"Eh?!"
Diiringi pekikan kaget yang meluncur mulus dari bibirnya, kedua mata Haechan yang awalnya sudah terpejam pun lantas terbelalak sempurna. Usai merasakan sepasang lengan benar-benar bergerilya di balik punggung dan belakang lekukan lututnya, hanya untuk segera mengangkat tubuhnya ke udara dalam hitungan detik.
"Ma-Mark—"
"Yang Mulia Pangeran satu ini..."
Seakan tidak ingin memberi celah bagi Haechan untuk melampiaskan protesnya, Mark sengaja menyela dengan perkataannya yang terdengar lugas, diiringi kedua lengan yang tampak sibuk membenarkan posisi Haechan dalam gendongan bridalnya tersebut.
"Kalau terus saja bersikap semenggemaskan itu..."
Secepat bibirnya berucap. Secepat itulah Mark mulai membawa tubuh Haechan agar naik ke atas ranjang bersamanya, hanya untuk segera membaringkannya di sana. Tak sebatas itu saja, Mark yang memang begitu menikmati ekspresi keterkejutan dari Haechan, yang pastinya tidak menyangka bila dirinya berani bertindak sejauh ini. Lantas merendahkan wajahnya agar semakin mendekat pada Haechan, diiringi manik obsidian yang mengerling penuh sirat menggoda pada manik hazel milik sahabatnya tersebut.
"...apa tidak takut aku 'serang', hm?"
Haechan sendiri, yang benar-benar tidak menyangka bila Mark memiliki keberanian untuk menggodanya seperti ini pun, masih saja memandang pada Mark penuh ekspresi syok. Walau semua itu tampaknya tak berlangsung lama, oleh karena Haechan yang segera mengambil alih kendali tubuhnya agar mampu bersikap tenang kembali. Lantaran dirinya masih merasa sedikit waras untuk tidak terjebak pada rayuan Mark, yang pastinya hanya sekadar ingin mengisengi dirinya.
Maka dari itu.
Haechan yang cukup sadar bila dirinya tidaklah sedang menyamar sebagai Donghyuck pun, lantas memanfaatkan kondisi tersebut untuk mengalungkan kedua tangannya di leher Mark dalam sekejab. Hingga membuat situasi mereka saat ini berbalik seratus delapan puluh derajat, oleh karena Mark yang terlihat tak mampu menutupi keterkejutannya akan tindakan Haechan kepadanya saat ini.
Tentu saja.
Sebab jika itu adalah Donghyuck. Mark paham bila sahabatnya tersebut pastinya hanya akan menanggapi godaannya dengan kalem, tenang, atau malah menertawainya, karena selalu berpikir Mark hanya sedang bercanda.
Tapi karena ini adalah Haechan.
Sahabatnya, dalam jati dirinya yang merupakan seorang Pangeran. Ternyata memiliki kemampuan mengendalikan situasi yang cukup signifikan, dengan balik mengukir sebuah senyum manis di bibirnya, maupun balas menatap manik obsidiannya dengan bias menggoda.
"Apa kau yakin..." bisik Haechan dengan jemari yang mulai menyentuh surai hitam Mark dengan perlahan. "...nyalimu sebesar itu untuk 'menyerangku' di ranjang, hm?"
Seiring dengan jemari Haechan yang semakin bersemangat memainkan surai hitamnya. Mark yang merasa bila pengendalian dirinya semakin menipis pun, lantas terkekeh geli sebagai pengalihan. Sebelum memutuskan untuk benar-benar melepaskan segala sentuhannya pada Haechan dalam sekejab, diiringi tubuhnya yang mulai ikut terbaring di samping sahabatnya itu.
"Maaf, Yang Mulia Pangeran," ucap Mark masih di tengah kekehan gelinya. "Sepertinya aku cukup pengecut untuk benar-benar melakukannya."
Haechan sendiri, yang telah memprediksi hasil dari "peperangan saling menggoda" di antara mereka pun, tak kuasa untuk tidak ikut terkekeh, karena merasa begitu senang mampu mengalahkan Mark pada situasi seperti ini.
Tentu saja.
Mark terlalu lembut dan baik hati untuk semua itu.
Apalagi Haechan juga tahu bila Mark bukanlah tipe sebajingan itu untuk 'menyerang' orang asing di ranjangnya, yangmana sifat tersebut merupakan ciri khas dari para Lemurian, sebagai manusia yang kesehariannya dekat dengan aktivitas spiritual; pengendalian nafsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Fanfiction"Kau... punya seribu alasan untuk meninggalkanku. Kenapa tetap bertahan?" "Tentu saja karena aku juga punya seribu alasan untuk tetap berada di sisimu. Kenapa aku harus meninggalkanmu?" *** Sebagai Pangeran Atlantis, Haechan sadar bila takdir sama s...