Dari sekian kerajaan yang ada muka Bumi. Satu hal yang Pangeran Jeno ketahui dengan pasti, bahwa Kerajaan Etruria memang terkenal sekali dengan hasil panennya yang melimpah ruah. Oleh karena tanah yang mereka pijak memiliki tingkat kesuburan lebih tinggi dibandingkan benua lain.
Dengan alasan semacam itu.
Bukan hal yang mengherankan ketika di sepanjang Jeno melangkahkan kakinya di dalam area Festival, deretan stan yang ia lalui lebih banyak menampilkan berbagai jenis makanan dan cemilan. Sehingga cukup berhasil membuatnya merasakan lelah, selama menjalankan improvisasi misinya untuk mengekor pada Chenle dan Jisung sampai sekarang.
Benar sekali.
Nyaris satu jam telah berlalu, yangmana semua itu Jeno habiskan untuk membuntuti Chenle dan Jisung dalam diam.
Bukan hal yang sia-sia sebenarnya.
Karena bagi Jeno, keputusannya untuk batal mengawasi "Sang Kakak" alias Pangeran Haechan sudah sangat tepat. Lantaran berkat ketidaksopanannya menguntit "kencan" sepasang insan manusia tersebut. Tanpa diduga-duga Jeno benar-benar mampu mendapatkan informasi, tentang sosok menawan yang berhasil menarik minatnya alias Jaemin El Xander.
Banyak sekali.
Sebanyak itu.
Termasuk tentang Jaemin yang tidak menyukai buah stoberi.
Termasuk tentang Jaemin yang sangat menyukai bermacam bubuk kopi.
Termasuk tentang Jaemin yang tergila-gila dengan makhluk mini sejenis kucing-kucingan...
...bahkan sampai fakta tentang Jaemin yang merupakan seorang yatim-piatu sejak kecil, karena seluruh anggota keluarga kandungnya tewas saat invasi Atlantis di Lemuria berpuluh tahun yang lalu.
Entahlah.
Antara bersimpati atau merasa lumayan bersalah. Pada akhirnya Jeno tahu bahwa masa lalu tidak akan bisa diubah. Bahkan jika salah satu Fraksi di Kerajaan Lemuria memiliki kekuatan supernatural yang mampu berkunjung ke masa lalu. Maupun teknologi Atlantis di masa depan yang berkemungkinan juga mampu menciptakannya.**
Yang jelas.
Satu hal yang Jeno ketahui sangat pasti, bahwa ternyata apa yang sedang diperjuangkan Haechan saat ini; kedamaian Lemuria dan Atlantis, adalah hal yang Jeno rasa sangat perlu untuk segera diwujudkan. Sebelum anak-anak tak berdosa yang sudah telanjur lahir di muka Bumi ini, memiliki nasib yang serupa dengan Jaemin; menyaksikan dengan kedua bola matanya sendiri, bagaimana kedua orang tuanya mati tepat di hadapannya.
Awalnya.
Jeno sama sekali tidak mengerti, dan sedikit tidak merasa nyaman. Ketika entah bagaimana sejarahnya, pemuda bernama Chenle yang sedang ia buntuti itu, bisa membicarakan topik tentang orang-orang terdekatnya hingga pada tahap lumayan sensitif.
Atau mungkin yah, karena pada dasarnya Chenle suka sekali berbicara—menggosip lebih tepatnya.
Atau karena memang sedekat dan senyaman itu Chenle berada di sisi pemuda bernama Jisung tersebut, sampai selepas itu membicarakan berbagai topik mendalam.
Atau... uhm, yah, memang sudah selancang itu Jeno mengekor pada mereka, karena bisa sampai mencuri dengar berbagai hal yang seharusnya tidak berhak ia ketahui.
Mohon maaf sebesar-besarnya.
Sungguh.
Ingin sekali rasanya Jeno meminta maaf, karena memang bukan untuk itulah tujuan awal Jeno mengekor pada mereka secara diam-diam.
Tapi... karena sudah telanjur mengetahuinya. Tentunya hal yang bisa Jeno lakukan adalah, hanyalah berusaha sebisa mungkin menyimpan rapat-rapat semua informasi itu sebagai rahasia, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Fanfiction"Kau... punya seribu alasan untuk meninggalkanku. Kenapa tetap bertahan?" "Tentu saja karena aku juga punya seribu alasan untuk tetap berada di sisimu. Kenapa aku harus meninggalkanmu?" *** Sebagai Pangeran Atlantis, Haechan sadar bila takdir sama s...