesal.

Alfred dia tersenyum tipis melihat interaksi ketiga putra nya, walaupun dia terkenal dingin tapi dia tidak akan membiarkan siapapun melukai anak anak nya. Menyentuh mereka berlima sama saja berhadapan dengan malaikat maut seperti Alfred.

TBC

Claire's second life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang