Ruang tunggu dokter saat itu di penuhi oleh para wanita yang tengah mengantri menunggu giliran memasuki ruang periksa.
Alis Mina berkerut memperhatikan setiap wanita yang ada di sekitarnya, merasa aneh karena tak ada satu pun dari mereka yang ditemani oleh pasangannya.
Mungkin saja karena hari ini merupakan jam kerja sehingga para suami tidak bisa menemani istrinya. Atau mungkin juga para suami memang malas menemani istrinya hingga membuat alasan seperti itu.
"Benar-benar bajingan!" umpat Mina dalam hati ketika memikirkan kemungkinan tersebut.
Dia lalu melirik ke arah Jeongyeon yang duduk di kursi panjang di sebelahnya. Diam-diam mulai memperhatikan suaminya itu dan bertanya-tanya apa yang sedang di pikirannya.
Apa dia merasa tidak nyaman berada di tempat seperti ini?
Tapi Mina terkejut saat menemukan ekspresi wajah Jeongyeon yang tampak biasa saja dan tidak terganggu sama sekali. Bahkan ketika beberapa wanita terus melihat ke arahnya.
Jeongyeon benar-benar menarik perhatian semua wanita yang ada di sana. Mungkin karena dia satu-satunya pria yang datang menemani istrinya.
Itu saja sudah membuat semua orang memperhatikannya dan bagaimana jika orang-orang di sana mengetahui statusnya yang masih duduk di bangku SMA?
Oh tuhan....
Mina bahkan tidak bisa membayangkan kejadian sebelumnya. Memikirkannya saja sudah membuat Mina geleng-geleng kepala.
Dia tidak tahu harus berkata apa ketika melihat Jeongyeon datang ke rumah dengan seragam sekolah yang masih menempel di tubuhnya.
Beruntung mereka masih berada di parkiran hingga Mina bisa meminta Suzy membelikan pakaian untuk suami bocahnya itu.
Bukankah bocah itu tidak waras?
Mau di taruh di mana wajah cantiknya itu jika orang-orang tahu dia menikah dengan seorang anak SMA?
"Hufftt..." Mina menghembuskan napas ketika melihat sekitarnya, dia mulai merasa terganggu dengan tatapan para wanita pada suaminya.
"Jeongyeon..." panggil Mina perlahan dan pemuda itu menoleh padanya.
"Ya? Ada apa? Kau butuh sesuatu?" Mina mengangguk, sebenarnya dia berniat menjauhkan Jeongyeon dari sana.
Bisa-bisa masalah lain akan muncul jika dia membiarkan Jeongyeon terus menunggu bersamanya.
Cepat atau lambat, salah satu dari wanita-wanita itu pasti akan memberanikan diri untuk menyapa dan bertanya perihal hubungan mereka.
"Aku haus..." kata Mina dengan tatapan memelas.
Dia selalu menggunakan tatapan seperti itu saat menginginkan sesuatu dan dia tahu Jeongyeon tidak akan bisa menolaknya.
"Belikan aku minum..." pemuda itu tidak tampak keberatan sama sekali.
"Mau minum apa?" Jeongyeon buru-buru menambahkan sebelum Mina membuka mulutnya.
"Jangan kopi..." Mina cemberut.
"Kalau begitu susu strawberry saja..." Jeongyeon mengangguk.
"Baiklah..."
Jeongyeon lalu berdiri dari tempat duduknya dan bersiap pergi saat Mina menarik ujung hoddie yang dikenakannya, membuatnya menoleh ke arahnya.
"Apa?"
"Jangan lama-lama, kau mau ikut masuk ke ruang periksa dan bertemu dengan dokternya, kan?" sebelah alis Jeongyeon terangkat, sedikit bingung melihat sikap Mina yang terkesan agak manis dan juga malu-malu.
![](https://img.wattpad.com/cover/305970251-288-k430827.jpg)