Mark mengerti, jika sosok yang sedang berjalan di depannya ini memang seorang Pangeran Lemuria.
Tentunya dengan alasan semacam itu. Bukan hal aneh bila seluruh rakyat Lemuria yang mereka temui di sepanjang perjalanan menuju Kuil Althea, lantas menundukkan kepala maupun meletakkan tangan di dada, sebagai tanda penghormatan kepada Sang Pangeran.
Ya, Mark sangat memahaminya.
Hanya saja. Sebagai warga Lemuria biasa seperti dirinya. Mark sungguh merasakan kecanggungan tak terhingga, lantaran tidak terbiasa menerima perhatian maupun penghormatan semacam itu dari banyak orang. Karenanya, Mark begitu kagum pada Jisung yang kini sedang berjalan di sampingnya, lantaran terlihat tidak terusik sama sekali dengan seluruh pandangan mata yang sedang tertuju pada mereka seperti sekarang.
"Itu karena aku selalu berada di dekat Pangeran Chenle sejak lahir, Senior Mark."
Seakan mampu membaca pikiran Mark saat ini, secara mendadak Jisung mengatakan hal demikian, bahkan turut melanjutkan.
"Jadi, wajar kalau aku terlihat biasa-biasa saja karena, ya, memang sudah terbiasa."
Sungguh kata-kata dari Jisung yang berhasil membuat Mark kaget bukan main, hingga membuatnya langsung menoleh pada sang junior penuh tatapan horor.
"Ju-Junior Jisung, ka-kau cenayang?" ucap Mark syok.
Seketika Jisung terkekeh geli.
"Tentu saja bukan, Senior Mark," balas Jisung. "Hanya saja saat melihat ekspresi canggung di wajah Senior, aku jadi kepikiran untuk mengatakan hal semacam itu," lanjutnya menjelaskan. "Mungkin karena aku juga pernah merasakannya dulu?"
Mark lantas mengelus dada lega.
"Syukurlah kalau begitu," ucap Mark setelahnya. "Akan menakutkan sekali kalau ada orang yang bisa membaca pikiran orang lain kan?"
"Tergantung," balas Jisung.
"Tergantung?" tanya Mark heran.
"Tergantung bagaimana kemampuan itu digunakan," kata Jisung. "Bayangkan jika dalam sebuah pertempuran Senior bisa membaca pikiran lawan, lalu mengeksekusinya dalam sebuah strategi perang," lanjutnya. "Bukankah itu menakjubkan?"
Mark tak lantas menjawab, karena rasa takjub terlebih dahulu menghampiri benaknya akan perkataan Jisung barusan.
Sungguh.
Sampai kapanpun, Mark rasa dirinya sama sekali tidak akan meragukan maupun mempertanyakan, tentang Jisung yang sudah menjadi Dreamis Keempat sejak usia muda, bahkan ditunjuk sebagai kesatria khusus untuk menjaga Chenle dari marabahaya.
Benar-benar kejeniusan yang tak terbantahkan.
"Percakapan yang menarik. Tapi sepertinya harus segera kalian akhiri karena kita sudah sampai di tujuan."
Sebelum Mark sempat membalas ucapan Jisung, Chenle memang sengaja mencari momen yang tepat untuk menyela percakapan yang ada, demi memberitahu keduanya bila langkah kaki mereka sudah sampai di halaman Kuil Althea.
Tak hanya Jisung yang segera menurut pada ucapan Chenle. Mark juga menghentikan niatnya untuk berbicara, hanya untuk menolehkan wajahnya pada bangunan yang berada tepat di depan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Fanfiction"Kau... punya seribu alasan untuk meninggalkanku. Kenapa tetap bertahan?" "Tentu saja karena aku juga punya seribu alasan untuk tetap berada di sisimu. Kenapa aku harus meninggalkanmu?" *** Sebagai Pangeran Atlantis, Haechan sadar bila takdir sama s...