Jeongyeon duduk seorang diri di ruang tengah rumahnya sambil sesekali menatap layar TV yang menemaninya sedari tadi.
Senyum bahagianya sedetik pun tak hilang ketika mengingat kejadian yang dia lalui tadi malam. Saat dia memeluk Mina dengan erat di tengah ciuman selamat malam yang bisa di bilang mampu membuat siapa pun iri padanya.
Malam itu untuk pertama kalinya Jeongyeon berpikir menikah dengan Mina terasa lebih baik dari pada melajang. Apalagi jika sikap Mina bisa terus seperti ini, menjadi peduli dan menyukainya tanpa syarat.
"Ini, minumlah..."
Mina yang baru saja kembali dari dapur tiba-tiba saja menyodorkan minuman soda dingin pada Jeongyeon sebelum berlalu dan duduk di depannya.
Melihat hal itu, tentu Jeongyeon langsung melayangkan protes kenapa Mina malah duduk berjauhan dengannya di saat mereka bisa duduk bersebelahan.
"Minaa-ahhh..." panggil Jeongyeon, namun Mina memilih untuk bersikap masa bodoh dan mengabaikan rengekan suaminya itu.
"Tsk!" kesal di acuhkan Jeongyeon pun berdiri dari duduknya dan pindah ke samping Mina.
Sudah seperti ini sejak tadi malam, dimana Mina seakan seperti sebuah magnet yang selalu dapat menarik Jeongyeon agar selalu mendekat padanya.
Di sisi lain, Mina bukannya bermaksud cuek atau apa. Hanya saja sejak tadi malam dia menjadi selalu salah tingkah ketika dekat dengan Jeongyeon, benar-benar seperti seorang abg yang baru saja jatuh cinta.
Karena itulah Mina melakukan hal ini, mengalihkan pandangannya saat Jeongyeon berusaha menatap wajahnya.
"Wae? Kenapa kau tak mau melihat wajahku?" tanya Jeongyeon bertopang dagu melihat Mina yang tak mau menatapnya.
"Karena kau jelek..." jawab Mina acak.
"Woah..." seru Jeongyeon tak percaya.
"Kau kejam sekali, Mina. Berani sekali kau menghina wajah tampan suamimu ini, ah...tapi tak apa lah, setidaknya aku memiliki istri yang sangat cantik sepertimu di sini hehehe..."
BLUSH
Pipi Mina merona membuat Jeongyeon terkekeh saat menyadari hal itu, ingin sekali rasanya dia kembali menggodanya.
"Hei, kenapa kau selalu memalingkan wajahmu dariku? Kau tahu, padahal kau ada di sampingku, tapi entah kenapa aku merasa sangat merindukanmu. Ottokeeee?"
Deg
Pipi Mina semakin memerah, dia benar-benar tak menyangka jika suami bocahnya itu juga bisa melemparkan rayuan maut seperti tadi hingga membuat jantungnya berpacu tak karuan.
"Mina-ahh..."
"Apa?!" Jeongyeon meraih pipi Mina dan mengarahkan kepalanya agar berhadapan dengannya.
"I love you..."
Mina mencoba menyembunyikan senyum tipisnya. Ah, jadi seperti ini rasanya menjadi orang yang sedang di mabuk cinta.
Sudah dua tahun lebih dia tak merasakan hal seperti ini, dimana seorang pria mampu menggetarkan hatinya hanya dengan kata-kata manisnya.
Entah apapun yang Jeongyeon katakan padanya, itu selalu saja mampu membuat hatinya menari kegirangan.
Mina juga senang melihat mata teduh Jeongyeon yang selalu berhasil membuatnya menjadi lebih tenang.
Tak bisa berakting lagi, Mina langsung menggenggam erat telapak tangan Jeongyeon lalu menyandarkan kepalanya pada pundak suaminya itu.
"Aku baru saja menghadiri rapat penting di kantor. Jadi, biarkan aku tidur sebentar..." lirih Mina sangat lembut sebelum Jeongyeon bertanya lebih jauh padanya.
