"Bagaimana rasanya? Enak, kan?" tanya Jeongyeon waktu Mina selesai memasukan kuah samgyetang ke dalam mulutnya.
Setelah mencicipi rasanya, Mina menatap Jeongyeon lalu menyandarkan punggungnya ke kursi dan menyilangkan kakinya.
"Hmm, tidak buruk..."
Jeongyeon tersenyum, ini pertama kalinya dia mencoba membuat Samgyetang dan kata 'tidak buruk' sudah cukup untuk membuatnya senang.
"Tapi..."
Seketika telinga Jeongyeon berkedut saat mendengar kata itu dan dia langsung cemberut ketika Mina mengatakan sebuah pengecualian.
"Aku sedang tidak nafsu untuk makan samgyetang. Aku bosan dengan makanan berkuah. Dari sarapan pagi hingga makan siang, aku selalu makan makanan seperti itu. Rasanya sudah menjadi sama saja di lidahku. Apa tidak ada makanan lain yang kau buat?"
Jeongyeon terdiam, wajahnya menampakkan rasa kecewa namun sedetik kemudian dia kembali tersenyum pada Mina.
"Seumur hidupku, ini pertama kalinya aku membuat samgyetang. Karena itu, aku menjadi terlalu terpaku dan terus membuatnya sampai aku benar-benar berhasil. Tapi kalau kau mau makanan lain, aku harus membuat yang baru dan tandanya kau harus menunggu lagi. Apa tidak apa-apa?"
"Tsk!" Mina berdecak malas.
"Ya, mau bagaimana lagi. Cepat buat sana!" perintahnya seperti seorang bos yang menyuruh bawahannya.
"Oke..."
Namun bukannya berjalan kembali ke dapur, Jeongyeon malah melangkah menuju Mina dan membuat segala pemikiran aneh muncul di otaknya. Apalagi ketika Jeongyeon mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke arahnya.
"K-kau mau apa?"
"Sstttt...."
Mina sudah tidak dapat berkata apa-apa ketika wajah Jeongyeon semakin mendekati wajahnya.
Dia merasa seluruh tubuhnya memanas dan dia dapat memastikan bahwa telinganya juga sudah memerah saat ini.
Jeongyeon terus memandang lekat-lekat wajah Mina, membuat wanita itu semakin risih akan kedekatan wajah mereka.
Apalagi saat dia merasakan hembusan napas Jeongyeon menerpa wajahnya, membuatnya harus menahan napas dan memejamkan matanya.
"Ah, aku pikir itu hanya satu. Tapi ternyata ada dua tahi lalat di dekat bibirmu..."
"Eh?" mata Mina kembali terbuka saat mendengar kata-kata Jeongyeon.
"Iya, tahi lalatmu..." Jeongyeon terkikik lucu dengan mata terus memandangi bibir Mina atau lebih tepatnya, ke arah tahi lalatnya.
"Kau..."
Mina merasa sangat geram apalagi saat merasakan tangan Jeongyeon dengan polosnya menyentuh kedua tahi lalatnya, seolah-olah itu adalah hal yang paling wajar untuk dilakukannya.
Dia ingin sekali memukul suaminya itu, tapi...
Ting Tong...
Bel rumah tiba-tiba berbunyi hingga mengalihkan perhatian Mina yang telah berniat menganiaya suaminya.
"Aku akan membukanya..." Jeongyeon berjalan menuju pintu utama meninggalkan Mina.
"Haaaah..."
Jantung dan napas Mina yang tadinya terasa hampir berhenti seakan kembali berfungsi sebagai mana mestinya.
Oh tuhan.
Ini benar-benar tidak baik untuk kesehatannya.
Mina menggigit bibir bawahnya dan sialnya, dia kembali mengingat kejadian yang sangat memalukan itu. Dia mengacak-acak rambutnya dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.