"Hanya perasaanku saja, atau justru kau yang terlihat bersemangat dengan kondisi Atlantis dan Lemuria saat ini?"
Siang hari di Danau Lemuria kali ini memang terhiasi langit berawan. Seakan-akan bendungan air tengah dipersiapkan untuk dihujankan pada Bumi melalui rintik-rintiknya di kemudian waktu.
Selama itulah.
Pesawat piringan Vimana milik Pangeran Jeno yang telah beralih fungsi menjadi peristirahatan pribadinya, tampak memperoleh tamu berupa sosok menawan Haechan khas dengan mahkota minimalis indah miliknya, berbalutkan megahnya setelan jubah pangeran yang melilit sempurna tubuh semampainya.
"Dibandingkan aku, justru sikapmu yang tampak tenang seperti inilah yang membuatku sedikit takut."
"Huh?"
Tak lagi mengintip keindahan pemandangan mekaran bunga lotus dari jendela kaca di sampingnya. Saat ini manik hazel Haechan telah sepenuhnya terarah pada Jeno dengan kernyitan heran di kening.
"Takut kenapa?" lanjut Haechan kembali bertanya.
Tak lantas menjawab. Jeno yang tadinya terlihat sibuk membereskan meja kerjanya, seketika terhenti hanya untuk berjalan menghampiri Haechan di serambi Vimana miliknya, kemudian mendudukan diri di kursi yang berseberangan dengan "kakak"nya itu.
"Pangeran Haechan El Allerick. Kekasihmu, Mark El Nerro pingsan kemarin," ucap Jeno dengan nada sangat serius. "Kau tidak khawatir padanya? Atau rasa cintamu pada Si Nerro itu sudah hilang?"
"A-Apa sih?!"
Bukannya membalas dengan lugas, Haechan justru sedikit membentak Jeno dengan wajah merona merah; malu bercampur senang tak terbantahkan saat mendengar Jeno "menuduh" Mark sebagai kekasihnya.
Meski... yah.
Yah...
Belum ada peresmian yang terucap antara keduanya.
Tapi yah.
Yah, "tuduhan" Jeno pada hubungan mereka boleh juga lah ya?
"Serius. Aku bahkan melihatmu sempat tersenyum saat menyaksikan Si Nerro itu pingsan secara tiba-tiba," balas Jeno terlihat ngotot. "Sungguh ekspresimu kemarin benar-benar mirip psikopa—argh!"
"Berhenti berbicara sembarangan!" hardik Haechan setelah menyentil keras pipi Jeno dengan jari lentiknya.
"Ish... sakit tahu!" protes Jeno sambil mengelusi pipinya.
"Salahmu sendiri berbicara yang tidak-tidak!" balas Haechan tidak mau kalah.
"Apanya yang tidak-tidak?! Jelas-jelas reaksimu kemarin benar-benar aneh, tahu!" ucap Jeno ngotot. "Atau jangan-jangan kalian berdua memang sedang merencanakan sesuatu?!"
Tak lagi merasa iritasi seperti sebelumnya. Kali ini Haechan justru membalas tuduhan Jeno tersebut dengan senyum sangat manis.
"Menurutmu?" ucap Haechan dengan nada terkesan main-main.
Seketika Jeno memutar kedua bola matanya bosan.
"Ck, apapun rencana kalian itu. Pokoknya jangan sampai menimbulkan bahaya seperti kemarin-kemarin!" wanti-wanti Jeno.
Haechan sendiri hanya membalas ucapan Jeno itu dengan tawa renyah nan singkat. Karena setelahnya percakapan di antara kedua saudara tersebut terhiasi keheningan sejenak.
"Tapi kalau boleh jujur..." ucap Jeno kembali memulai percakapan. "Aku lumayan terkesan dengan kemampuan berdiplomasi kekasihmu itu."
Lagi-lagi Haechan hanya membalasnya dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Fanfiction"Kau... punya seribu alasan untuk meninggalkanku. Kenapa tetap bertahan?" "Tentu saja karena aku juga punya seribu alasan untuk tetap berada di sisimu. Kenapa aku harus meninggalkanmu?" *** Sebagai Pangeran Atlantis, Haechan sadar bila takdir sama s...