"Hufft..." Mina mengemudikan mobilnya, sesekali menghela napas untuk menghilangkan rasa gugupnya.
Entah kenapa dia merasa aneh ketika keluar dari rumah karena dalam waktu dua minggu dirinya maupun Jeongyeon sama-sama mulai berubah.
Mina kembali mengingat-ingat apa yang menyebabkan mereka berdua berubah. Dia merasa bahwa belakang ini dia lebih nyaman di dekat Jeongyeon.
Jika di pikir-pikir lagi, mungkin sekarang hubungan mereka lebih seperti berteman.
Eh?
Tunggu...
Berteman?
Mina tertawa tertahan dengan istilah yang ada di pikirannya. Berteman dengan Jeongyeon terdengar begitu konyol di telinganya.
Saat Mina berhenti di lampu merah, dia melirik jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua siang.
Perjalanan menuju kota sebelah memakan waktu dua puluh lima menit dan sepertinya dia bisa sampai tepat waktu.
Mina merasa lega karena Kyungwan tidak bisa mentolerir keterlambatan. Pria itu sangat disiplin dan selalu tepat waktu. Dia juga mengharapkan semua orang disekitarnya pun bisa tepat waktu saat membuat janji bertemu dengannya.
Mina bahkan masih ingat saat dia terlambat 10 menit dari waktu janjian mereka karena lalu lintas jalan yang tiba-tiba padat dan saat itu butuh waktu seharian untuk meminta maaf pada Kyungwan.
Dia sangat mencintai Kyungwan, namun di saat-saat tertentu pria itu tak segan membuatnya menangis dengan ketegasan sikapnya.
Tak jarang Sana dan Momo mengejeknya karena terlalu mencintai pria seperti Kyungwan, tapi Mina tak pernah memperdulikannya.
Mina kembali mengingat-ingat pertemuan pertama mereka. Itu terjadi saat Momo dan Sana mengajaknya ke sebuah perkumpulan acara kampus mereka.
Di situ lah Mina bertemu dengan Kyungwan. Dia tampak mencolok di bandingkan yang lainnya dengan rambut pirang dan kulit putihnya.
Wajahnya sangat tampan dan aura tenang yang terpancar darinya membuat Mina jatuh cinta pada pandangan pertama padanya.
Mina sangat senang saat Kyungwan menghampirinya dan mengajaknya berkenalan. Mereka lalu berbincang-bincang dan bertukar nomor.
Keesokan harinya Kyungwan mengiriminya pesan singkat untuk mengajaknya keluar dan tentu saja Mina menyetujuinya.
Setelah hari itu, mereka makan malam di luar beberapa kali. Kyungwan selalu membawanya ke tempat yang mewah dan berkelas, memperlakukannya seperti seorang putri.
Kyungwan bukan tipe pria yang banyak bicara, namun dia selalu mendengarkan cerita Mina dengan seksama.
Di kencan ke lima mereka, Kyungwan meminta Mina untuk menjadi pacarnya dan tentu saja Mina tidak memiliki alasan untuk menolak pria yang disukainya.
Kyungwan pria yang tampan, kaya, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, dewasa dan juga pintar. Apa yang diinginkan Mina dari seorang pria semuanya ada pada diri Kyungwan.
Bukankah dia sangat beruntung?
Tittttttt....
Mina tersadar dari lamunannya saat mendengar klakson mobil di belakang mobilnya. Ternyata lampu jalan sudah berubah menjadi hijau hingga membuat pengendara lain kesal padanya.
"Sial!" Mina buru-buru mengemudikan mobilnya dan kembali fokus pada tujuan utamanya.
Dadanya mulai berdebar-debar saat memarkirkan mobilnya di tempat janjiannya dengan Kyungwan.
