Mark tidak menyangka, bila halaman luas di Kerajaan Lemuria yang biasanya sepi penghuni itu, kini telah dipenuhi oleh seluruh penduduk Lemuria. Termasuk para anggota dari Ketujuh Fraksi, yang terlihat sedang berbaris rapi di sisi kiri dan kanan, dari sebuah jalan berlapis karpet biru yang menjulur panjang di tengahnya.
Setidaknya situasi inilah, yang kembali mampu menggiring bias dari manik obsidian Mark untuk terfokus pada satu arah; pada sosok familiar Sang Pendeta Agung, yang sedang berdiri di atas podium kecil berlatar rangkaian dedaunan dan bunga yang indah di ujung sana.
Berkat pemandangan itu, seketika Mark tak mampu lagi menahan jantungnya agar tidak berdebar begitu kencang.
Sungguh.
Sebab, Mark hanya tidak menyangka. Bila kegugupan yang ia pikir tak akan melanda benaknya itu, justru malah terasa pada momen sekrusial ini.
Lucu sekali.
Padahal sebelum Upacara Penobatan dirinya menjadi seorang Dreamis ini dimulai. Mark merasa dirinya akan baik-baik saja, dan begitu yakin jika ia mampu melewati segala prosesnya hingga akhir dengan khidmat.
Namun apa mau dikata.
Debaran yang Mark rasakan di jantungnya saat ini seakan memperjelas pengkhianatan dari reaksi tubuhnya, berupa tahanan napas penuh kegugupan tak terelakkan, tepat ketika Sang Pendeta Agung kembali berucap.
"Dengan keagungan dan berkah yang terlimpah oleh Semesta."
"..."
"Kepadamu Sang Terpilih, Sang Kesatria, Sang Penjaga."
"..."
"Waktu bagimu untuk mengabdikan jiwa dan raga telah tiba."
"..."
"Sang Dreamis Keenam dari Kerajaan Lemuria, Mark El* Nerro!"
Diiringi riuh suara tepuk tangan dari seluruh penghuni yang ada, Mark malah merasakan jantungnya semakin berdebar tak karuan. Apalagi saat manik obsidiannya kini bertatapan langsung dengan Sang Pendeta Agung, yang tengah melempar senyum tipis penuh rasa bangga kepadanya.
Ugh.
Mendapati reaksi semacam itu, secara mendadak Mark justru merasa begitu berdosa, akan rasa bersalah yang kini bersarang di benaknya.
Bukan tanpa alasan.
Sebab, sepertinya Mark baru menyadari, bila di sepanjang sesi pengantar yang sudah seharusnya berlangsung selama setengah jam itu, tepat sebelum Sang Pendeta Agung menobatkan Mark sebagai salah satu Dreamis di Kerajaan Lemuria.
Mark...
...malah mematung penuh pikiran yang berkecamuk, saking gugupnya selama mengikuti seluruh prosesi penobatan, hingga tidak mengingat detail apapun dari segala petuah yang diberikan Sang Pendeta Agung kepadanya.
Sumpah.
Demi Dewi Agung Althea*.
Mark sangat yakin. Jika ia sampai ketahuan tidak fokus di upacara sepenting ini, sudah pasti nyawanya akan hilang terlebih dahulu di tangan adiknya, bahkan sebelum para pemimpin dari masing-masing fraksi sempat membunuhnya.
Karenanya, secepat mungkin Mark segera mengumpulkan fokus, dimulai dengan menegapkan postur tubuhnya. Setelah itu, Mark mulai berjalan selangkah demi selangkah menuju podium, dimana Sang Pendeta Agung dan Sang Raja Lemuria yang saling berdiri berdampingan itu sedang menunggunya.
Seakan alam dan seisinya turut merayakan penobatan Mark sebagai Dreamis. Juntaian jubah biru dongker berhiaskan garis emas berukir megah yang membalut tubuhnya pun, tampak terayun lembut oleh angin hingga meninggalkan kesan penuh kharisma, seiring dengan langkahnya yang kian memangkas jarak begitu perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Fanfiction"Kau... punya seribu alasan untuk meninggalkanku. Kenapa tetap bertahan?" "Tentu saja karena aku juga punya seribu alasan untuk tetap berada di sisimu. Kenapa aku harus meninggalkanmu?" *** Sebagai Pangeran Atlantis, Haechan sadar bila takdir sama s...