Part 16: Tidak peduli

2.6K 89 1
                                    

Setelah menerima undangan pernikahan dari Bill, Jen merasa cukup sedih. Sedih karena pria kebanggaannya akan menyandang status suami bagi wanita lain. Namun Jen sadar, ia tidak berhak. Karena itu adalah pilihan Bill, Jen pun hanya sebatas adik bagi Bill.

~ ~ ~

Jannet dan Heron sedang menikmati makan malam berdua, di salah satu resto terkenal di kota tersebut.

"Baby!" panggilnya.

Jen meletakkan gelasnya, "Yah tuan" jawab Jen.

"Apa yang mengganggu pikiranmu lagi?" tanya Heron, sembari mendekati wajah Jen.

"Apakah tuan sangat ingin tahu?" ucap Jen sambil memainkan sedotan minumannya.

Tsk... "Tentu saja baby," balas Heron dengan penuh antusias.

Jen tersenyum miring, "anda sangat menggangguku," tukas Jen.

Hmm... "benarkah itu?" Heron bahkan tertawa geli tatkala mendengar pernytaan Jen padanya.

"Aku sangat lelah, aku ingin pulang," ucap Jen sambil mengemasi barangnya.

"Baby!" ucap Heron sambil menggenggam tangan Jen.

Hh.. Jen menepis tangan Heron. "Cara anda sangat payah!" cela Jen dan beranjak pergi.

Heron langsung melakukan pembayaran di kasir, bahkan tidak mengambil kembalian dari tagihannya. Ia bergegas mengejar Jen yang hendak masuk ke dalam taxi.

"Jannet! Jannet!" panggilnya. Namun Jannet telah pergi begitu saja.

"wanitaku sudah semakin berani saja" gumam Heron dengan menyeringai. Ingin rasanya berubah wujud, namun ia masih berada di area keramaian.

***

"Kediaman Aharon family"

"Zeon!" seru Jen yang baru saja tiba di rumah.

Zeon yang sedang asyik dengan video gamesnya pun melepaskan sejenak kegiatannya. "Ada apa Jen? mengapa kau terengah-engah?" tanya Zeon cemas. Yah, Zeon memang cukup peduli pada Jen.

"Aku ingin bermain denganmu hingga pagi" ucap Jen, dan langsung duduk di samping Zeon.

Zeon terkekeh, "mengapa baru sekarang kau tertarik bermain video game?" ujar Zeon sembari merangkul Jen.

Tsk... "Aku hanya ingin membuang rasa jenuhku saja" ucap Jen. Keduanya pun benar-benar bermain hingga pagi. Jen sungguh kelelahan karenanya.

***

Sudah berhari-hari Heron tidak lagi menemui Jen. "Kemana pria mesum itu?" batin Jen. Terkadang Jen merasa cukup kesepian dengan kehidupannya.

Drrtttt... Rezo memanggil...

Jen pun bergegas menjawab panggilan dari Rezo, si sahabat semasa kuliahnya.

Jen: "Hallo Rezo!"

Rezo: "Jen, malam ini aku ingin menemuimu di kediamanan paman Jim."

Jen: "Oke baiklah Rezo, ditunggu.."

Hmm... menghela napas dan menyantap makan siangnya. Karena sedari pagi Jen belum sempat mengisi perutnya. Semua tanggung jawab pekerjaannya terlalu menyita waktu pribadinya. Tapi, yasudahlah ini sudah menjadi pilihannya.

***

"Kediaman Aharon family"

"Wau.. begitu ramai sekali..." ujar Mr. Jim, saat melihat Jen bersama Rezo juga Zeon sedang asyik bercengkrama.

Jen terlihat bahagia, saat berkumpul berasama Rezo dan Zeon.

Drrttt... getaran ponsel Jen sedari tadi tak Jrn hiraukan. Karena yang tertera ialah nomor baru. Namun berkali-kali ponsel Jen terus bergetar, hingga akhirnya Jen memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut.

"Apakah ini dengan nona Jannet?" tanya seseorang dari balik panggilan suara tersebut.

Hm.. "Yah. Aku Jannet, ada apa?" jawab Jen dan mulai menjauh dari Zeon juga Rezo.

"Tuan Heron sedang membutuhkan nona. Bisakah nona datang untuk menemui tuan Heron?"  tanya seseorang tersebut.

Jen mulai berpikir, dan menurutnya itu bukanlah urusannya. "Maaf tuan. Aku sibuk, dan silakan urus saja," tukas Jen seakan tidak peduli.

"Bahkan jika malam ini adalah waktu terakhir bagi tuan Heron! apakah nona tetap tidak peduli?" tegas si penelepon. Membuat Jen bertanya-tanya, tentang siapa sebenarnya pria yang sedang berbicara dengannya.

"Apa maksud anda?" tukas Jen.

"Jika nona peduli, silakan ke alamat---"

Mendengar hal tersebut, Jen merasa tidak tenang. Entah mengapa, Jen merasa ada sesuatu hal yang memang harus ia lakukan.

***

Gadis KESAYANGAN Tuan Denish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang