Part 35: Debaran rasa

1.5K 44 0
                                    

Vestus kecil pulang dengan penuh kebahagiaan, dan tentu berharap mendapatkan pujian dari ayah dan ibunya. Pulang membawa buah-buahan pemberian para pemilik toko-toko  roti, tempat ia menitipkan roti olahan kedua orang tuanya. Namun sesuatu yang tak terduga pun terjadilah.

~ ~ ~

“Ayah!! ibu!!” jeritnya histeris, dan tersungkur.

Kedua orang tuanya duduk di atas kursi kayu, dengan keadaan bersimbah darah. Sekujur tubuh sang ayahnya terdapat beberapa luka, seperti luka cakaran binatang buas. Sedang sang ibunya, tersandar di kursi dalam keadaan menganga dan sekujur lehernya terdapat bekas gigitan.

“Tidak!! ayah, ibu… kumohon…”

Arghhhkk….. jeritnya, di sela isak tangis kehilangan dan rasa tak percaya akan apa yang ia lihat kini.

Vestus terlihat hampir putus asa, diusianya yang baru saja akan beranjak remaja, namun harus mengalami semua ini. Vestus belum siap menerima kenyataan ini.

Meraih gagang telepon rumah, dan mencoba melakukan panggilan. “Hallo paman, paman Heronn…” lirihnya, dan tak mampu mengucapkan sepatah kata pun lagi.

Selang beberapa menit setelahnya, muncullah seorang pria yang separuh dari tubuhnya memiliki bulu-bulu halus.

“Paman!!” jerit Vestus.

“Kakak..” ujar pria tersebut, yang ialah Heron. Heron masih remaja, kisaran usianya pun tak jauh dari Vestus. Ayah dari Vestus adalah saudara sepupu laki-lakinya, yang merupakan anak pertama dalam keluarga Danish.

Ibu Vestus adalah seorang keturunan manusia serigala. Karena hal itulah yang mengharuskan calon anak pertama mereka menjadi korban santapan sebagai penerus leluhur. Namun Ayah dari Vestus tak sanggup melakukannya. Ia membawa lari istrinya yang sedang mengandung.

Dengan segala upaya, akhirnya mereka pun menjauh dari keluarga Danish. Kemudian memulai kehidupan baru, walaupun sederhana, mereka cukup bahagia. Mereka menyembunyikan identitas asli dari orang-orang sekitar, dan bertekat untuk hidup layaknya manusia biasa.

Namun saat kelahiran Vestus, Mr. Worned, ayah dari Heron membawa mereka kembali dan tinggal di kastil keluarga. Akan tetapi, keberadaan mereka di sana dianggap rendah, karena tidak menuruti kebiasaan turun temurun para leluhur.

Vestus pun harus menerima perlakuan tidak menyenangkan dari keluarga besar leluhur mereka. Lagi dan lagi, ayah Vestus membawa anak istrinya keluar dari mansion milik keluarga besar tersebut.

“Setiba ku di rumah, ayah dan ibu sudah seperti ini..” isak Vestus.

“Kita akan memakamkan, kakak dan kakak ipar ke pemakaman keluarga Danish.” Tukas Heron, sepertinya Heron pun telah mengetahui siapa pelaku dari pembunuhan keji tersebut.

***

Di sebuah kastil megah milik keluarga Danish.

“Paman, mengapa kita ke kastil seperti ini lagi?” ujar Vestus meringuk di balik tubuh Heron.

“Ini adalah kastil milik ayahmu, namun ayahmu lebih memilih untuk hidup di luar. Keluarga kita adalah keluarga bangsawan, kastil ini akan menjadi milikmu.”

Vestus mulai memandangi betapa megahnya kastil tersebut. Ia cukup canggung dan merasa tak pantas berada di sana.

“Jika kau merasa kesepian, datanglah ke mansionku dan nenek..”

----------

Vestus menangis dalam kesendiriannya, sembari menyantap roti panggang buatan Jen. Ia menghabiskan seluruh roti panggang itu dengan berderaian air mata. Karena hingga saat ini Vestus belum mengetahui siapa yang telah membunuh kedua orang tuanya dengan cara yang sangat keji.

Gadis KESAYANGAN Tuan Denish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang