Kantin yang sepi pada jam pelajaran kini mulai penuh sesak dengan siswa yang sibuk menyantap hidangan mereka di atas meja masing-masing.
Dahyun diam-diam melihat Jeongyeon yang santai menyantap makanannya. Ingin sekali menanyakan banyak hal pada sahabatnya itu.
"Jika kau ingin menanyakan sesuatu padaku, maka tanyakan saja. Jangan malah menatapku seperti itu. Kau hanya membuatku takut, hyun..." lirih Jeongyeon setelah memasukkan sosis ke dalam mulutnya.
"Wah, sejak kapan kau menjadi peka seperti ini?" ujar Dahyun tak percaya dengan perubahan drastis pada kepekaan yang biasanya minim dimiliki Jeongyeon.
"Oke, kalau begitu aku akan langsung saja. Jadi, kau sudah pacaran dengan Jennie?"
Terlampau semangat, Dahyun tanpa sadar meninggikan suaranya hingga membuat Jeongyeon tersedak makanannya.
"Uhukkkk..."
Jeongyeon benar-benar kewalahan, tak pernah menduga jika Dahyun akan menayangkan hal seperti itu. Atau lebih tepatnya, membuat pernyataan dari pada pertanyaan.
"Tidak, itu sama sekali tidak benar!" Jeongyeon dengan panik melihat sekelilingnya.
Dan apa yang dikhawatirkannya sejak pertanyaan itu keluar dari mulut ember Dahyun benar-benar terjadi. Suara keras itu berhasil menarik perhatian siswa-siswi yang ada di kantin.
Sekarang mereka semua menatap Jeongyeon dengan rasa ingin tahu dan bertanya-tanya. Ada yang terlihat tak percaya dan ada juga yang menatapnya tak suka.
"Aku tidak pacaran dengan Jennie!" ucap Jeongyeon dengan keras, seolah-olah mengumumkan pada setiap orang yang melihatnya.
Plak
"Aduh..."
Dahyun mengusap belakang kepalanya yang di pukul oleh Jeongyeon tepat setelah dia membantah pemikiran orang-orang tentang dirinya.
"Jangan menyebarkan gosip yang tidak-tidak, Dahyun!" Jeongyeon terdengar sangat kesal.
"Aku tidak menyebarkan gosip apapun. Aku tadi kan hanya bertanya..." Dahyun cengengesan tidak jelas, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.
"Kau benar-benar bodoh, ya? Itu jelas tidak terdengar seperti sebuah pertanyaan, tapi lebih ke arah pernyataan..." Dahyun mengerutkan alisnya.
"Hah? Masa sih?"
Rasanya tangan Jeongyeon benar-benar gatal, ingin sekali menyumpal mulut ember itu lalu menjahitnya.
"Dahyun, kau sebaiknya diam saja dan tak usah bicara lagi denganku..."
Jeongyeon mengumpat dalam hati, menekan amarah yang sejak tadi ingin sekali keluar dari dirinya. Sementara Dahyun hanya terkekeh dan tak ambil pusing dengan peringatan itu.
"Lalu, bagaimana dengan Sana nuna? Kenapa dia tak datang menjemputmu lagi?"
"Mana aku tahu, dia itu bukan siapa-siapaku. Dan kenapa juga dia harus menjemputku? Dia bahkan bukan kakakku atau pun keluargaku..."
Meski masih merasa kesal Jeongyeon tetap menjawab pertanyaan Dahyun karena ini satu-satunya jalan agar pria itu berhenti mengganggunya.
Drrt...Drrt...Drrr...
Perhatian Jeongyeon beralih saat ponselnya bergetar, petanda mendapat pesan dari seseorang.
Curiga dengan sang pengirim pesan, Dahyun langsung merebut dan membacanya ketika Jeongyeon selesai membalas pesan itu.
"Woah...."
Matanya langsung melebar ketika melihat nama Jennie terpampang nyata di layar ponsel Jeongyeon.