Chapter 26

463 94 74
                                        

"Jeongyeon, aku ingin bertemu..."

Begitulah isi pesan singkat yang di terima Jeongyeon dua jam yang lalu.

Biasanya dia hanya akan mengabaikan dan bahkan tak segan untuk menolak tawaran dari lawan jenisnya, baik sebelum menikah atau pun sesudahnya.

Tapi sekarang Jeongyeon tidak bisa membiarkannya begitu saja karena pesan itu berasal dari Kim Jennie.

Entah mengapa dia tidak ingin melihat Jennie bersedih. Bukan hanya karena dia salah satu temannya, tapi ada hal lain yang membuat dirinya merasa kasihan padanya.

Dia tak begitu paham, tapi hari ini ketika dia baru saja sampai di rumah dan melihat isi pesan itu, Jeongyeon langsung membalasnya dan mengatakan akan segera menemuinya.

Jeongyeon lalu mengirim pesan pada Mina, mengatakan kalau dia akan bertemu teman sekelasnya dan mungkin makan malam di luar.

Dia melakukan itu agar Mina tidak khawatir ketika pulang ke rumah dan tidak menemukannya dimana-mana. Meski Jeongyeon tahu hal seperti itu tidak mungkin terjadi, tapi dia tetap mengirimkan pesan itu pada istrinya.

Jeongyeon akhirnya bertemu dengan Jennie di sebuah restoran keluarga yang berada tidak jauh dari rumahnya.

Gadis itu memesan Jajangmyeon dan makan tanpa mengatakan apa-apa.
Tatapan matanya kosong, dia terlihat sangat berbeda dari gadis yang dikenalnya. Tak hanya itu, matanya juga terlihat sedikit sembab, sepertinya dia habis menangis.

Jeongyeon tidak menanyakan apa-apa mengenai apa yang terjadi pada keluarganya. Dia hanya makan dan duduk diam. Sampai selesai makan pun, tidak satu pun dari mereka yang mulai bicara.

Diam-diam Jeongyeon mulai memperhatikan penampilan Jennie, dia masih mengenakan seragam sekolah dan membawa tasnya.

Dia menduga Jennie tidak pulang ke rumah setelah sekolah mereka berakhir dan akhirnya berada di sini...bersamanya.

Saat selesai makan, untuk pertama kalinya sejak mereka sampai di tempat itu Jennie mengatakan sesuatu.

"Terima kasih..." Jennie berkata tanpa menatap mata Jeongyeon.

"Ayah dan ibuku tidak akan ada di rumah di jam segini. Mereka selalu pulang terlambat dan aku tidak suka makan sendirian..." Jeongyeon mendengarkan dengan penuh perhatian.

"Aku minta maaf karena mengganggu waktu istirahatmu dan memintamu datang ke sini..." Jeongyeon menggeleng cepat.

"Tidak apa-apa dan asal kau tahu, kau sama sekali tidak menggangguku..." Jeongyeon mengerti bagaimana perasaan Jennie.

Makan malam sendirian tidaklah menyenangkan karena itu tanpa sadar dia menawarkan diri untuk menemaninya kapan saja dia butuh teman untuk makan malam.

"K-kau serius?" Jennie tampak tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

Ini pertama kalinya baginya, dimana Jeongyeon menjadi begitu peduli dan perhatian akan keadaannya.

"Ya, tentu saja. Jadi, jangan sungkan untuk menghubungiku..."

Dan malam itu, untuk pertama kalinya Jeongyeon kembali melihat senyum Jennie yang sempat menghilang.
.
.
.
.
.
Mata Jeongyeon benar-benar terpaku pada sesuatu yang berada di balik kaca etalase setelah dia mengantar Jennie menuju mobil jemputannya.

Warna hijau yang cerah, bentuknya yang begitu lucu dan menggemaskan, seolah-olah memanggilnya untuk mendekat.

Jeongyeon bahkan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sana. Dia tahu dia harus melakukan sesuatu karena sudah hampir 15 menit dia hanya berdiam diri sambil memandanginya.

Young Man (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang