Barra mengantarkan Nara sampai rumahnya, Barra tidak akan membiarkan Nara pergi sendirian walaupun dia tau Nara bukanlah perempuan yang lemah dan tidak pandai untuk jaga diri.
"Mau langsung pulang?" tanya Nara.
"Iya, udah sore, cuacanya juga mendung"
"Hati hati ya, kabarin kalau udah nyampe rumah" ujar Nara.
"Kalau sampe satu jam aku ngga ngabarin, itu artinya aku kenapa napa" ya ra"ujar Barra langsung membuat Nara overthinking.
"Kenapa ngomong gitu si, yaudah ngga usah pulang ya, di sini aja dulu, besok baru pulang"
"Ngga, aku mau pulang ke rumah mamah papah soalnya"
"Bar, kamu ngga papa?"
"Iya Nara, aku bercanda doang kok ngomong kaya gitu"
"Perasaan aku jadi ngga enak Bar, udah yaa disini aja dulu, besok baru pulang"
Barra menangkup kedua pipi Nara "Nara, aku naik motornya pelan deh beneran, udah ya ngga boleh overthinking, aku baik baik aja, nanti aku kabarin ok" ujar Barra.
"Ya udah, jangan ngebut ngebut jalannya"
"Iya cantik" ujar Barra tersenyum lebar.
Barra memuat motornya untuk segera pulang "kamu masuk gih, baru nanti aku jalan" ujar Barra.
"Iya"
Bersamaan dengan langkah Nara menginjak teras rumahnya, Barra keluar dari gerbang rumah Nara.
Brakk...
Baru saja Nara akan membuka pintu rumahnya, suara yang sangat keras membuat Nara langsung memutar badannya untuk mengecek suara tadi.Matanya memanas ketika melihat motor Barra yang terpental jauh tertabrak mobil, sementara Barra jatuh diatas aspal dengan darah yang keluar dari kepalanya.
Mobil yang menabrak Barra kabur begitu saja tanpa ingin bertanggung jawab.
Nara berlari sekencang mungkin, kekhawatirannya kini terjadi, Kekasihnya kecelakaan tepat di depan rumahnya.
Nara memangku kepala Barra yang berlumuran darah, ia tidak peduli jika darah tersebut menempel di pakaiannya.
"Barra, Barra banguuuun" Nara menangis histeris, hujan pun mulai turun memambasahi bumi. Nara tidak peduli jika dirinya akan sakit karena hujan, yang terpenting ia harus menolong Barra dengan cepat.
"Tolongggggg, tolongiiiiiin" sekeras mungkin Nara berteriak untuk meminta pertolongan.
"Barra bangun Barra, Barra plis bangun" ujar Nara menangis dibawah hujan.
"Nara" suara Barra yang terdengar sangst lirih, tangan Barra mengelus pipi Nara.
"Kamu neduh sayang, nanti sakit" ujar Barra dengan suara lirihnya, dalam keadaan seperti ini pun sempat-sempatnya Barra masih memikirkan Nara.
"Barra, kamu tahan yaa, aku minta pertolongan dulu"
"Nara, aku sakit"
"Iya sakit, kamu tenang ya, aku bawa kamu ke rumah sakit, biar kamu ngga sakit lagi" ujar Nara.
"Kamu di sini dulu, aku masuk rumah buat minta bantuan daddy" ujar Nara.
Nara meninggalkan Barra dibawah hujan, gadis itu berlari masuk kedalam rumah, tidak peduli dengan dirinya yang basah terkena hujan ditambah dengan bajunya yang banyak darah.
Disamping rumah Nara hanya ada satu rumah, itu pun penghuninya sedang pergi berlibur.
"Mommy, Daddy" dengan rasa gemetar, Nara memanggil orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is He Mine?
Teen FictionEND!! 17 Juli 2023 Kesalah fahaman tentang kematian yang membuat Barra bermusuhan dengan sahabat kecilnya. Barra Rafeyfa Alvarendra yang merupakan anak kedua dari tuan Rendra dan nyonya Gareta, Barra merupakan laki laki yang sangat cuek, berbeda de...