✧༺ Twelve ༻✧

1K 64 0
                                    

Hello

_______________

Author pov

Istana Quartz
Kamar Aldrich

Brak

"Darling ay....eh?! DARLING!! KAU DIMANA?!" Pekik Damian saat melihat Claire tidak ada di kamar Aldrich.

Dia langsung keluar kamar mencari Claire.

"Apa jangan jangan dia sudah ke istana gold?! Darling meninggalkan ku?! Jahat sekali." Gumam Damian.

Marah? Tentu tidak, mana bisa Damian marah kepada adik perempuan satu satunya yang dia punya.

"Sudah lama tidak bertemu, Damian." Ucap seseorang saat Damian di halaman depan istana Quartz dan membuat Damian tersentak.

"Dia?!" Batin Damian.

"Ada perlu apa anda kemari, tuan Duke?" Tanya Damian dengan dingin walaupun di hati nya membayangkan saat saat dia di siksa oleh pria itu.

"Apa saya menyapa keponakan saya itu salah?" Tanya balik Duke Vermyn dengan senyuman nya, yang membuat Damian mengerutkan dahinya.

"Haha, saya kemari karena ada urusan dengan yang mulia pangeran Aldrich." Kata Duke Vermyn.

"Kalau begitu permisi, kau membuang waktu ku." Kata Damian yang berjalan melewati Duke Vermyn.

"Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, kau semakin berani saja, Damian." Kata Duke Vermyn membuat Damian berhenti berjalan.

"Aku merindukan saat saat kau berteriak meminta ku untuk berhenti menyiksa mu." Kata Duke Vermyn sambil tersenyum.

Flashback on

Terlihat seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, berambut pirang dan bermata biru safir. Dia adalah Damian, anak yang sangat ceria.

"Ayah, aku ingin tinggal di istana saja menjaga Clive." Kata Damian dengan kesal di kereta kuda.

"Damian dengar, kau adalah putra tunggal dari ku dan Felina selir kesayangan ku, kau bisa menjadi sasaran dari musuh musuh ku." Kata Alfred dengan dingin.

"Cih, trus Clive bagaimana?" Tanya Damian.

"Clive akan tinggal bersama Steven." Jawab Alfred.

"Berapa lama aku akan tinggal di kediaman paman?" Tanya Damian.

"3 bulan." Jawab Alfred membuat Damian tersentak.

"Lama!!" Kata Damian namun Alfred tidak acuh.

Sesampainya di sebuah kediaman mereka turun dari kereta kuda, dan di sambut oleh para pelayan dan Jhonson.

"Aku titip putra ku pada mu." Kata Alfred dengan dingin.

"Tentu Baginda, pangeran Damian adalah keponakan saya, tentu saya akan dengan senang hati menjaganya." Kata Jhonson sambil tersenyum.

"Dan menyiksa nya." Batin Jhonson sambil menyeringai dan dapat di lihat oleh Damian.

"Kenapa paman menyeringai? Sepertinya aku harus jaga jaga." Batin Damian.

"Da..."

"Saya tidak akan membuat onar, tidak akan nakal, selalu mendengar perkataan paman, tidak merepotkan orang lain, saya tau!" Kata Damian dengan kesal.

"Kalau begitu aku pergi." Kata Alfred sambil mengelus singkat kepala Damian yang kemudian pergi.

"Pa..." Ucapan Damian terhenti setelah melihat pamannya menatap kearahnya dengan tatapan dingin.

Claire's second life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang