Pulpen kembali berputar, gebrakkan meja terdengar saat tutup pulpen mengarah kearah Barra.
"Kaget ya Ampun" ujar Raya saat Daren menggebrak meja.
"Gue yang nanya" ujar Jovanka.
"Jangan deh kak, lo suka aneh" ujar Barra.
"Tenang aja, ini ngga aneh kok" ujar Jovanka tersenyum jail.
Barra menghela nafasnya "Truth" ujarnya sebelum Jovanka bertanya apakah Barra memilih truth atau dare.
"Ngga tantangan aja?"
"Mager"
"It's ok, no problem" Jovanka menjeda ucapannya "kalau misalkan Steffy ternyata masih hidup, apa lo akan tetep untuk berjuang dapetin Nara?" Tanya Jovanka.
Nara yang tengah menunduk memainkan handphonenya langsung mendongak menatap Jovanka bingung.
"Jawab jujur" ujar Jovanka.
Seruan dari Raya, Zalen, Veral dan Daren saling bersahutan.
"Brisik, diam napa, Barra mau jawab" ujar Jovanka menyuruh mereka berempat untuk tutup mulut.
"Gimana Barra?" Tanya Jovanka.
"Steffy" ujar Barra, Nara kaget, namun dia sama sekali tidak mengeluarkan ekspresi terkejutnya, ia tetap dengan wajah datarnya dan kembali memainkan handphone.
"Kenapa?" Tanya Jovanka lagi.
"after he was not there, it turns out I feel if I love that girl" (setelah dia tidak ada, ternyata aku merasa jika aku mencintai gadis itu)
"Nara?"
"Aku juga mencintai dia" ujar Barra, ntah kenapa, dia sama sekali tidak ingin menutupinya kali ini, padahal biasanya dia paling malas jika sudah banyak pertanyaan dalam satu waktu sekaligus.
"Ngga bisa, kalau lo lebih milih Steffy,Nara buat gue" ujar Veral terang terangan, mereka yang mendengarnya begitu terkejut, ternyata dibalik sikap Veral yang sedikit canggung dengan Barra karena Veral menyukai seseorang yang Barra sukai.
"Steffy udah mati, dia ngga bakal bisa hidup lagi, jadi Nara punya Gue!!" Ujar Barra menekankan semua ucapannya, pria tersulut emosi.
"Lo itu_
"Stop, gue ngga suka jadi bahan rebutan"ujar Nara langsung membuat keduanya diam.
"stop aja mainnya "ujar Jovanka, ternyata permainan ini membuat pertemanan Barra dan Veral menjadi tidak baik baik saja.
"maafan sekarang"ujar Daren yang selalu menjadi penengah.
Veral menyodorkan tangannya tanpa gengsi "Sorry Bro" ujar Veral, uluran tangannya disambut hangat oleh Barra, dan tidak lupa Ber-tos ala laki laki.
Mereka semua sempat diam tidak ada pembicaraan sedikitpun sampai lima belas menit lamanya, masing masing sibuk dengan benda pipih ditangan dengan merek yang sama namun type yang berbeda.
"Khem" ujar Raya memecahkan kecanggungan itu.
"Apaan lo? Haus?" Ujar Veral.
"Nggak, sok tau banget"
"Ya terus apaan? Kham khem Kham khem"
"Dehhh, protes mulu jadi orang"
"Capek ya sama lo, salah mulu"
"Ngomong lo yang ngegas mulu, makannya gue sensi terus"
"Lo PMS kali"
"Sok tau banget sumpag"
KAMU SEDANG MEMBACA
Is He Mine?
Teen FictionEND!! 17 Juli 2023 Kesalah fahaman tentang kematian yang membuat Barra bermusuhan dengan sahabat kecilnya. Barra Rafeyfa Alvarendra yang merupakan anak kedua dari tuan Rendra dan nyonya Gareta, Barra merupakan laki laki yang sangat cuek, berbeda de...