Mark benar-benar terdesak.
Ini tidak seperti Mark takut pada seluruh serangan membabi buta dari Hendery yang dilampiaskan kepadanya. Melainkan kehati-hatiannya untuk mengambil tindakan agar segala kekacauan yang terjadi saat ini tidak semakin parah.
Betapa tidak?
Meski fokus Mark tetap terarah untuk menghindari segala serangan dari Hendery. Namun itu tidak menutup kemungkinan baginya untuk tetap awas pada situasi sekitar, yang mulai mengalami kehancuran oleh karena lesatan laser dari pedang Hendery yang meleset.
Maka dari itu.
Ketika menyadari bila sebuah perisai tampak membumbung tinggi untuk memerangkap sosoknya dan Hendery di dalamnya, Mark justru bersyukur.
Bersyukur karena kegilaan Hendery yang terlampau mendadak itu tidak akan menimbulkan korban jiwa apapun di sekeliling mereka.
Termasuk keselamatan Haechan yang terjamin karenanya, sehingga kekhawatiran Mark bisa berkurang signifikan tentang kemungkinan dari pertarungan mereka, yang akan melukai Pangeran Bungsu Atlantis tersebut.
Tidak.
Ini jelas bukan pertarungan antara Mark dan Hendery.
Karena sedari awal hanya Hendery lah yang melancarkan serangannya pada Mark, di saat Mark lebih memilih untuk menghindari seluruh serangan tersebut.
Bukan tanpa alasan.
Bagaimana pun, bagi Mark pertarungan yang sepertinya sudah mampu ia golongkan sebagai duel ini memang terlalu tidak jelas dan tidak mendasar.
Sebab.
Jika apa yang diceritakan oleh para Dreamis kepadanya waktu lalu itu adalah kebenaran. Maka tidak seharusnya Lemuria dan Atlantis yang telah sepakat untuk "berdamai sementara" dalam rencana penawaran itu untuk membunuh satu sama lain.
Dan jika kegilaan Hendery saat ini benar-benar bersumber pada obsesinya untuk menjaga "kesucian" Haechan.
Bukankah itu sebenarnya tujuan yang mulia?
Mungkin segalanya bisa dibicarakan secara baik-baik, dibandingkan saling beradu sabetan seperti ini?
"Kau! Makhluk hina tak tahu diri!" seru Hendery lagi tak kalah murka dari sebelumnya. "Punya nyali berapa kau berani merayu Permata Atlantis pada tipu daya busukmu itu?!" lanjutnya seraya melayangkan sabetan pedang lasernya semakin ganas. "Kau pikir makhluk rendah sepertimu pantas bersanding dengannya?!"
"..."
Ah...
...sial.
Sepertinya semua ini memang tidak bisa dibicarakan baik-baik.
TRANG!
"..."
"..."
Sebab, tak mungkin bagi Mark untuk membiarkan dirinya direndahkan sedemikian rupa oleh orang lain. Meski itu adalah kakak dari Haechan yang sudah sepatutnya ia hormati sekalipun.
Maka dari itu.
Ketika Mark telah memutuskan dengan bulat untuk mengenyahkan segala itikad baiknya pada "calon kakak ipar"nya itu. Bukan hal yang mengheran ketika dalam sekejap panah Iveros telah muncul di genggaman Mark, untuk segera menangkis serangan Hendery yang terarah padanya itu dengan busur miliknya.
"Maafkan aku, Yang Mulia Putra Mahkota."
Tak hanya itu, Mark turut bangkit berdiri dengan tegaknya, diiringi tatapan penuh tekat pada Hendery saat kembali berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Fanfikce"Kau... punya seribu alasan untuk meninggalkanku. Kenapa tetap bertahan?" "Tentu saja karena aku juga punya seribu alasan untuk tetap berada di sisimu. Kenapa aku harus meninggalkanmu?" *** Sebagai Pangeran Atlantis, Haechan sadar bila takdir sama s...