Hello
________
Keesokan harinya, Albert, Alfred, Felix, Claude, dan Edward tiba di Akademi.
_____
Ruangan prof. Emily.
"Jadi yang mulia, dan tuan, putra putri anda telah melakukan pelanggaran akademi." Kata prof. Emily.
"Terus, apa kabar dengan rubah itu yang terlebih dahulu melakukan kekerasan kepada adik saya?" Tanya Alex sambil menatap sinis Alice.
"Menurut saksi, tuan putri Claire yang terlebih dahulu melakukan kekerasan kepada tuan putri Alice." Kata prof. Emily dengan tegas.
"Alice? Dia bukan tuan putri." Kata Alfred dengan dingin.
Marah? Tentu, putri kecil nya di bully dan di fitnah seperti itu. Para ayah lain nya pun nampak marah.
"JAGA MULUT ANDA PROF, JANGAN MENTANG-MENTANG ADA RUMOR YANG BEREDAR MENGATAKAN ADIK SAYA ANAK HARAM, ANDA BISA SEENAKNYA MENUDUH DIA!" Teriak Axel dengan penuh amarah.
"Axel." Tegur Albert dengan penuh penekanan membuat Axel berdecak.
"Claire, apa benar?" Tanya Alfred dengan lembut.
"Tidak, saya sedang membaca buku tiba-tiba mereka datang dan langsung menyiram saya, dan menarik rambut saya. Jika saya melakukan kekerasan, mungkin mereka tidak ada disini melainkan di rumah terakhir mereka." Jawab Claire dengan nada dingin di akhir perkataannya.
Rumah terakhir bisa di bilang kuburan, atau penjara bawah tanah Kekaisaran. Kejam? Itulah Claire, putri yang memiliki sejuta misteri.
"Cukup, untuk saat ini dengan berat hati saya mengatakan untuk mengeluarkan mereka dari akademi." Kata prof. Emily.
"Dengan senang hati." Kata mereka semua dengan santai.
Setelah pembicaraan singkat, mereka pun keluar dari ruangan itu, dan para ayah menatap ke arah anak anaknya.
"Maaf ayah." Kata Claire.
"Tapi kami sungguh tidak melakukan kekerasan, kami hanya membela Claire." Kata Clathria kepada ayahnya yaitu Claude.
"Benar." Kata Aurora.
"Kerja kalian bagus." Kata Alfred.
"Eh?"
"Pfft, mereka mana mungkin bisa mengomeli kalian." Kata Costur.
"Tapi.. Kalian para laki laki, kami tunggu di arena." Kata Albert sambil tersenyum cukup mengerikan.
Alex, Axel, Costur, Clive/Fred, dan Liam/Calvin seketika merinding. <btw, identitas Liam sudah terbongkar>
Disisi lain, Alice diam diam merasa kesal kepada Claire, rencana nya telah hancur.
"Sial, aku akan membunuh mu." Batin Alice.
Claire yang merasa di tatap langsung menoleh kearah Alice, dan kemudian tersenyum.
"Kau salah bermain." Kata nya tanpa suara.
Alice yang geram langsung menghampiri Claire, dan menampar nya.
Plak
Suara tamparan menggema, tapi bukan Claire yang terkena tamparan, melainkan Claire yang sudah tidak lagi menyamar.
"Berani menyentuh adik ku, akan ku bunuh diri mu." Kata Clive dengan dingin.
"Kak, cukup." Kata Claire sambil memegang bahu Clive.
Claire menghampiri Alice, dan kemudian mencengkram tangan Alice hingga berbunyi krek.
"Argh!!!" Teriak Alice kesakitan.
"Kau salah memilih lawan." Kata Claire dengan dingin.
Dia tidak peduli dengan martabat nya yang merupakan seorang putri, dia langsung pergi sambil membuang sarung tangan nya
___________
Sesampainya di istana, dia langsung menuju ke kamar dan mengunci nya, tak lupa dia melepas pita yang mengikat rambutnya, membuat rambut Claire tergerai.
"Cukup sudah permainan nya." Gumam nya sambil berjalan menuju balkon kamar.
"Alice, ku pastikan kau menyesal." Kata Claire.
Degh
"Perasaan apa ini? Kenapa perasaan ku tidak enak?" Gumam Claire.
Brak
"Claire."
"Kak Clive, ada apa?" Tanya Claire.
"Aku baru mendapat kabar kalau kak Evy di culik." Kata Clive.
Claire yang mendengar itu langsung berlari menuju ke istana kaisar, untuk menemui ayahnya.
Brak
"Saya dengar, kak Evy di culik." Kata Claire.
"Iya, pelaku meninggalkan ini." Kata Louis sambil memberikan sebuah kristal berwarna hitam kemerahan.
"Aku seperti pernah melihat kristal ini." Batin Claire.
Tiba-tiba ingatan tentang kehidupan saat dia menjadi dewi langsung terlintas, ingatan tentang kristal hitam kemerahan pun terlintas.
"Sial!" Umpat Claire dengan kesal.
"Kita lengah, kak Evy di culik oleh sekhmet." Kata Claire.
"Apa??" Pekik mereka semua.
"Kemungkinan besar untuk menjadi umpan." Kata Clive.
Seketika semua orang yang berada di ruangan itu menatap ke arah Claire, Claire yang tau hanya bisa mengangguk kepala.
"Saya akan menyelamatkan kak Evy." Kata Claire tiba-tiba.
"Tidak Claire, itu berbahaya." Kata Aldrich.
"Jangan nekat, Claire." Kata Damian.
"Lebih nekat lagi jika kita hanya berdiam diri, harus butuh pengorbanan untuk apapun, karena itu saya rela berkorban untuk menyelamatkan kak Evy." Kata Claire dengan dingin dan tegas.
"Lagipula sejak kapan saya tidak menantang bahaya? Umur 10 tahun sudah bergabung ke dunia gelap, selalu bertarung, menantang maut dan terus maju menantang bahaya." Kata Claire.
"Kalau begitu, aku akan ikut." Kata Clive.
"Aku adalah saudara kembar ku, aku ingin berada di sisi mu." Kata Clive.
"Kami juga." Kata Clathria yang baru datang dengan Aurora dan Calvin.
"Aku tidak akan membiarkan dia menang kali ini." Kata Calvin.
"Kalian?"
"Kita adalah The Queen of roses kan? Kita keluarga, sudah seharusnya saling membantu." Kata Aurora sambil tersenyum.
"Claire." Panggil Alfred.
"Saya ingin ayah, dan ketiga kakak lainnya tetap disini." Kata Claire dengan tegas.
"Baiklah." Kata Alfred dengan pasrah.
"Ayah!" Protes Aldrich dan Damian.
"Tapi, pulang dengan selamat, ayah akan menunggu mu." Kata Alfred membuat Claire menganggukkan kepala.
"Tolong selamatkan Evy, Claire. Dan kalian harus kembali dengan selamat." Kata Louis.
"Iya kak." Kata Claire.
Mereka semua pun pergi menuju ke tempat Sekhmet.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Claire's second life
Fantasía𝙃𝘼𝙉𝙔𝘼 𝙎𝙀𝘽𝙐𝘼𝙃 𝙆𝘼𝙍𝘼𝙉𝙂𝘼𝙉 𝙁𝙄𝙆𝙎𝙄 𝘽𝙄𝘼𝙎𝘼, 𝙅𝘼𝘿𝙄 𝙅𝘼𝙉𝙂𝘼𝙉 𝙈𝘼𝙎𝙐𝙆𝙄𝙉 𝙆𝙀 𝘿𝘼𝙇𝘼𝙈 𝙃𝘼𝙏𝙄 Setiap kaki ku melangkah selalu ada bahaya yang datang. Sepi, sunyi, sendiri, itu yang ku rasa setelah ibu tiada. Aku Cla...
