"Bagaimana kondisi putraku saat ini?"
"..."
Seorang lelaki paruh baya berjubah putih itu memang sengaja tak segera membalas pertanyaan yang terlontar kepadanya. Oleh karena kernyitan di keningnya yang menandakan setitik kegelisahan untuk menyampaikan hasil yang ia peroleh, setelah memeriksa kondisi Pangeran Haechan yang kini tengah terbaring di ranjangnya sendiri dalam kondisi masih tidak sadarkan diri.
Betapa tidak?
Kekacauan yang sempat terjadi di Selter Atlantis pada siang hari penuh kebekuan telah berlalu. Seakan mempertegas bila waktu sedang berjalan dengan semestinya, langit berawan salju yang sebelumnya masih sedikit mengizinkan cahaya mentari untuk menyinari Bumi pun tak lagi tampak, akibat singgasana matahari yang dilengserkan secara perlahan oleh singsingan rembulan petang.
Selama itulah.
Terlepas dari fakta tentang Sang Raja Atlantis yang sempat membius Pangeran Haechan dengan plasma medis miliknya.
Tapi, sungguh.
Tidak semestinya Pangeran Bungsu Atlantis di hadapannya ini terus terlelap pada ketidaksadarannya hingga saat ini. Jika memang plasma medis Atlantis sudah memberikan penanganan darurat sebelumnya.
Maka dari itu.
Keterdiaman Sang Dokter Kerajaan Atlantis kali ini lebih tepatnya untuk mempersiapkan sebuah jawaban yang sekiranya mampu diterima oleh Sang Raja Atlantis di hadapannya. Atau kalau tidak, bisa jadi kepalanya akan menyusul rekan-rekan sejawatnya terdahulu yang riwayatnya dipastikan tamat dalam penggalan pedang Raja Johnny.
Meski demikian, Sang Dokter yang tahu bila terdiam lumayan lama juga tak akan menjamin kalau kepalanya tetap utuh, pada akhirnya mengumpulkan keberaniannya untuk mengucapkan rangkaian kata yang telah dipersiapkan.
"Yang Mulia, luka tusuk di dada Pangeran Haechan sama sekali tidak mengenai titik vital di tubuhnya. Sehingga plasma medis mampu mempercepat pemulihannya. Hanya saja..."
Sekali lagi Sang Dokter tampak kehilangan kata-katanya. Hingga berhasil menciptakan tatapan sangat dingin di retina mata Johnny saat bibirnya mulai berucap.
"Hanya saja?"
Nada bariton rendah milik Johnny tersebut memang terdengar sangat datar. Namun Sang Dokter tetap saja meneguk ludahnya secara kasar, terlebih ketika retina matanya tak sengaja menemukan telapak tangan Johnny telah menggenggam gagang pedang di pinggangnya sendiri.
Dengan demikian, Sang Dokter tak kuasa segera jatuh berlutut di hadapan Johnny tanpa bisa menyembunyikan ekspresi ketakutannya, diiringi getaran dari bibirnya yang bersusah payah untuk berkata.
"Ya-Yang Mulia! Ma-Maafkan aku! Ta-Tapi memang ada yang ja-janggal pada tu-tubuh Pangeran Haechan!"
Kali ini Johnny benar-benar menggenggam gagang pedangnya sangat erat.
"Apa yang janggal?"
"Di-Di sekujur tubuh Pa-Pangeran Haechan tersebar ke-kepingan asing yang menimbulkan pe-percikan listrik! Ka-Karenanya sistem saraf Pangeran Haechan sedikit te-terganggu hingga membuatnya tidak sadarkan diri le-lebih lama dari yang seharusnya!"
"Kepingan asing?"
Tak hanya berucap, Johnny bahkan mulai menarik sedikit pedang di pinggangnya.
"Percikan listrik?"
Tanpa mampu mengendalikan rasa takutnya, Sang Dokter menganggukan kepalanya berulang kali dengan cepat.
"Lalu kapan Pangeran Haechan akan terbangun dari pingsannya?" tanya Johnny lagi masih dengan nada datar yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Fanfiction"Kau... punya seribu alasan untuk meninggalkanku. Kenapa tetap bertahan?" "Tentu saja karena aku juga punya seribu alasan untuk tetap berada di sisimu. Kenapa aku harus meninggalkanmu?" *** Sebagai Pangeran Atlantis, Haechan sadar bila takdir sama s...