Chapter 23

404 86 42
                                        

Pagi ini, untuk kedua kalinya Mina dan Jeongyeon duduk berhadapan di meja makan. Sungguh rasanya sedikit aneh menjalani kehidupan baru mereka yang seperti ini.

Sebelum-sebelumnya Mina selalu makan sendirian di rumah kontrakannya, berbeda dengan Jeongyeon yang sudah terbiasa makan bersama keluarganya.

Jika dibandingkan dengan Mina, pastinya situasi ini sudah menjadi hal yang biasa bagi Jeongyeon.

Sejujurnya Mina merasa sedikit aneh untuk makan bersama dengan seseorang, apalagi kalau orang itu adalah suami yang tidak dia cintai.

Tapi...

Jika dia harus jujur...dia tidak membencinya.

Sebelum kejadian beberapa hari yang lalu, Mina tidak pernah bermimpi kalau dia dan Jeongyeon bisa berdamai seperti saat ini.

"Makan malam berdua ternyata tidak buruk juga..." pikirnya.

Mina tidak pernah pandai dalam hal memasak dan dia senang karena Jeongyeon bisa melakukannya. Karena itulah, dia cukup menghargai kemurahan hati pemuda itu.

"Ehem...jadi?" Jeongyeon mengangkat tatapannya dari piring dan menatap Mina dengan bingung.

Sedikit tak menyangka kalau Mina yang akan memulai pembicaraan di antara mereka berdua.

"Bagaimana dengan sekolahmu?" untuk sesaat Jeongyeon seperti tak tahu harus berkata apa.

Menyadari hal itu, Mina buru-buru menambahkan dan berusaha agar tidak terdengar memalukan, meskipun sebenarnya dia benar-benar malu melakukannya.

"Aku hanya berpikir, suami-istri itu biasanya bicara seperti ini di meja makan. Benarkan?" tanyanya sambil berpura-pura kembali fokus pada piringnya.

Dia sadar kalau dia terlihat seperti wanita bodoh saat ini, tapi tidak apa-apa. Anggap saja ini sebagai balasan untuk kebaikan Jeongyeon yang sudah mau memasak untuknya.

"Jadi? Bagaimana dengan sekolahmu?"

Mina bisa mendengar Jeongyeon menghela napas, tapi kemudian pemuda itu mengatakan sesuatu yang tidak terdengar kesal.

"Biasa saja..." Jeongyeon tiba-tiba terdiam.

"Ah...it..." Mina mengangkat wajah dan menatapnya dengan bingung.

"Ah apa?" tanya Mina dan dahi Jeongyeon berkerut, seolah-olah tengah mengingat sesuatu.

"Kemarin, seorang gadis yang aku kenal menangis...." Mina terdiam sejenak sebelum menertawakannya.

"Kau membuat seorang gadis menangis? Aku tidak menyangka kalau kau termasuk siswa nakal di sekolahmu..."

"Bukan begitu..." bantah Jeongyeon sambil menghela napas...lagi.

"Aku tidak membuatnya menangis...tapi...lebih tepatnya, aku memergokinya menangis..."

Mina mengangkat kedua bahunya, sejujurnya dia tak begitu tertarik dengan apa yang diceritakan Jeongyeon.

Seorang gadis remaja menangis? Itu bukanlah hal yang besar.

"Lalu?" tanyanya tanpa minat.

"Dia lari saat melihatku..." Mina memotong pancake-nya menjadi beberapa bagian sebelum meresponnya.

"Mungkin dia baru saja di tolak oleh pria yang disukainya..." Jeongyeon menggeleng cepat.

"Jennie bukan tipe wanita yang akan menyatakan cintanya pada seorang pria..." alis Mina terangkat mendengarnya.

"Mengapa kau bisa begitu yakin?"

"Itu karena dia salah satu gadis paling populer di sekolahku dan semua laki-laki menyukainya. Dan jika benar dia menyatakan perasaannya pada seorang pria, dia tak mungkin di tolak. Aku sangat yakin itu...." Mina menganggukkan kepalanya, menerima alasan yang terdengar masuk akal di kepalanya.

Young Man (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang