Kilas XCII: "Sebuah Cahaya"

246 36 4
                                    

Bagi Pangeran Haechan, gelapnya langit belumlah mencapai titik tertinggi kepekatan. Sehingga ia berpikir bila beberapa jenis kue dan segala manisan yang sengaja ia persiapkan di atas meja, akan menjadi pendamping yang sangat pas bagi tiga buah cangkir yang nantinya akan terisi oleh berkali-kali seduhan kopi. Mengingat larut malam hari ini sampai subuh hari, mungkin saja akan benar-benar Haechan manfaatkan secara maksimal, untuk membicarakan rencana kerja samanya dengan Pangeran Chenle dan Pangeran Jeno.

Bahkan saking bersemangatnya Haechan dalam sesi pembahasan kali ini, oleh karena dirinya yang begitu berharap akan mampu menemukan lebih banyak cara alternatif dalam mendamaikan Atlantis dan Lemuria. Ia sampai sengaja memerintahkan para pelayan pribadi maupun para pengawal yang menjagai kamarnya untuk "beristirahat" secara paksa sampai esok hari, agar diskusi ketiganya berjalan lancar tanpa hambatan akan rasa was-wasnya tentang pihak tak diinginkan yang mencuri dengar percakapan mereka.

Niat dan persiapan Haechan memang sudah sematang itu.

Dan seharusnya, apa yang telah direncanakan akan berjalan mulus tanpa kendala apapun.

Harusnya.

Jika saja Haechan yang sedang terduduk santai di ambang jendela kamarnya itu, tak mendapati gelang yang melingkar di tangannya mengeluarkan cahaya kemerahan, yang menandakan bila sesuatu di sekitarnya terdeteksi sebagai ancaman.

Dengan demikian, Haechan segera mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan demikian, Haechan segera mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah. Hanya untuk melukis senyum geli setelahnya, usai menemukan setitik keganjilan tampak membayangi salah satu pilar di sudut kamarnya, yang berhasil membuatnya sangat tergoda untuk segera berkata;

"Bukankah nyalimu terlalu besar untuk menyelinap ke kamarku seorang diri?"

"..."

Haechan tahu.

Memang tak akan semudah itu provokasinya mampu memancing seorang penyelinap yang sedang mengawasinya dari balik dinding ilusi tersebut untuk menampakan diri. Terlebih saat praduga menuntunnya untuk menebak, bila sang penyelinap yang masih bungkam itu tak mungkin sekadar penjahat kelas teri, oleh karena kepiawaiannya dalam menembus sistem keamanan ketat yang melindungi kamar peristirahatannya ini.

Meski demikian.

Tentunya Haechan tak berniat menyerah semudah itu. Lantaran dirinya pun sadar bahwa ia tidak memiliki kesempatan untuk mengulur waktu lebih lama. Disebabkan oleh kehadiran Pangeran Chenle yang sebentar lagi akan mendatangi mereka dari arah kamar cabang.

Maka dari itu.

Haechan hanya bisa menghela napas pasrah, ketika—

BLAR!

—secara tiba-tiba suara ledakan kecil terdengar lumayan nyaring dari balik pilar kamarnya. Bersamaan dengan kemunculan seseorang dari kepungan asap hitam yang menyertainya, demi menghindar dari apapun itu jenis serangan yang baru saja mengincar nyawanya dalam sunyi.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang