Part 27: Be my mine

2.8K 70 3
                                    

Rezo menemui Jannet, seolah-olah tidak pernah terjadi suatu kesalahan apa pun. Rezo tetap bersikap biasa saat bertemu Jannet, walau ia pun tahu bahwa Jannet sebenarnya sedang menaruh rasa curiga terhadap dirinya.

~ ~ ~

Tawa bahagia Jen saat bersama Rezo sejak dahulu hingga saat ini tidak pernah berubah. Rezo selalu bertingkah konyol demi menghibur sang sahabatnya.

"Jannet! apakah kamu pernah berpikir dalam pertemanan kita ini!" tukas Rezo sembari menatap ke arah Jen.

"apa maksudmu Rezo!" ujar Jen yang enggan untuk melanjutkan pertanyaan dari Rezo.

"Kau wanita bodoh Jen" ejek Rezo, mengalihkan pembicaraannya.

"Rezo! kau keterlaluan!" kesal Jen, memukul kecil lengan milik Rezo.

Rezo yang selalu menjadi sosok penghibur bagi Jen, karena tingkah konyolnya ketika bersama Jen. Namun Jen belum mengetahui kebenaran akan perasaan Rezo sesungguhnya. Jen beranggapan bahwa Rezo hanya suka bermain wanita.

***

"Resto xxx"

Rezo mengajak Jen untuk pergi bersamanya ke suatu tempat yang digemari mereka sejak kuliah dulu.

"Rezo, ada angin apa kau membawaku kemari?" tanya Jen penuh selidik.

Rezo duduk berhadapan dengan Jen dan keduanya pun saling menatap satu sama lain. "Jannet apakah salah jika aku menyukaimu?" tukas Rezo.

Jen terkejut hingga menghentikan suapannya. "Rezo kau selalu sajan bercanda hal yang berlebihan begini!" dengus Jen dengan wajah sebalnya. Ia tahu bahwa Rezo akan selalu menggodanya.

"Bagaimana jika aku sungguh-sungguh menyukaimu dan ingin kita memiliki hubungan?" tegas Rezo lagi.

"lebih baik kita habiskan dulu makanan ini, jika dingin tidak akan enak lagi" sela Jen yang mencoba mengalihkan topic pembicaraan.

"Baiklah Jen" ucap Rezo kelu. Rezo terlihat enggan untuk melanjutkan makan malamnya. Keduanya pun seakan canggung satu sama lain, semenjak pertanyaan yang telah Rezo lontarkan.

Setelah menyelesaikan makan malam bersama, keduanya pun berkeliling di sebuah pasar malam.

Whusstt... hembusan angin secara tiba-tiba menerpa kulit leher belakang Jen, sehingga membuatnya menggigil.

Jen menyadari ada sesuatu yang sedang memperhatikannya dari jarak cukup dekat. "Ada apa Jen?" ujar Rezo, saat Jen berkali-kali menoleh ke sisi kiri kanannya.

"Tidak Rezo, aku hanya merasa lelah saja" ucap Jen sembari mendekap dirinya sendiri. Karena angin malam itu memang cukup dingin baginya.

***

"Kediaman Jannet"

"Tuan Heron aku merindukanmu..—" ucap Jen dengan penuh lirih. Berbaring sembari mendekap guling miliknya dan memejamkan matanya sejenak. Rasa sesak itu pun kembali hadir, seakan ia masih belum mampu melupakan Mr. Heron. Jen memang belum mampu melupakannya.

Semakin keras ia mencoba, maka semakin sesak pula hatinya. "Mengapa kau sangat tega padaku tuan..." isaknya. Jen tak ingin mencari pengganti tuan mesumnya. Perasaannya sudah terlanjur berlabuh pada Heron sepenuhnya.

Drrrtt... Rezo memanggil...

Jannet: "Ada apa Rezo? mengapa kau belum tidur?"

Rezo: "Aku mencintaimu Jannet." Tukas Rezo saat Jen baru saja ingin berlabuh ke alam mimpinya.

Jannet: "Apa maksudmu Rezo!" Jen terkejut hingga membelalak.

Rezo: "Aku berada di bawah jendela kamarmu" tukas Rezo.

Jen pun bergegas menuju jendela kamar miliknya dan melihat ke area bawah. Di sana sudah ada Rezo yang berdiri sembari mengarahkan ponselnya di telinga dan melambaikan tangannya pada Jen.

"Jannet, be my mine" ujar Rezo sembari berlutut di hadapan Jen dengan menyodorkan sebuah paper bag.

"Rezo, apa yang kau..—"

"Aku mencintaimu Jannet!" Rezo berdiri dan melangkah mendekati Jen. Jen hanya menunduk, ia belum siap untuk menyambut kehadiran pria lain lagi.

"Rezo, ini terlalu cepat. Maaf, aku tidak bisa..—" ucap Jen dengan perasaan yang campur aduk.

"Aku hanya bercanda Jen," kekeh Rezo sembari mengusap kepala Jen.

"Rezo!" teriak Jen kesal.

"Aku tidak akan memaksamu, dan untuk perasaanku, aku sangat serius" tukas Rezo sembari memberika paper bag pada Jen.

"Terima kasih Rezo atas pengertianmu" sesal Jen. Ia tahu bahwa Rezo serius dengannya, namun Jen tidak ingin salah langkah untuk kedua kalinya. Sudah cukup semua yang telah ia lalui kemarin.

Gadis KESAYANGAN Tuan Denish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang