Sejak menikah dan tinggal bersama, Jeongyeon dan Mina telah memiliki kamar masing-masing. Mereka sama-sama memiliki privasi dan merasa nyaman dengan pembagian yang seperti itu.
Selama mereka tinggal bersama, tak pernah sekalipun Jeongyeon memasuki kamar Mina begitu pun sebaliknya. Awalnya Jeongyeon berpikir mereka akan tetap seperti itu....entah sampai kapan.
Yang jelas dia tak pernah berpikir bahwa dalam waktu dekat, dia akan berada di kamar Mina seperti yang terjadi saat ini.
"A-apa kau yakin?"
Jeongyeon gugup setengah mati ketika melangkah masuk ke dalam kamar Mina yang dipenuhi dengan aroma feminim.
"Ya..." Mina menganggukkan kepalanya dan Jeongyeon hanya bisa menelan ludahnya.
Di hadapannya sudah ada istrinya yang hamil 6 bulan, kini tengah duduk di atas tempat tidur sambil memeluk bantal dan mengenakan piyama. Wajahnya merah padam, namun dia berusaha agar tetap tampak tenang dan seperti biasanya.
"Uhm..."
Jeongyeon masih berdiri di tempatnya, terlihat sangat canggung. Kepalanya sedikit menunduk, menghindari menatap Mina yang terlihat semakin seksi dengan baju tidurnya.
Perlahan Jeongyeon bisa merasakan darahnya mulai naik ke kepalanya dan dia yakin wajahnya sudah memerah saat ini.
Bagaimana pun, dia masih tak percaya jika dia akan tidur di kamar yang sama dengan Mina. Dia merasa sangat gugup hingga membuatnya tak tahu harus melakukan apa.
Memang benar dialah yang memulai pembicaraan tentang berbagi kamar itu, tapi dia tak menyangka dan tak pernah berharap kalau Mina akan menyetujuinya.
"Itu..." Jeongyeon menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal.
"Apa kau yakin aku bisa tidur di tempat tidurmu?" sangking gugupnya, Jeongyeon bahkan tak bisa memilih kata-katanya dengan benar hingga membuat Mina salah paham.
"Tenang saja, tempat tidurku cukup besar untuk kita berdua dan aku tidak sebesar yang kau pikirkan!" ketus Mina dan Jeongyeon langsung melambaikan tangannya.
"B-bukan begitu, aku hanya khawatir kau tidak akan merasa nyaman jika aku tidur di sebelahmu..." Mina mendengus dan membuang muka.
"Nyaman atau tidak, biar aku yang memutuskannya sendiri..."
Mina tiba-tiba berdiri dari tempat tidur dan berjalan mendekati Jeongyeon dengan mata yang anehnya terlihat berapi-api.
"T-tunggu..."
Jeongyeon langsung panik, bayangan tentang malam dimana Mina menyerangnya kembali memasuki ingatannya.
Dia buru-buru mundur sampai ke batas yang dia bisa dan menyilangkan tangannya di depan dada ketika Mina mendorong bantal yang dia pegang ke arahnya.
"Sekarang tidur dan jangan banyak bicara lagi!"
"Eh?" Jeongyeon mengerjapkan matanya.
"Aku bilang tidur!" perintah Mina sebelum berbalik dan kembali naik ke atas tempat tidur.
Dia mencari posisi yang nyaman, mengingat malam ini dia harus tetap memakai bantalan perutnya selama Jeongyeon ada di kamarnya.
Menutupi tubuhnya dengan selimut, Mina memilih untuk tidur menghadap dinding dan membelakangi Jeongyeon.
Sangking gugupnya, dia bahkan tak menyadari bagaimana Jeongyeon tumbang dan terduduk lemas di atas lantai ketika kakinya berubah menjadi jeli.
.
.
.
.
.
Sudah lewat tengah malam, Jeongyeon masih belum bisa tidur meski dia telah mencoba menutup matanya berulang kali.
