Part 14: Aku akan menemanimu

3.5K 98 0
                                    

Jannet sangat marah pada Heron. Karena Heron telah berhasil meyakinkan Mr. Jim mengenai rencananya untuk menikahi Jannet.

~  ~ ~

“Sudah jam berapa ini,” gumam Jen sambil memandangi layar ponselnya. Ia mendengus sebal. “Apa-apaan ini!” ucap Jen saat menerima pesan bergambar via emailnya.

“Apa yang terjadi di sini?” lirih Jen. Jen tersungkur di ruangan kerjanya. Di sana Jen mulai terisak dan tersandar di sisi meja kerjanya.

“Ibu…” lirihnya sambil terus terisak pilu.

Jen berusaha bangun kembali, dan segera memanggil taxi. “Jannet!’ seru seseorang dari balik mobil sport berwarna hitam.

Jen enggan untuk mendengarkannya. “Jannet!” serunya lagi, dan akirnya meraih tangan Jen. Betapa terkejutnya ia saat melihat wajah sembab Jen.

“Apa maumu tuan?” tukas Jen sambil menghempaskan genggaman tangan Heron.

“Apa yang terjadi padamu?” tanya Heron cemas. Jen masih tidak ingin bicara.

Argh.. teriak Jen. “Mengapa sangat ingin tahu! urus urusan anda sendiri!” bentak Jen dan hendak masuk ke dalam taxi.

“Aku tidak akan membiarkanmu pergi! pak, pergilah! aku akan mengantarnya pulang!” tukas Heron. Supir taxi tersebut pun pergi dari hadapan mereka.

“Dalam saat seperti ini pun masih membuatku tidak suka!” bentak Jen lagi.

“Bicaralah Jannet” ucap Heron lembut.

“Ibuku… ibuku meninggal..” lirih Jen. Isak tangisnya mulai pecah.

“Tenanglah baby. Aku akan menemanimu” ucap Heron memberi ketenangan. Setelah di rasa Jen mulai tenang, Heron pun bergegas membawa Jen menuju kediaman Aharon family.

***

“Apa yang terjadi Jen?” ucap Zeon setiba Jen di rumah kediaman mereka.

“Aku akan pulang ke kampung malam  ini Zeon. Ibuku meninggal..” ucapnya lirih.

“Jen, maafkan aku. Aku sangat ingin pergi bersamamu, namun besok aku ada rapat penting dengan klien,” sesal Zeon.

“Yah, tidak masalah. Aku  akan menemani Jannet” tukas Heron.

“Ohh Mr. Heron, terimakasih,” ucap Zeon.

Beberapa saat kemudian….

“Kau sudah siap semuanya?” tanya Heron. Jen pun mengangguk, keduanya pun bergegas emnuju bandara terdekat.

Jannet akan pulang kembali ke indo, dengan di dampingi oleh Heron. Kali ini Jen tidak menolak keberadaan Heron di sisinya. Heron bahkan tak henti-hentinya memberi Jen ketenangan.

***

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka pun tiba di tanah air. Rasa rindu Jen sungguh tak terbendung lagi. Bertahun-tahun berada di negeri orang, kini kembali ke tanah kelahirannya.

Rumah kediamannya terlihat cukup sepi. “Mengapa sangat sepi?” gumam Jen sambil tak sabar ingin menuju kediamannya.

“Jannet!” seru seorang wanita muda dan berjalan ke  arah Jen.

“kakak” ucap Jen dengan wajah bahagianya.

Plakk…. sebuah tamparan pun mendarat di wajah cantiknya.

“Kakak, apa yang kakak lakukan?” tanya Jen heran.

“Kau tahu seberapa lama bibi sakit!” bentak sang wanita yang Jen panggil kakak tersebut.

“Bibi sakit-sakitan setelah mendengar berita bahwa kau hidup di luar negeri dengan menjual diri!” tukas sang wanita muda tersebut.

“Kakak! aku tidak pernah melakukan hal memalukan seperti itu,” tegas Jen meyakinkan saudari sepupunya tersebut.

“Pergi! kau tidak disambut di sini!” bentak sang kakaknya dna mendorong Jen hingga terjatuh.

Ahk.. lenguh Jen. Jen terduduk pilu seakan begitu terkejut mendengar hal tersebut.

“Aku ingin melihat pemakaman ibu” ucap Jen sambil mendongak ke  arah sang kakak.

“Kau tidak di sambut di sini!” bentak sang kakaknya lagi.

“Chintya! kau jangan keterlaluan! jangan-jangan kau yang telah bicara yang tidak-tidak pada ibu!” tukas Jen menunjuk wajah sang kakak yang bernama Chintya tersebut.

Cih… “Kau hanya seorang anak yatim piatu sekarang! dan pergilah jangan kembali lagi!” cela Chintya. Chintya adalah saudari sepupu Jen. Sejak kecil ia sangat iri hati pada Jen. Karena Jen sangat cerdas dalam berbagai bidang akademis, sehingga ia pun terpilih mendapatkan beasiswa.

Jen pun sangat disayangi oleh kedua orang tuanya, hal itu yang selalu membuat Chintya iri hati padanya. Jen pun telah menjadi seorang anak yatim sejak ia masih berada di masa sekolah menengah pertama.

Sang ayah meninggal karena sakit keras. Sedangkan Jen adalah seorang anak tunggal. Ia harus berjuang demi masa depannya, bersama sang ibu. Kini sang ibu telah tiada, tak ada lagi alasan baginya untuk tetap tinggal di sana.

Gadis KESAYANGAN Tuan Denish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang