Ini sudah lewat jam 12 malam dan Jeongyeon masih belum bisa tidur semenjak dia mengunci pintu kamarnya. Padahal tubuhnya sudah terasa sangat lelah karena acara pernikahannya.
Dia memutuskan untuk mendengarkan musik di telponnya ketika suara keras dari dapur, seperti kaca pecah sedikit menggema ke kamarnya.
"Suara apa itu?" dia bertanya-tanya apakah kebisingan itu disebabkan oleh Mina atau penjaga villa.
Tapi...bukankah hanya ada dirinya dan Mina yang berada di tempat itu?
"Apa mungkin itu pencuri?"
Seketika jantung Jeongyeon berdegup kencang saat memikirkan seorang pencuri masuk ke dalam villa mereka.
"Brengsek!" dia mendengar suara Mina.
Tanpa menunggu apapun, Jeongyeon segera bangkit dari tempat tidurnya dan dengan tergesa-gesa membuka pintu kamarnya sebelum berlari menuju dapur.
Baru saja kakinya melangkah ke dapur, dia menemukan Mina sedang memegang botol jus yang pecah dan lemari es terbuka lebar di belakangnya.
"Apa yang terjadi?"
Jeongyeon segera pergi untuk membantu wanita yang baru saja menjadi istrinya itu. Mengambil botol yang pecah dari tangannya agar Mina tidak melukai dirinya sendiri.
Yah, bagaimanapun juga Mina itu ibu dari calon anaknya dan dia tidak setega itu membiarkan Mina membereskan kekacauan itu sendiri.
"Apa kau baik-baik saja?" Jeongyeon bertanya dengan cemas.
"Aku mencoba meminum jus tapi botol itu tiba-tiba jatuh dari tanganku..." Mina menjawab dengan kesal.
Dia lalu melihat ke arah Jeongyeon, memperhatikan bahwa pemuda itu hanya menggunakan celana boxer hitam pendek dan kaos putih tanpa lengan hingga memberi pandangan luas ke arah lengannya yang terlihat lumayan kencang.
"Sial!"
Mina segera mengalihkan pandangannya, merasakan pipinya mulai memanas dan dia tahu kalau nafsunya kembali menguap dari dalam dirinya.
"Hei, hati-hati. Masih ada kaca di lantai. Kau bisa terluka....." Jeongyeon mengingatkan saat menyadari bahwa Mina sedang bertelanjang kaki.
"Berhenti memanggilku "Hei" atau "Kau", aku ini lebih tua darimu..." gerutu Mina.
Saat ini dia benar-benar kesal pada dirinya sendiri yang begitu mudah terangsang dan nafsuan tingkat tinggi.
Tanpa memperdulikan perkataan Jeongyeon sebelumnya, Mina langsung melangkah maju karena dia ingin cepat-cepat pergi dari sana untuk mencegah hal buruk terjadi.
Tidak lucu jika dia kembali menyerang Jeongyeon dan benar-benar hamil setelah itu. Bisa hancur semua rencana yang sudah dia susun dengan matang-matang.
"HATI-HATI!" teriak Jeongyeon, tapi terlambat karena Mina sudah menginjak pecahan kaca dan langsung meringis kesakitan.
"BRENGSEK!" Mina mengutuk dengan keras.
Jeongyeon memegang lengan Mina erat-erat, menjaga wanita itu agar tetap berada di tempatnya sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan.
Dia mengamati pecahan kaca yang berserakan di lantai dan tetesan darah yang jatuh dari telapak kaki Mina.
Ah, dia tidak punya pilihan lain.
Dia mengumpulkan semua tenaganya dan mengangkat Mina dari lantai. Menggendong istrinya seolah-olah wanita itu tidak mempunyai bobot yang berat.
"Y-yah...a-apa yang...kau...l-lakukan?" Mina bertanya dengan gemeter.
Dia segera melingkarkan lengannya di leher Jeongyeon untuk menenangkan diri. Wajah Jeongyeon hanya satu sentimeter dari wajahnya dan hal itu membuatnya terengah-engah dengan kedekatan mereka.
