"Senior Mark kenapa sih? Tidak enak badan?"
Masih dalam penyamarannya sebagai pribumi pada umumnya. Berbekal kedua tangan yang bertumpu pada sisi ranjang, Pangeran Chenle sengaja berdiri dengan paha bagian depannya yang bersandar pada dipan penuh ekspresi keheranan. Usai mendapati sosok Mark masih saja meringkuk di ranjang, yang tentunya tersedia di kabin kamarnya sendiri.
Bukan tanpa alasan.
Sebab.
Sebenarnya Chenle sendiri cukup peka. Tentang perubahan kondisi Mark yang lumayan siginifikan, yang entah mengapa lebih banyak berdiam dengan kepala tertunduk, berbekal telapak tangan yang tiada henti menutupi wajahnya sendiri yang terlihat memerah hebat.
Awalnya.
Chenle pikir mungkin kondisi Mark tersebut disebabkan oleh cuaca siang hari yang lumayan terik, di tambah lagi mereka harus mengantri kurang lebih selama tiga jam hanya untuk memasuki pelabuhan saking banyaknya orang yang ingin berlayar. Sehingga membuat hawa dari kereta kuda mereka menjadi panas, yangmana itu berdampak pada kondisi fisik Sang Senior, yang ia ketahui memang tak begitu tahan terhadap hawa panas tersebut.
Harusnya seperti itu.
Jika saja praduga Chenle tak langsung terbantahkan oleh sebuah fakta. Berupa wajah Mark yang masih memerah sempurna, bahkan setelah keempatnya dinyatakan lolos pemeriksaan oleh pihak pelabuhan, untuk menaiki kapal mewah yang sebenarnya dikhususkan bagi orang penting yang dimaksud oleh Sang Kusir waktu lalu.
Lebih dari itu.
Di kala kapal mewah yang mereka tumpangi ini pun telah memulai pelayarannya untuk mengarungi samudera seperti saat ini. Semburat oranye keunguan di langit luas yang mampu Chenle tangkap dari jendela kabin kamar Mark, seakan menjadi saksi dari kondisi Sang Senior yang tampaknya tak akan kunjung kembali menjadi normal dengan cepat. Terbukti dari sosok Mark yang sama sekali tidak memiliki tanda-tanda untuk segera keluar dari selehai selimut tipis, yang kini tengah mengurung tubuhnya bagaikan kepompong tersebut.
Sungguh sebuah kondisi dari Mark yang berhasil membuat Sunhee menjadi semakin khawatir. Meski semua itu tak menghalanginya untuk segera membalas pertanyaan dari Chenle barusan.
"Sepertinya begitu, Pange—"
"Ssh! Lele, Sunhee! Panggil aku Lele!"
Secepat Chenle memotong ucapan Sunhee yang nyaris memanggilnya dengan embel-embel kebesarannya itu. Secepat itu pula ia kembali berkata.
"Dinding memang bisu. Tapi siapapun di baliknya punya kesempatan untuk mencuri dengar segalanya," peringat Chenle penuh kiasan. "Berbahaya sekali kalau kau memanggilku 'sesopan' itu kan?"
Sebagai balasan, Sunhee sendiri hanya bisa meringis canggung, yang menandakan bila ucapan Sang Pangeran Kedua Lemuria itu, memang sangat masuk akal untuk situasi mereka saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Fiksi Penggemar"Kau... punya seribu alasan untuk meninggalkanku. Kenapa tetap bertahan?" "Tentu saja karena aku juga punya seribu alasan untuk tetap berada di sisimu. Kenapa aku harus meninggalkanmu?" *** Sebagai Pangeran Atlantis, Haechan sadar bila takdir sama s...