Chapter 47

477 82 12
                                    

"Kau sudah mau berangkat?" hembusan napas berat meluncur dari mulut Jeongyeon.

"Ya..."

Suzy memandang Jeongyeon dengan matanya yang teduh ketika menemukan mata pemuda itu terlihat sedikit sembab.

Dia tak tahu apa yang terjadi karena tuan Myoui tidak memberitahu detail pasti akan masalah yang sedang dihadapi Jeongyeon dan Mina.

Pria paruh baya itu hanya menyuruhnya datang ke rumah pasangan itu untuk menjaga Mina dan mengawasi apa yang terjadi di sana.

Serta tidak memberitahu siapa pun akan apa yang dia lihat dan dan dia temukan, hanya menyimpannya seorang sendiri.

Namun saat merasakan suasana rumah yang begitu sepi dan redup, membuatnya berpikir bahwa sesuatu yang buruk telah menimpa pasangan itu.

Pikirannya semakin terbukti saat menemukan pemandangan Jeongyeon keluar dari kamar tamu dan bukan kamarnya bersama Mina.

Juga, wajah pemuda itu nampak begitu murung dan di tekuk seperti orang yang tak punya semangat hidup.

"Kalau kau memerlukan bantuanku, katakan saja..." Jeongyeon mengusap wajahnya kemudian berusaha tersenyum.

"Tidak, nuna. Aku berangkat dulu. Hanya saja...tolong pastikan Mina memakan makanannya..." ucap Jeongyeon sebelum melangkah pergi dari rumahnya.

Tak lama setelah berangkat, Mina keluar dari kamar dengan penampilan yang sangat buruk. Pakaiannya acak-acakan, rambutnya berantakan, matanya sembab dan lelah.

Langkah kakinya begitu terburu-buru ketika menghampiri Suzy yang sedang membersihkan peralatan makan di dapur.

"Mana Jeongyeon?" tanya Mina terdengar tak sabaran.

"Duduklah dulu. Aku akan menyiapkan sarapanmu..."

"Jeongyeon kemana?!" tanya Mina lagi dengan nada yang sedikit menuntut karena pertanyaannya tidak mendapat jawaban.

"Dia sudah berangkat ke sekolah..." jawab Suzy sambil menuntun Mina untuk duduk terlebih dahulu kemudian membantunya menenangkan diri yang terlihat ingin menangis.

"Makanlah dulu. Jeongyeon berpesan agar aku memastikanmu menghabiskan makananmu..." mata Mina berkaca-kaca, menatap Suzy yang sedang meletakkan sarapannya di atas meja.

"Apa dia benar-benar mengatakan itu? K-kau tidak berbohong, kan?"

Suzy tersenyum dan menganggukan kepalanya lalu meletakkan segelas air madu hangat di hadapan Mina.

"Sungguh?"

"Iya, aku berani bersumpah..."

Mina tersenyum dan air matanya jatuh begitu saja, menetes membasahi pipinya. Setidaknya Jeongyeon masih peduli akan dirinya.

"Nah, sekarang ayo makan..."

"Y-ya..." Mina buru-buru menyeka air matanya sebelum mulai memakan sarapannya.
.
.
.
.
.
Jeongyeon mendongak ke atas tanpa menghentikan langkah-langkah kecilnya. Awan terlihat menghitam kelabu pagi ini, seolah-olah langit sedang berbagi sendu dengan dirinya.

Selama ini Jeongyeon selalu menyukai langit yang cerah, namun kali ini untuk pertama kali dalam hidupnya, dia menyukai pemandangan langit yang terlihat seperti itu.

Ya, dia tahu dia bodoh. Awan gelap di langit bukannya menyamakan perasaan dan beban di hatinya. Langit mendung itu terlukis karena semalam hujan lebat.

Meski begitu, anehnya Jeongyeon masih bisa mengingat bagaimana rintik-rintik hujan menghujami pendengarannya tadi malam.

Dimana saat itu raganya sedang merasa kesakitan, tapi anehnya fisiknya tidak apa-apa, mungkin karena hatinya remuk dan terkoyak begitu saja.

Young Man (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang