Pagi menjemput.
Hari libur membuat Nara dan Raya masih terlelap dalam tidurnya setelah bangun hanya untuk subuhan.Rutinitas mereka saat libur adalah tidur setelah subuh dan bangun dijam sembilan, kegiatan itu memang tidak menguntungkan, hanya menambah rasa malas dan menimbulkan penyakit yang tidak baik.
Kiara yang sudah biasa dengan kelakuan anak anaknyapun hanya diam, dia tidak ingin menghabiskan suaranya hanya untuk memaksa kedua anaknya untuk bangun dan berujung tetap terlelap dalam mimpi masing masing.
Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh, namun Nara belum saja bangun dari tidurnya, sudah beberapa kali juga Kiara berusaha membangunkannya.
Nara terbangun saat nada dering handphonenya menggema memenuhi seisi ruangan, dia meraba meja kecil disamping tempat tidurnya untuk mencari handphone.
"Ada apa?" Ujar Nara tanpa melihat siapa yang sudah menelponnya.
"Barra diajak ketemuan sama Zyco" ujar seseorang dari sebrang telfon,mata Nara yang terlihat masih mengantuk langsung melebar.
"Sherlock"
"Gue ngga tau tempatnya dimana"
"Lo lacak lah, gitu aja ngga bisa" ujar Nara sedikit kesal.
"Yaudah bentar"
"Cepet,gue kesana" ujar Nara dan langsung mematikan telfonnya.
Yang menelfon dirinya adalah Jovanka, Nara langsung mengganti bajunya tanpa mandi terlebih dahulu, ia langsung berlari kebawah dan berpamitan dengan kedua orang tuanya.
"Nara izin keluar"
"Belum mandi ya?" Tanya Gabriel melihat rambut Nara acak acakan.
"Belakangan" ujar Nara.
Nara buru buru mengeluarkan motornya dan langsung melaju cepat.
Nara berhenti dipertigaan jalan untuk melihat pesan Jovanka yang mengirimkan tempat Barra menghampiri Zyco.
Setelah dirasa cukup paham, Nara kembali menutup kaca helmnya yang sempat ia buka sebelum membaca pesan dari Jovanka, kini ia memasukkan handphonenya disaku celana.
Deru motor mulai terdengar saat komstir stang motornya ia putar kebelakang dengan perlahan.
***
Nara telah sampai ditempat yang Jovanka kirimkan, namun tidak ada siapapun disini.
Tempat yang kumuh,bangunan bangunan kosong yang menjulang tinggi, terlihat beberapa besi yang sudah berkarat, Nara sangat berhati hati untuk saat ini.
"Apa Barra ada diatas?" Gumam Nara sambil melihat gedung yang menjulang tinggi tersebut.
"Tapi disini ngga ada motornya" gumamnya lagi.
Nara mengambil handphonenya, tangannya mengotak atik mencari nama Barra dalam kontaknya, setelah ketemu, ia langsung menekan gambar telepon dibagian pojok.
Hanya terlihat tulisan berdering, yang artinya Barra belum menjawab telfonnya.
"Ngga diangkat" ujar Nara masih santai.
Nara berganti untuk menghubungi Jovanka dan memprotes bahwa petunjuk yang dia kirimkan salah.
"Lo bener ngga si? Salah alamatnya"
"Gue bener kok, orang tadi motor Barra berhenti disitu"
"Disini ngga ada siapa siapa Vanka, kosong semua"ujar Nara mengomeli Jovanka.
"bentar gue cari lagi"
"Yudah cepet, udah tau adek lo belum sembuh total, malah dibiarin keluar"
"Mana gue tau, marah mulu kulkas"ujar Jovanka yang langsung menambatkan panggilan terputus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Is He Mine?
أدب المراهقينEND!! 17 Juli 2023 Kesalah fahaman tentang kematian yang membuat Barra bermusuhan dengan sahabat kecilnya. Barra Rafeyfa Alvarendra yang merupakan anak kedua dari tuan Rendra dan nyonya Gareta, Barra merupakan laki laki yang sangat cuek, berbeda de...