Chapter 22

335 82 64
                                    

Pagi ini untuk pertama kalinya Jeongyeon dan Mina duduk berhadapan di meja makan, menghabiskan sarapan mereka tanpa saling melotot satu sama lain.

Paling tidak mereka tidak saling berdebat pagi ini. Kalau di pikir-pikir, ini adalah sebuah kemajuan yang cukup pesat dibandingkan hari sebelum-sebelumnya.

Padahal baru dua hari yang lalu mereka  saling berdebat dan berusaha menahan diri untuk tidak saling mencekik.

Sepertinya usaha Jeongyeon waktu itu mulai membawakan hasil. Ternyata mengajak Mina makan malam diluar bukanlah ide yang buruk.

Dan setidaknya mereka sekarang mulai berdamai dengan diri mereka masing-masing, tanpa harus melakukan kesepakatan tertulis.

Jeongyeon pun percaya jika dia bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan pernikahannya.

Mereka memang tidak saling mencintai, tapi bukan berarti mereka tidak bisa berteman, kan?

Jeongyeon merasa senang karena paling tidak suasana di rumah mereka sudah terasa lebih baik dari sebelumnya.

Sesekali dia memang harus menahan diri ketika mendengar celetukan Mina yang cukup menyakitkan dan sebagai seorang laki-laki, dia memang harus sering mengalah.

Seperti yang pernah di katakan ibunya bahwa wanita hamil itu memiliki ledakan hormon yang bisa datang dengan tiba-tiba dan hal itu merupakan musuh terberat bagi seorang laki-laki.

Jadi, akan lebih baik jika dia mengalah dari pada harus melawannya.

Percakapan di meja makan pagi ini pun mampu membuat Jeongyeon merasa lebih baik. Itu kali keduanya mereka bisa berbicara baik-baik, tanpa saling mengejek dan memaki setelah makan malam sebelumnya.

Kali ini terasa jauh lebih natural dan juga ringan. Hanya dengan mengingatnya saja, sudah berhasil membuat Jeongyeon tersenyum lebar.

"Hei..."

"Akhhh...Ya tuhan..." jerit Mina terkejut akan kedatangan Jeongyeon yang tiba-tiba.

Beruntung dia tak refleks membuang ponselnya atau lebih parahnya lagi, melempar ponsel itu ke wajah Jeongyeon.

Sementara itu, Jeongyeon hanya tersenyum kecil memandangi Mina yang sedang memegangi dadanya.

Reaksinya terlihat begitu lucu dan menggemaskan hingga membuatnya tak bisa mengalihkan pandangannya.

"Jeongyeon!" seperti biasa, Mina nampak kesal akan kejahilan suaminya.

Tak ingin membuat keributan, Jeongyeon lalu bersandar di dekat meja dan berada tepat di hadapan Mina.

"Maaf. Apa aku mengganggumu?" tanyanya lembut, membuat amarah Mina sedikit meredup.

"Tidak..." Mina menggelengkan kepalanya dan mencoba sedikit tersenyum.

"Ada apa?"

"Apa kau sudah sarapan?"

"Uhm...aku ingin membuat nasi goreng. Jika kau belum makan...aku bisa melebihkannya untukmu..." tawarnya membuat Mina terdiam sesaat.

Sungguh kebetulan yang menguntungkan sekali. Dia memang belum sempat sarapan karena terlalu sibuk memeriksa pekerjaannya. Suzy juga tidak bisa datang, hingga tak ada yang menyiapkan sarapan untuknya pagi ini.

"Jika kau tak keberatan..." Mina tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Jeongyeon!"

Saat Jeongyeon tersadar dari lamunannya, dia melihat teman-temannya sedang menertawakannya.

Young Man (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang