"Perjalananmu menyenangkan?"
Diiringi deburan suara ombak yang terbawa angin sepoi-sepoi samudera hingga ke telinganya. Sebagai saksi, bila kapal besar nan mewah yang berhasil ia tumpangi ini, sudah melaju dengan semestinya sesuai dengan komando Sang Nahkoda.
Sebuah senyum manis lantas terukir di bibir Haechan. Di sela-sela jemarinya yang sengaja ia bersihkan sendiri dengan sebuah serbet di atas meja, oleh karena dirinya sempat menikmati sepotong biskuit di hadapannya, yang memang sengaja disuguhkan untuk menjadi cemilannya pada sore hari ini.
Tak hanya itu.
Bertebarkan siluet oranye keunguan yang menghiasi langit luas di atas sana. Sebagai tanda begitu mutlak, bila suasana di sebuah teras yang terletak di lantai dek paling tinggi dari kapal mewah tersebut. Seakan menjadi latar yang begitu pas bagi Haechan untuk membenarkan kembali letak duduknya di sebuah sofa beludru keemasan, maupun segera membalas pertanyaan yang dilontarkan kepadanya barusan.
"Tentu," ucap Haechan setelahnya. "Terima kasihku pada Putra Mahkota karena bersedia meluangkan waktunya untuk menjamuku sebaik ini."
Berbeda dengan Haechan yang tampak masih mempertahankan senyum manis di bibirnya. Sesosok pria berperawakan kokoh khas dengan garis rahangnya yang tegas. Seolah-olah memperjelas, betapa tampan wajah yang dianugrahkan semesta padanya sejak lahir itu.
Kini terlihat begitu senang usai mendengar jawaban dari Haechan. Terbukti dengan sebuah kekehan kecil yang terlontar dari bibirnya. Berbekal kedua tangan yang masih saja setia menopang dagunya sendiri di atas meja. Agar manik kelabu yang ia warisi dari Sang Ayahanda itu mampu memandangi secara leluasa, bayang-bayang menakjubkan yang melekat kuat pada visual Sang Adik, yang begitu ia rindukan selama beberapa minggu belakangan ini.
"Segalanya untukmu, Matahari Mungilku."
Jawaban dari Sang Putra Mahkota Atlantis tersebut, justru malah mengarahkan percakapan yang ada menuju keheningan tak terbantahkan, berkat Haechan yang memilih untuk membalasnya dengan senyuman. Meski semua itu tampaknya tak berlangsung begitu lama, oleh karena di menit berikutnya Haechan langsung berkata.
"Tapi... sebenarnya aku cukup penasaran."
"Tentang?"
"Tentunya sebagai Putra Mahkota yang sedang melakukan kunjungan kerja di kerajaan lain. Banyak sekali pekerjaan yang harus segera ditangani, bukan?"
"Begitulah."
"Karenanya," ucap Haechan lagi tanpa tedeng aling-aling. "Apa benar tidak apa-apa Kakak membolos seperti ini hanya untuk menjemputku?"
"Pffft."
Pada akhirnya, Sang Putra Mahkota Atlantis alias Hendery El Allerick itu sungguh tak kuasa lagi menahan tawanya agar tak muncul kepermukaan, saking terhiburnya ia akan ucapan Haechan yang begitu berani menuduhnya sedang membolos tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Fanfiction"Kau... punya seribu alasan untuk meninggalkanku. Kenapa tetap bertahan?" "Tentu saja karena aku juga punya seribu alasan untuk tetap berada di sisimu. Kenapa aku harus meninggalkanmu?" *** Sebagai Pangeran Atlantis, Haechan sadar bila takdir sama s...