PART 9

3.6K 424 28
                                    

"Kakak lo pacaran sama Barra?"

"Nggak, tapi ka Barra sering kerumah"

"Ngapain?"

"Ya main"

"Mereka jadian?" Tanya Veral lagi

"ngga Verall, kenapa? Lo suka sama Ka Nara?" Tanya Raya

"Nggak"

"Nggak, tapi kok kaya cemburu gitu ka Nara peduli sama ka Barra"

"Jangan banyak bacot"

"Veral kasar"

"Veral veral, gue kaka kelas lo ya" ujar Veral dengan nada ketus

"Yeee,nyolot amat"

"Kalau gue tau, Nara nyuruh gue buat nganterin lo, ogah banget kesana"

"Ko gitu"

"Lo repot, ngereog mulu ga bisa diem"

"Mulut doang yaaa yang ga bisa diem, badan gue diem diatas motor, ngereog ngereog, sembarangan kalau ngomong, emangnya gue ondel ondel" cerocos Raya

"Nyokap lo nyidam apaan si, punya mulut cerewet minta ampun, ga bisa di rem "

"Nyidam nonton ibu ibu zumba yang mulutnya ga bisa diem"celetuk Raya

"Pantesan, muka lo kaya matras yoga"

"Veral, nyebeliiiiin" Raya mencubit pinggang Veral sangat keras, membuat motor yang mereka naiki sedikit oleng.

Veral menambah kecepatannya saat jalanan terlihat sepi, hingga lima menit kemudian, kini mereka sudah sampai diparkiran sekolah "turun" titah Veral, namun tidak mendapatkan jawaban dari Raya.

Veral mengecek lewat kaca spion motornya, ia menghela nafas saat mendapati Raya yang memejamkan matanya dengan kepala yang bersender di punggungnya.

"Raya woi, banguuuuun" teriak Veral, namun Raya belum juga membuka matanya, tidak ada pilihan lain, Veral dengan  cepat memajukan badannya agar Raya lepas dari punggungnya, Raya terlonjak kaget "ayang gue pergiii" teriak Raya

"Ck, Mimpi doang Raya, udah cepet turun"

"Udah nyampe?"

"Satu tahun yang lalu"

"Ooo gitu"

"Bisa bisanya Nara punya adik tolol kaya lo"

Raya turun dari motor yang dinaikinya "tapi ka Nara sayang sama gue"

"Ga nanya"ujar Veral. Veral mengunci motor Raya, setelah itu pergi menuju kelasnya.

***

"Apa Barra langsung boleh pulang dok?" Tanya Nara saat ia dipanggil keruangan dokter.

"Boleh, tapi luka jahitan yang belum kering sangat bahaya, bisa membuka lagi dengan gampang, apalagi kena pukulan yang keras"ujar dokter, Nara hanya mengangguk paham.

"Kalau gitu saya permisi" Nara menyalimi tangan dokter tersebut lalu keluar dari ruangan tersebut.

Nara menghampiri Barra yang masih membaringkan tubuhnya diatas brankar.

"Gue anter pulang, ga usah sekolah" ujar Nara, tanpa bantahan Barra menerima bantuan Nara, Nara menggandeng Barra menuju parkiran, Nara mengantarkan Barra sampai depan rumah yang katanya bangunan kosong tersebut.

"Lo diem disini, jangan kemana mana"ujar Nara, Barra merebahkan tubuhnya diatas kasur berwarna hitam

"Suram banget "celetuk Nara saat merasakan kegelapan pada dirinya.

Is He Mine? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang