Mina merasakan lemah di sekujur tubuhnya bahkan setelah dia beristirahat seharian di rumahnya.
Yang dia lakukan sekarang hanyalah tidur, layaknya seekor tupai yang sedang berhibernasi untuk mengembalikan semua energinya.
Barang-barang Sana dan Momo terlihat berantakan di rumah Mina. Mereka datang ke sana dengan niat untuk bersenang-senang dan menghabiskan waktu bersama, mumpung Mina sedang meliburkan diri selama dua hari dari kantornya.
Namun sepertinya keinginan untuk bersenang-senang mereka harus di urungkan ketika melihat Mina yang tak berdaya dan tak bertenaga sama sekali.
Kedua wanita itu akhirnya menghabiskan waktu dengan bergosip di ruang tengah sambil menonton tv dengan Mina yang duduk meringkuk sambil memeluk selimutnya.
Sana dan Momo sesekali melirik aneh pada Mina yang terlihat lesu dan pucat. Mereka heran melihat temannya itu, bagaimana bisa seseorang yang tidak sakit itu malah terlihat sangat lemas dan cenderung tak bersemangat.
"Mina, apa kau yakin kau tidak sakit?" tanya Momo memecah keheningan.
"Aku juga tidak tahu..."
"Sudah periksa ke dokter?" timpal Sana dan Mina hanya menggelengkan kepalanya.
"Mungkin aku hanya kelelahan karena beberapa minggu ini aku sudah memaksa tubuhku untuk bekerja. Si tua bangka itu bahkan tidak pernah membiarkanku untuk beristirahat..."
"Sebaiknya kau periksa ke dokter saja, Mina..." Momo memberi saran, merasa khawatir melihat Mina yang seakan-akan tak memiliki nyawa lagi.
"Momo, apa kau tidak tahu kalau aku tidak suka ke rumah sakit? Bau obat yang sangat menyengat, pasien yang di penuhi darah dan orang-orang sakit itu ahhh....aku tidak mau ke sana..."
"Dasar. Ini kan untuk kepentinganmu juga, Mina..." timpal Sana.
Kedua orang itu kembali fokus pada layar tv sambil mendengarkan semua cerita Mina selama dia bekerja dengan ayahnya, melalui telinga mereka yang sangat tajam.
"Kehidupan bebasku benar-benar sudah berakhir. Aku tidak bisa lagi pergi ke klub dan bersenang-senang dengan pria pilihanku...."
Dan detik itu juga, kedua wanita itu seketika menoleh saat mendengar sebuah kejanggalan pada cerita Mina. Mereka menatap Mina dengan wajah penasaran sekaligus was-was pada temannya itu.
"Mina..."
"Hmm?"
"Kapan terakhir kali kau melakukannya?" tanya Sana.
"Mungkin 3 atau 4 minggu yang lalu. Kenapa?" jawab Mina santai.
"Yah! Kau serius?" Momo menimpali dengan wajah penasarannya.
"Kenapa? Ada apa?" Mina mulai bingung melihat reaksi kedua temannya.
"Kau sudah periksa?"
"Tsk! Aku kan sudah bilang, aku tidak ingin pergi ke rumah sakit..." Momo dan Sana menggelengkan kepalanya.
"Bukan itu, bodoh! Maksudku, kau tahu....mungkin di sana ada..." Sana tidak menyelesaikan kata-katanya dan hanya menunjuk ke arah perut Mina.
Mina pun segera menunduk dan melihat ke mana arah jari telunjuk Sana, masih dengan wajah bingungnya.
"Eh...ITU TIDAK MUNGKIN..."
Mina seketika membisu ketika semua pikiran yang ada di kepala Sana dan Momo berpindah padanya.
"Aku selalu meminum pilku. Dan...itu...aku..."
"Itu mungkin saja jika tuhan mengkehendakinya..." seru Momo dengan begitu santainya, tanpa memperhatikan wajah horor Mina.