Kilas XC: "Sebuah Jawaban"

292 37 6
                                    

TRANG!

Tak sesepi biasanya. Kali ini suasana lapangan menghijau berukuran sedang yang terletak di salah satu sudut taman Istana Atlantis tersebut, terdengar sangat ramai oleh tumbukan dua bilah pedang yang saling beradu sangat sengit.

Hal itu terjadi karena Pangeran Chenle bersikeras tak mau menyerah begitu saja, ketika pedang di genggaman Pangeran Haechan terus memecah pertahannya dengan tebasan cepat dan tajam.

Bahkan gara-gara itu, langkah kaki Pangeran Chenle sedikit demi sedikit terus terdorong ke belakang. Hingga pada satu titik ia tak mampu lagi menghindar, oleh karena serangan dari Pangeran Haechan yang berhasil mengirim terbang pedangnya menancap pada tanah.

"Pangeran Chenle El Owenn, bukankah hasilnya sudah terlihat sangat jelas?"

Itu merupakan suara merdu dari Haechan, ketika berbicara pada Chenle yang kini tak mampu berkutik di posisinya, akibat sebilah pedang yang bertengger santai di perpotongan lehernya.

Meski demikian. Bukannya merasa terancam akan fakta kalau dirinya baru saja dikalahkan pada babak sparing kali ini, Chenle justru tertawa sangat puas dan terlihat bahagia.

"Sepertinya Pangeran Haechan El Allerick benar-benar bersikeras ingin menjadikanku sekutunya."

Di tengah terpaan semilir angin sore hari yang membuat surai bergelombang madu miliknya menari ringan di udara. Haechan membalas ucapan Chenle tersebut dengan senyum kecil yang menghiasi wajah menawannya, di sela-sela ayunan tangannya yang telihat begitu cantik ketika menarik acungan pedangnya agar tersemat kembali di pinggangnya.

"Apapun yang terjadi, kau harus berada di sisiku."

Seraya meraih tangan Haechan yang terulur kepadanya, Chenle membalas ucapan Pangeran Bungsu Atlantis barusan dengan kekehan geli.

"Aku pikir Senior Mark akan cemburu jika mendengarmu berkata seperti itu padaku?"

Haechan ikut terkekeh.

"Kalau itu kau, aku rasa dia tidak akan?"

"Kok?" tanya Chenle penuh tanda tanya besar di kepalanya.

Haechan hanya membalasnya dengan senyum tipis. Kemudian mengajak Chenle untuk berjalan bersamanya, menuju ke sebuah paviliun kecil menghampiri sosok Pangeran Jeno yang terduduk anteng di dalamnya.

 Kemudian mengajak Chenle untuk berjalan bersamanya, menuju ke sebuah paviliun kecil menghampiri sosok Pangeran Jeno yang terduduk anteng di dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang diri.

Penuh khidmat.

Seolah-olah secangkir teh di tangannya merupakan jenis teh terbaik yang pernah ia minum di muka Bumi.

Padahal tidak.

Karena kenyataannya Jeno hanya merasa sangat lega mampu bersantai dengan tentram dan damai. Setelah seminggu lebih dirinya nyaris gila karena terus-menerus bergadang tanpa henti. Apalagi turut menikmati pertunjukan gratis, berupa keahlian menakjubkan dari Haechan dan Chenle yang saling mempertontonkan kecadasan mereka dalam berpedang seperti barusan.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang