Sedalam Jeno berusaha memahami segalanya, sedalam itu pula dirinya bagaikan terjebak pada arus air tak berujung, yang semakin membuatnya terombang ambing pada ribuan tanya yang menghempas benaknya.
Sungguh.
Jeno hanya tidak mengerti.
Sangat tidak mengerti, mengapa manik hazel Haechan mampu membiaskan kelembutan semutlak itu, tepatnya saat bibir ranumnya tengah mengutarakan makna dari keberadaan Mark di hidupnya.
Jeno sama sekali tidak mengerti.
Mengapa dalam lima tahun sejak pertemuan keduanya di Lemuria, Haechan bisa memiliki perasaan sedalam itu pada Mark, yang bahkan kata cinta sekalipun tidak cukup mampu untuk mendeskripsikan segalanya.
Iya.
Hanya dari untaian nada bicara Haechan ketika membicarakan Mark seminggu yang lalu, Jeno bisa merasakannya dengan begitu jelas.
Sebuah rasa, yang digadang-gadang sebagai level tertinggi dari seluruh spektrum emosi yang dimiliki manusia, berupa bias dari kemurnian hati tak terbantahkan, yang bahkan selalu Jeno anggap sebagai mitos akibat keberadaannya yang terlalu langka.
Itu adalah ketulusan.
Ketulusan yang tersimpan rapat di setiap serpihan jiwa Haechan, yang terkesan sama sekali tidak bercanda saat mengatakan bila Mark adalah segalanya bagi dirinya.
Benar-benar definisi dari segalanya, yang begitu membuat Jeno sangat khawatir Haechan akan memberikan seluruh nyawanya sekalipun, kepada orang yang tak sepantasnya mendapatkan perasaan semurni itu.
Iya.
Meski Jeno akui dirinya tak seperti Sang Putra Mahkota Atlantis; kakak tertuanya, yang terkenal seantero negeri begitu protektif kepada Pangeran Haechan. Namun bukan berarti rasa sayang Jeno pada sang saudara yang lebih muda dua bulan darinya itu, lantas mampu dikatakan kurang dari segala curahan cinta yang Haechan terima, di sepanjang hidupnya sebagai anak bungsu, maupun sebagai permata paling berharga yang dimiliki oleh Kerajaan Atlantis.
Tentu saja tidak.
Jeno amat menyayangi Haechan hingga ke lubuk hatinya.
Dengan alasan semacam itu, Jeno sama sekali tidak merasa dirinya sedang membuang-buang waktu saat ini. Tepatnya setelah nyaris dua jam lebih pada suatu siang yang terik, ia terus saja mengamati Mark yang tampaknya sedang bermeditasi seorang diri di pinggir danau, dari balik rimbunan celah semak-semak yang berhasil menyembunyikan penyamarannya sebagai rakyat jelata.
Iya.
Pada akhirnya setelah hampir seminggu Jeno terus bertanya-tanya akan alasan dari Haechan yang bisa jatuh sedalam itu pada Mark hanya dalam kurun waktu lima tahun. Ia memutuskan untuk mengikuti jejak Haechan selama ini, dengan menyamar sebagai salah satu penduduk dari Kerajaan Arkais, demi memperlancar niatnya untuk memata-matai salah satu dari Dreamis yang dimiliki oleh Kerajaan Lemuria tersebut.
Bukan tanpa maksud sama sekali.
Sebab, selain Jeno ingin memastikan dengan standarnya sendiri, apakah Mark memang pantas mendapatkan segala kemurnian hati Haechan. Ia juga ingin mengetahui orang seperti apakah laki-laki bernama Mark ini, hingga berhasil membuat Haechan terkesan sangat rela menyerahkan segalanya pada dirinya seo—
"Kupikir siapa yang sedang iseng mengawasi Senior Mark seniat itu."
DEG!
DEG!
DEG!
"Ternyata hanya seekor serangga ya?"
BUUUUMMMM!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Fanfiction"Kau... punya seribu alasan untuk meninggalkanku. Kenapa tetap bertahan?" "Tentu saja karena aku juga punya seribu alasan untuk tetap berada di sisimu. Kenapa aku harus meninggalkanmu?" *** Sebagai Pangeran Atlantis, Haechan sadar bila takdir sama s...