66. sentuhan misterius

1.3K 16 0
                                    


Dibagian kamar teratas mansion kediaman Jen bersama Mr. Tyson. Jen menghabiskan sepanjang malamnya di sana, dan merasakan sensasi yang sama seperti malam-malam yang lewat. Jen dihampiri oleh sosok yang membuatnya begitu tak berdaya, dan rasa sosok tersebut sama dengan saat awal Jen bercinta.

Sentuhan demi sentuhan yang sungguh membuat Jen begitu mabuk dan pening. Menjelang pagi, Jen kembali seorang diri dalam keadaan tak berbusana. Namun sesuatu yang tak terduga pun terjadi.

~ ~ ~

Mr. Tyson secara tiba-tiba datang ke bagian kamar teratas mansion. Memanggil-manggil nama Jen, dan saat itu Jen baru saja terbangun dari malam panjang penuh gairahnya.

Jen berlari ke dalam kamar mandi, dan begitu panik.

“Nonaku sayang, apakah kau sedang mandi?” ucap Mr. Tyson dari balik pintu kamar mandi.

“Yah tuanku sayang, aku sedang membersihkan diri,” balas Jen.

Jen menutup dirinya dengan baju yang telah tersedia di sana. Menutup bagian yang terdapat tanda-tanda cinta dari sosok misterius itu.

Perlahan Jen membuka pintu, dan Mr. Tyson telah berada disana. Duduk, tepat di pinggir ranjang king size.

Tersenyum pada Jen, “beberapa malam ini, kau tidur di sini?” ucap Mr. Tyson.

“Yah, aku merasa nyaman berada di sini,” balas Jen gugup. Jen sungguh gugup tak karuan lagi, perlahan-lahan melangkah ke arah Mr. Tyson.

Mr. Tyson meraih tubuh Jen, dan menghirup aroma wangi sabun mandi yang telah Jen gunakan. “Kau sangat wangi, sayangku,” ucap Mr. Tyson.

“Istrahatlah. Bukankah, tuanku sedang kelelahan,” tukas Jen dingin. Jen enggan untuk menerima buaian mesra dari sang suami. Jen melangkah keluar, tanpa mempedulikan sang suami.

“Sayang!” Seru Mr. Tyson, sembari mendekap erat tubuh Jen. Namun Jen seakan tak suka akan hal itu.

“Apa yang kau lakukan!” Bentak Jen, dan dengan spontan mendorong tubuh suaminya.

“Sayang, ada apa denganmu?” ucap Mr. Tyson heran. Jen terlihat begitu berbeda kali ini. Jen pun langsung pergi begitu saja, sedangkan Mr. Tyson masih dilanda kebingungan akan sikap dingin Jen padanya.

•••

Duduk di kursi meja makan, dan menyantap makan malam masing-masing. Tak ada percakapan di sana, yang terdengar hanyalah bunyi sendok garpu yang beradu dengan piring maupun mangkuk saat mereka sedang menyantap makan malam.

“Mengapa kau berdiri di sini! Aku tidak memintamu untuk tetap berdiri di sini, bukan!” Ucap Jen pada salah seorang pelayannya.

“Maaf nyonya, aku hanya menunggu perintah,” balas sang pelayan gugup.

“Pergilah untuk makan, tak perlu menunggu kami.” Tegas Jen dingin. Sikap Jen cukup dingin sejak kepulangan sang suaminya dari luar kota.

Mr. Tyson  menatap ke arah Jen. “Ada apa denganmu, mengapa kau begitu cepat marah?” tanya Mr. Tyson pada Jen.

Jen menghentikan makan malamnya, dan  meletakkan sendok garpu miliknya dengan sedikit kasar.

“Aku hanya tidak ingin pelayan kita merasa tidak nyaman, dengan cara menunggu tuannya menyelesaikan makan malam. Bukankah, setelah kita benar-benar selesai, mereka dapat kembali, lalu membereskan meja!” Tukas Jen, lalu hendak beranjak dari hadapan suaminya.

Mr. Tyson hanya diam dan melanjutkan makan malamnya.

Jen berjalan menyusuri area taman mansion, duduk di kursi kayu yang terdapat di sana. Jen merasa ia tidak senang dengan kedatangan Mr. Tyson. Jen merasa ada yang aneh dengan sikap suaminya, dan juga dirinya.

Mengapa rasanya sama seperti malam-malam pertama waktu itu. Sentuhannya, gerakannya yang sedikit kasar... mengapa berbeda dengan sentuhan suamiku!” Jen bergumam didalam benaknya.

“Ini sudah malam, seharusnya kau beristirahat,” ucap Mr. Tyson yang kini berdiri di belakang Jen.

“Aku bosan, jadi aku ingin berada di sini untuk beberapa saat saja.” Balas Jen dingin. Jen bakan tak menoleh ke arah suaminya.

Secara tiba-tiba, Mr. Tyson mendekap tubuh Jen. Membalikkan tubuh Jen menghadap ke arahnya, dan hendak mncumbu Jen.

Ahk.. Pekik Jen, lalu menghindari setiap sentuhan dari sang suami. “Akan sangat malu jika para pelayan melihat hal ini,” tukas Jen mencari-cari alasan.

“Mari kembali ke kamar,” ajak Mr. Tyson.
Keduanya pun pergi menuju kamar pribadi milik mereka.

•••

Setiba di kamar, Jen duduk di pinggir ranjang. “Tidurlah sayang,” ucap Mr. Tyson, lalu berbaring di samping Jen.

Jen hanya melihat sekilas ke arah suaminya, dan berbalik badan. Rasanya Jen sangat kesal. Mengapa setelah beberapa pekan berada di luar kota, lalu kembali tidak berniat untuk bercinta. Bukankah Jen istrinya, dan Jen juga butuh buaian manjanya.

“Maaf, aku tidak bermaksud untuk menolakmu. Aku hanya takut para pelayan melihat.” Sesal Jen.

Mungkin saja suaminya tersinggung akan perlakuan Jen padanya saat berada di taman beberapa saat yang lalu.

“Tidak mengapa sayang. Aku pun lelah,” balas Mr. Tyson lalu perlahan terlelap.

Jen pun perlahan berebahkan tubuhnya, dan mulai merasa kesepian. Tindakan dari suaminya sungguh membuat Jen kesal.

Berbalik ke arah jendela kamar yang terlihat sedikit terang, karena cahaya lampu diluar. Jen masih tetap terjaga, sedangkan suaminya sudah terlelap.

Swushh...

Sesuatu lewat melalui depan kaca jendela kamar tersebut. Jen spontan terbangun dan beranjak hendak mencari tahu ada apa di sana. Rasa penasarannya mengalahkan rasa takutnya. Lagi pula, ini tidak sebanding dengan apa yang telah Jen lalui selama ini.

Sesuatu yang dingin terasa menyentuh wajah Jen, dan saling bertatapan. Namun, seketika itu juga kedua mata Jen tak mampu lagi terbuka.

Ahk... Pekik Jen, saat sesuatu seperti tangan menyentuh tubuhnya.

Menoleh ke arah suaminya, namun sepertinya suaminya tak bergeming sedikitpun.
Jen membuka pintu kedua samping jendela yang menghadap ke arah kota. Perlahan, menutup kembali pintu tersebut dengan pelan.

Hah.. Jen sangat terkejut akan sesuatu yang mendekap dirinya.

“Siapa kau...” ucap Jen dengan suara setengah berbisik.

“Aku milikmu, dan kau milikku,” balas sosok tersebut. Jen benar-benar tidak dapat membuka kedua matanya.

“Mengapa kau melakukan hal ini padaku... aku sudah memiliki suami,” ucap Jen lirih.

“Bukankah kau merasa nikmat bermain bersamaku,” ucap sosok tersebut, dan terus saja membuat Jen tak mampu menahan diri.

Sosok tersebut menyetubuhi Jen, tepat di luar kamarnya. Jen juga tak dapat mengeluarkan suaranya. Namun, sensasi malam ini sangat menyenangkan.

“Kau gila! Apakah kau hantu...” ucap Jen disela kegiatan mereka.

“Belum saatnya kau tahu,” ucap sosok tersebut. Lalu melepaskan Jen secara tiba-tiba.

“Brengsek! Kau mempermainkanku!” Umpat Jen. Karena ia masih ingin terus dibuai, walau mulutnya berkata tidak.

“Kau masih ingin ternyata,” ucap sosok tersebut.

Mengapa tubuhnya berbulu?” Jen kian penasaran dengan sosok tersebut. Namun, Jen juga begitu menikmati kehangatan yang diberikan padanya.

Siapakah sosok yang telah berkali-kali menyetubuhi Jen, dan membuat Jen berada dalam kenikmatan tiada tara.

***

Gadis KESAYANGAN Tuan Denish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang