Hello
_______________
Aku hanya tersenyum sambil menikmati cemilan yang baru saja datang.
"Hari sudah malam, lebih baik kita tidur." Kata kak Aldrich sambil melepas jas.
Kami pun berbaring di kasur yang cukup luas untuk kami bertiga, kak Aldrich di sebelah kanan ku, kak Damian di sebelah kiri ku dan aku di tengah-tengah.
"Sudah lama aku tidak tidur di kasur ini." Kata kak Damian.
"Terakhir kali kau kesini saat aku mengobati luka mu akibat di siksa oleh paman mu." Kata kak Aldrich membuat ku terkejut.
"Kakak pernah di siksa?" Tanya ku dengan khawatir.
"Dulu kakak tinggal di kediaman paman kakak dari pihak bunda, karena waktu itu bunda hilang dan ayah memerintah ku untuk tinggal di kediaman paman, dan di sana kakak di siksa." Jawab kak Damian sambil tersenyum.
Namun bisa terlihat tubuh kak Damian sedikit gemetar.
"Kakak, jangan mengingat masa lalu, sekarang kakak hanya perlu maju untuk masa depan." Kata ku sambil tersenyum.
"Kau tau darling? Setelah mendengar bahwa ayah tau keberadaan mu dan ibu membuat ku senang, tapi setelah aku mendengar bahwa ibu sudah tiada hati ku terasa sakit, tapi ku bersyukur karena kau selamat." Kata kak Damian sambil tersenyum manis.
"Di antara kami yang paling senang mendengar kepulangan mu adalah Damian, bahkan dia merengek minta ikut." Kata kak Aldrich sambil terkena pelan.
"Karena aku ingin memeluk Darling." Kata kak Damian dengan malu membuat nya terlihat imut.
"Damian, Sunshine, aku bahagia memiliki adik adik seperti kalian." Kata kak Aldrich sambil tersenyum lembut.
"Saya juga bahagia memiliki kakak kakak yang hebat seperti keempat kakak ku." Kata ku sambil tersenyum manis.
Cup
Cup
Mereka mencium pipi ku membuat ku tersenyum manis.
"Tetap seperti ini, sunshine." Kata kak Aldrich.
"Kami akan melindungi mu, walaupun nyawa kakak yang taruhannya." Kata kak Damian membuat ku memandang kesal kearahnya.
"Jangan berbicara seperti itu, jangan melindungi ku dengan nyawa kakak, kakak berhak untuk hidup lagipula aku memiliki dua pelindung jadi aku akan baik baik saja." Kata ku dengan kesal.
"Dua?! DUA PELINDUNG?!" Teriak kak Damian membuat ku memejamkan mata.
"Damian." Panggil kak Aldrich dengan suara rendah dan duduk di samping kasur.
"Ma-Maaf Darling, kakak reflek teriak." Kata kak Damian sambil duduk.
"Tidak apa apa." Kata ku.
"Baiklah, sudah saatnya tidur, selamat malam princess Veda." Kata kak Aldrich sambil mencium kening ku.
"Mimpi yang indah, kesayangannya semua orang." Kata kak Damian yang ikut mencium kening ku setelah kak Aldrich.
Cup
Cup
Aku mencium pipi kedua kakak ku.
"Selamat malam juga, kedua prince Veda, dan kakak kakaknya Claire." Kata ku sambil tersenyum yang kemudian memejamkan mata untuk tidur.
Author pov
Terdengar dengkuran halus dari Claire menandakan bahwa dia sudah tertidur pulas, membuat Aldrich dan Damian tersenyum.
"Ku pikir Claire akan membenci kita karena terlambat menjemputnya, tapi ternyata pemikiran ku salah, anak yang imut yang memanggil ku kakak dengan suara yang lembut, dan imut membuat ku ingin selalu melindungi nya walaupun nyawa ku taruhannya." Kata Damian sambil mengelus kepala Claire dengan lembut.
"Claire adalah putri satu satunya Veda, adik perempuan yang kita punya. Anak kesayangan dari ibu, sifatnya yang baik dan rendah hati itu benar-benar mirip dengan ibu." Kata Damian.
"Akan banyak bahaya yang akan datang di masa depan, sebagai bintang Vega satu satunya pasti membuat nya menjadi kelemahan untuk kita, tapi tentu kita tidak akan membiarkan itu terjadi." Kata Aldrich sambil berjalan kearah jendela dan bersandar sambil bersedikap dada.
"Aku akan mencari dalang dari penyerangan ini, akan ku pastikan mereka yang mengincar Darling akan habis di tangan ku." Kata Damian sambil duduk di samping kasur, dan dengan nada dingin.
"Benar ucapan mu Damian, kita akan membuat mereka merasakan neraka dunia." Kata Aldrich dengan dingin.
Aldrich, pangeran yang di juluki pangeran berhati malaikat karena sifat nya yang baik, namun dia akan bersikap dingin, kejam, dan sadis bila ada yang berani melukai tiga perempuan yang dia sayang dan cintai.
"Eung, mama." Ngingau Claire.
"Tidurlah Darling, kami disini." Kata Damian dengan lembut sambil mengelus kepala Claire.
"Kak, kau tebak ini ulah siapa? Kepergian ibu, hilang nya bunda 8 tahun yang lalu, kematian ibu, penyerangan ini, ku rasa yang melakukan ini adalah orang yang sama." Kata Damian.
Aldrich pun diam diam setuju dengan perkataan Damian, dia juga merasa bahwa semua kejadian yang menimpa keluarga nya, dalangnya adalah satu orang yang sama.
"Lebih baik kau juga tidur Damian, aku tau kau selalu telat tidur di istana mu." Kata Aldrich.
"Hehe, ketahuan juga ternyata." Kata Damian sambil menyengir tanpa dosa, membuat Aldrich menghela nafas.
"Aku sering bermimpi kejadian itu, kejadian saat aku berumur 6 tahun." Kata Damian dengan tatapan yang sendu.
"Orang-orang mengenal ku sebagai pangeran yang kuat, dan tegar, tapi aslinya aku takut, takut mereka datang dan menyiksa ku lagi." Kata Damian dengan tubuh gemetar.
Aldrich langsung menghampiri Damian dan berdiri di hadapan nya, dan mengelus lembut kepala adiknya.
"Sudah ku katakan, tidak akan ada yang berani menyakiti mu, jika ada mereka akan berhadapan dengan ayah." Kata Aldrich sambil tersenyum.
"Sekarang tidur atau akan ku katakan kepada ayah kalau kau sering bolos kelas Duke Hysen." Ancam Aldrich dengan tegas.
"Cih, tukang ngadu." Kata Damian sambil berbaring dan memeluk Claire yang kemudian tidur.
"Adik adik ku sangat manis." Batin Aldrich sambil tersenyum.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Claire's second life
Fantasía𝙃𝘼𝙉𝙔𝘼 𝙎𝙀𝘽𝙐𝘼𝙃 𝙆𝘼𝙍𝘼𝙉𝙂𝘼𝙉 𝙁𝙄𝙆𝙎𝙄 𝘽𝙄𝘼𝙎𝘼, 𝙅𝘼𝘿𝙄 𝙅𝘼𝙉𝙂𝘼𝙉 𝙈𝘼𝙎𝙐𝙆𝙄𝙉 𝙆𝙀 𝘿𝘼𝙇𝘼𝙈 𝙃𝘼𝙏𝙄 Setiap kaki ku melangkah selalu ada bahaya yang datang. Sepi, sunyi, sendiri, itu yang ku rasa setelah ibu tiada. Aku Cla...