Welcome to cerita Monoton tapi ngga tau kenapa kalian suka..
Semoga terhibur..***
Jangan anggap Barra itu cowok yang lemah, justru dia merupakan cowok yang kuat, bahkan walaupun dia selalu mendapatkan serangan yang berbahaya dari Zyco, dia sering kali membuat Zyco lebih lemah dari dirinya jika Zyco tidak menggunakan benda tajam.
Zyco mendekati Barra,dia hanya menyisakan jarak dua jengkal dengan Barra "tujuan lo apa kesini hah? Mukul orang tanpa sebab" ujar Zyco menekankan perkataannya.
"Kalau ngga ada sebab, gue ngga mungkin ngotorin tangan buat orang yang udah berani ngefitnah gue bertahun tahun" ujar Barra berteriak, dia sudah tidak sabar ingin menghabisi Pria dihadapannya ini.
Zyco terkekeh "to the point an**ng, ngga usah basa basi" ujar Zyco mendorong kening Barra menggunakan jari telunjuknya.
"Lo itu bego, nyembunyiin kematian Steffy dengan ngefitnah gue sebagai pembunuhnya, padahal diri lo sendiri yang berbuat sekeji itu bastard" ujar Barra berhasil membuat Zyco dan teman temannya terkejut "lo yang udah bunuh Steffy, lo nyembunyiin pisau bekas tusukan Steffy dibawah pohon, lo bodoh Zyco, lo itu BODOH" Ujar Barra sangat murka, wajahnya sangat merah, begitupun juga matanya, bibirnya bergetar karena emosi yang sangat meluap, tangannya terkepal, nafasnya memburu,ia berusaha menetralkan emosinya agar tidak melakukan hal diluar batas, apalagi sampai menewaskan makhluk dihadapannya ini, ia masih punya hati untuk membiarkan orang hidup lebih lama sampai dia menyadari kesalahannya.
Bugh..
Zyco memukul pelipis Barra, membuat Barra sedikit memar disamping matanya "Jangan asal tuduh lo, lo ngga punya bukti"ujar Zyco mengelak."Butuh bukti apalagi? Gue udah dapetin sidik jari lo dipisau itu Zyco" Barra menunjuk pisau terbungkus plastik yang Rafi pegang "lo ngga bisa ngelak" ujar Barra menurunkan suaranya.
"Itu semua bohong, yang ngebunuh Steffy itu lo Barra, lo ngga usah ngebalikin fakta dan ngimbasin ke gue biar lo ngga dipenjara, iya kan" ujar Zyco, kemarahan yang dari tadi ia tahan kini pecah karena omongan relate dari Barra.
"Lo sendiri yang bilang, kalau pembunuh ngaku, penjara bakalan penuh, itu artinya, lo yang ngimbasin ke gue" ujar Barra.
Jovanka, Rafi dan kedua temannya masih memantau perdebatan keduanya, mereka akan bertindak jika Barra dan Zyco sudah bermain tangan, terlebih karena Barra yang kondisinya belum pulih sepenuhnya akibat luka yang baru beberapa hari dijahit ulang.
Zyco kembali mengepalkan tangannya, siap siap untuk melayangkan pukulan kedua kearah Barra.
Bugh..
Sebuah tendangan kaki mendarat di perut Zyco sebelum dia memukul bagian luka Barra "jangan beraninya mukul luka doang, dasar pengecut"
"Ngapain dateng kesini?"
"Pertanyaan yang bodoh"
"Lo ngga ada sangkut pautnya sama masalah ini" ujar Zyco kepada Nara.
"Jelas ada,dia punya gue, urusan dia urusan gue, kenapa? Takut? Katanya jagoan? Kok sama cewek takut" ujar Nara menantang Zyco. Nara mendekatkan tubuhnya lebih dekat kearah Zyco.
Nara menoleh melihat mimik wajah Barra dan Jovanka yang sempet kaget saat dia mengatakan jika Barra adalah miliknya.
Nara membungkam mulut Barra dengan jari telunjuknya saat Bara akan mengatakan sesuatu.
Nara kembali menghadap kewajah Zyco yang menatapnya "Kok diem?" Ujar Nara saat tidak mendengar suara dari mulut Zyco.
"Kenapa?takut?" Ujar Nara tertawa remeh "Kalau ada gue diem, bukannya tadi mau mukul Barra ya?" Lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is He Mine?
Teen FictionEND!! 17 Juli 2023 Kesalah fahaman tentang kematian yang membuat Barra bermusuhan dengan sahabat kecilnya. Barra Rafeyfa Alvarendra yang merupakan anak kedua dari tuan Rendra dan nyonya Gareta, Barra merupakan laki laki yang sangat cuek, berbeda de...