Bukannya merasa gentar, Jaemin justru menyeringai kecil setelah menemukan bila cara yang ia gunakan itu sangat ampuh untuk membuat Mark muncul dari persembunyiannya. Meski itu harus mengorbankan pergelangan tangannya yang sedikit nyeri oleh karena genggaman Mark lumayan erat.
Padahal, Jaemin tidak ada niatan untuk melukai Haechan. Tapi sepertinya pancingan Jaemin juga efektif untuk membuat Mark menjadi sangat siaga demi melindungi orang yang ia cintai tersebut.
Hah...
Dasar bucin.
"Apa maksudmu menggenggam tangan orang lain di depan mata kekasihmu sendiri, Senior Mark?"
Terkesiap. Mark yang terjebak oleh permainan kata dari Jaemin barusan seketika melepas genggamannya. Hanya untuk membuat Jaemin terkekeh penuh kemenangan, diiringi refleks dari jemari Haechan yang langsung memijat keningnya sendiri sangat pening.
Betapa tidak?
Ternyata mau seliar dan sepanas apapun Mark di atas ranjang, yang namanya seekor bayi singa sepertinya tetap saja akan bersikap lugu jika sudah berhubungan dengan urusan dikerjai.
Astaga.
Pantas saja para Dreamis Lemuria suka sekali menjadikannya bulan-bulanan untuk digodai.
Meski reaksinya menggemaskan, tapi ya kalau semua itu muncul di waktu yang tidak tepat—
"Baiklah, cukup main-mainnya," ucap Jaemin seraya menghadap secara tegas pada Mark. "Berhenti berbuat onar. Pulang denganku sekarang atau Senior hanya akan membuat Ketua Taeyong dan yang lainnya semakin mengkhawatirkan Senior."
"..."
Perkataan Jaemin barusan terlalu berterus terang penuh dengan fakta hingga berhasil membuat Mark terdiam seketika.
Bagaimana pun, ketika kegelisahan hatinya membuat Mark segera ingin menemui Haechan. Mark akui bila itu merupakan tindakan yang sedikit gegabah, karena tidak mempertimbangkan perasaan orang-orang di sekitarnya yang akan terdampak oleh tindakan nekatnya itu.
Kini, ketika Jaemin seorang diri sampai menyusulnya untuk menyeretnya pulang. Mark lantas tersadar bila ini memang bukan waktu baginya untuk tetap bertindak kekanak-kanakan dengan menuruti seluruh kata hatinya.
Maka dari itu.
Mark yang sebenarnya sangat enggan untuk pergi karena masih ada yang ingin ia bicarakan dengan Haechan—yang rencananya akan ia utarakan sehabis pergumulan ranjang mereka, tadi. Kini hanya bisa menatap begitu memelas pada Haechan dengan ekspresi merajuk, karena tidak bisa mengelak kalau dirinya memang harus kembali pulang bersama Jaemin.
Haechan sendiri menanggapinya dengan tawa geli.
"Kita masih punya banyak waktu," ucap Haechan pada Mark diiringi anggukan kecil. "Beristirahatlah yang cukup."
Mark tak kuasa untuk mengerucutkan bibirnya semakin merajuk.
"Hyuckie—"
"Jangan merepotkan Tuan Xander lagi," lanjut Haechan di tengah senyum gelinya. "Jadilah 'murid' yang baik dan benar untuknya jika kau ingin membuktikannya padaku sesuai janjimu."
"..."
Tak lagi merajuk, Mark justru menanggapi ucapan Haechan tersebut dengan senyuman.
"Aku akan," balas Mark seraya menganggukan kepalanya penuh kepastian.
Dibalas pula oleh senyum tak kalah manis dari Haechan. Jaemin yang lumayan jengah dengan tingkah Mark dan Haechan yang malah mempertontonkan kebucinan mereka secara ugal-ugalan di depan matanya pun, lantas memutar kedua bola matanya bosan seraya berjalan menghampiri Jeno yang masih terdiam kebingungan di dekat jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Fiksi Penggemar"Kau... punya seribu alasan untuk meninggalkanku. Kenapa tetap bertahan?" "Tentu saja karena aku juga punya seribu alasan untuk tetap berada di sisimu. Kenapa aku harus meninggalkanmu?" *** Sebagai Pangeran Atlantis, Haechan sadar bila takdir sama s...