PART 50

2.2K 315 35
                                    

Barra menutup pintu kamar Veral dengan sangat keras, Daren dan Zalen yang sedang asik mengobrol di ruang tamu pun seketika terdiam melihat Barra berjalan dengan nafas yang memburu, matanya memerah dan juga tangan yang terkepal.

Zalen menoel lengan Daren dengan jari telunjuknya "Kenapa tu?" Ujar Zalen menunjuk Barra dengan dagunya.

"Bar, mau kemana?" tanya Daren, Barra hanya melirik sekilas.

Barra sengaja meninggalkan handphone yang biasa ia pakai diatas meja dekat pintu utama, pria itu pergi meninggalkan rumahnya, ntah kemana tujuannya, yang jelas, dia ingin menenangkan keadaannya saat ini yang dipenuhi dengan sifat buruk.

Dengan kilometer cepat Barra mulai meninggalkan area rumahnya.

Perasannya menjadi satu, antara kasihan dan kesal. Sejujurnya, Barra tidak tega sudah membuat Veral sedih, apalagi sampai hilang kesadaran karena perlakuannya tadi, namun disisi lain, Barra tidak ingin jika kebahagiaan yang sudah lama ia nantikan bersama keluarganya harus kembali terbagi bagi dengan adanya Veral yang mendadak manja kepada Rendra dan Gareta.

Tidak terasa, setengah jam Barra mengendarai motor tanpa tujuan, Barra menghentikan motornya di depan warung kecil samping jalan, ia akan beristirahat sebelum melanjutkan perjalanannya.

"Bu, teh angetnya satu ya, jangan terlalu manis" ujar Barra memesan minuman kepada ibu warung.

"Tunggu sebentar ya dek"

"Iya bu"

Sambil menunggu minumannya datang, Barra duduk didepan warung sambil melihat lalu lalang mobil dan motor dihadapannya.

***

Setelah hampir satu jam Veral terbaring dalam keadaan tak sadarkan diri, kini Veral sudah kembali membuka matanya, Raya dengan sigap memberikan Veral obat untuk meredakan rasa sakit kepala.

"Gue nemuin Barra dulu" ujar Nara berbicara dengan Jovanka.

"Iya, keliatannya dia marah banget, lo tenangin dia aja" ujar Jovanka, Nara hanya mengangguk untuk menjawabnya.

***

"Loh, Barra mana?" tanya Nara ketika dia tidak melihat Barra diruang tamu bersama Daren dan Zalen.

"Pergi"

"Kemana?"

"Ngga tau, kita nanya ngga di jawab" ujar Zalen, seketika perasaan Nara begitu panik, dia tau bagaimana Barra saat mengendarai motor dengan keadaan marah, Nara khawatir jika terjadi apa apa dengan kekasihnya.

"Kenapa kalian ngga cegah" ujar Nara.

"Stupid, tangan terkepal kita mendekat,yang ada kita jadi samsak dia" ujar Daren.

"Duuh, ada ada aja"

"Emang kenapa si?"

"Biasalah, karena Veral yang selalu nyariin bokap nyokap Barra" ujar Nara.

"Ooh" ujar Zalen sesantai itu.

"Temennya pergi kalian santai gitu?"

"Bukan sekali dua kali Barra gini, kalau udah tenang, dia bakal balik kesini" ujar Daren

Nara mencoba untuk menghubungi handphone Barra, baru saja satu kali berdering, suara panggilan masuk dari handphone Barra menggema memenuhi ruangan.

"Suara handphone Barra" ujar Nara mengedarkan pandangannya mencari keberadaan handphone Barra.

"Itu" Zalen menunjuk meja dekat pintu.

"Apa dia pergi jauh ya" ujar Nara.

"Kebiasaan dia emang gitu, kalau udah marah, ngga mau ada yang ganggu, handphone pun dia tinggal biar ngga ada yang bisa hubungin"

Is He Mine? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang