41. Terus berharap

555 15 0
                                    

Langkah awal Jannet bersama sang nenek Rezo pun berhasil. Berkat nasihat dari sang nenek, Rezo pun mulai luluh. Namun, momen tersebut justru membuat Rezo teringat akan sosok sang ibunya yang telah tiada.

•••

Di bagian teratas kastil, Rezo menangis dan terus mengaung dalam wujud serigalanya. Apa yang Jen lakukan hari itu, justru mengingatkan Rezo akan kenangan masa kecilnya bersama sang ibu. Tentu saja kenangan yang sangat berharga juga bercampur duka baginya.

Ibu Rezo meninggal, semenjak sang ayah dari Rezo pergi dari kediaman mereka. Sang ibu kerap kali sakit, hingga akhirnya pergi untuk selamanya.

Hal ini mungkin sudah cukup lama ia pendam sendiri. Hingga akhirnya hayati mulai lelah dan rasa sedih yang tak terbendung lagi.
Jen yang berada di ruangan, tepatnya dibagian bawah bagian teratas tempat Rezo kini berada.

"Apa yang terjadi, mengapa begitu berisik sekali," ucap Jen sembari menutup kedua telinganya, dan menyelimuti seluruh tubuhnya di balik selimut tebal tersebut.

Suara auman serigala itu terdengar semakin lirih. "Mengapa suara auman ini terdengar berbeda," ucap Jen sembari terus mendengarkan secara saksama.

Setelah beberapa saat kemudian, suara tersebut pun mulai mereda hingga benar-benar tak ada lagi suara yang terdengar.

Malam itu berlalu begitu saja, dan seolah tak pernah terjadi hal apapun.

•••

Jen memulai aktivitasnya, merangkai bunga-bunga hiasan yang telah Rezo perintahkan padanya.

"Sampai kapan hidupku seperti ini, sunguh sangat melelahkan," keluh batin Jen.

"Selamat siang Nona Jen," panggil sang nenek yang baru saja tiba. Jen pun membalasnya dengan senyuman pada sang nenek.

"Apakah nenek ingin menyantap sesuatu?" tanya Jen sembari terus merangkai bunga-bunga hiasan.

Hmm... sang nenek menggeleng, mendekati Jen yang kini duduk di lantai dengan dipenuhi bunga-bunga hiasan.

"Nenek berharap, Rezo bisa kembali seperti dulu lagi," ucap sang nenek dengan senyuman sendu.

Jen hanya terdiam, dan masih melakukan kegiatannya. "Aku pun berharap, Rezo dapat kembali pada dirinya yang dulu," batin Jen.

"Nona Jen, apakah kau bersedia bersama nenek dan cucu keras kepala nenek itu?" ujar sang nenek serius.

"Walau bagaimanapun juga, Rezo adalah pria yang baik sebelumnya. Kami sudah saling mengenal cukup lama, tentu saja aku sangat berharap yang terbaik baginya." Tukas Jen sembari memeluk sang nenek.

•••

"Jannet adalah wanita yang baik dan sopan. Nenek sangat menyukainya," ucap sang nenek, saat duduk bersama dengan Rezo.

Rezo duduk sambil menyandarkan dirinya di sofa. "Heron dan keluarganya belum terlihat. Sehingga aku harus menunggu," ucap Rezo seraya menutup kedua matanya.

"Andaikan saja, nenek terlebih dulu berjumpa dengan Jen," ucap sang nenek lagi.

Rezo menatap ke arah sang nenek dengan tatapan heran atas apa yang neneknya ucapkan.

"Apa maksud perkataan nenek?" tukas Rezo.

"Bukankah sudah sangat jelas, Rezo! Nenek sangat menyukai Jen, dan nenek berharap Jen terus ada."

Mendengar pernyataan neneknya, Rezo hanya terdiam tak tahu harus berkata apa lagi. Sedangkan sang nenek tahu bahwa, Jen hanya sebagai alat balas dendam bagi Rezo. Namun, yang terjadi kini justru berbanding terbalik.

Gadis KESAYANGAN Tuan Denish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang