Ini bukan pertama kalinya bagi Pangeran Jeno untuk bertatap muka secara langsung dengan Jaemin El Xander.
Setidaknya itulah yang terlintas di benak Haechan. Ketika pada akhirnya ia menyetujui ajakan dari "adik"nya tersebut untuk menyambut kedatangan Sang Dreamis Kedua Lemuria dan Sang Pemimpin Fraksi Nerro di gerbang masuk selter Atlantis.
Berawal dari senyum ramah yang tersungging di bibir Ketua Taeyong ketika memandang ke arah Haechan dan Jeno secara bergantian. Xiaojun El Cora yang ternyata telah tiba terlebih dulu sebelum kedua Pangeran Atlantis tersebut, lantas segera mendampingi Ketua Taeyong untuk menemui Sang Raja Atlantis di salah satu Vimana megah yang berada di pusat selter.
Dengan demikian, tinggallah Jaemin seorang diri di hadapan Haechan dan Jeno. Tentunya dengan tujuan untuk membahas tentang progress dari sokongan sandang-pangan Atlantis, yang diberikan pada rakyat Lemuria sebagai kompensasi dalam bentuk bantuan.
Harusnya seperti itu.
Harusnya segera keduanya bertemu, baik Jeno maupun Jaemin segera terlibat ke dalam percakapan berbobot yang membahas perihal itu.
Dan harusnya, selama itu Haechan hanya terdiam mendampingi Jeno, sekaligus mendengarkan segala informasi yang akan diperbincangkan oleh keduanya.
Tapi sumpah.
Sumpah.
Sungguh.
Keheningan macam apa yang justru tengah Haechan hadapi sekarang, oleh karena Jeno maupun Jaemin yang tak kunjung mengindikasikan ingin berbicara satu sama lain itu?
Bahkan di mata Haechan saat ini, Jaemin hanya terus saja terdiam dengan ekspresi sangat datar. Mirip dengan kondisi Jeno yang juga turut terdiam. Walau sirat kegugupan lah yang lebih mendominasi wajah Jeno.
Gara-gara itu, tanpa bisa dicegah Haechan sampai menerka-nerka, tentang percakapan macam apa yang sekiranya telah terjadi antara Jeno dan Jaemin kemarin dalam memutuskan segala sesuatunya, jika komunikasi keduanya didominasi oleh keheningan semacam ini.
Serius.
Canggung sekali.
Jangan bilang interaksi Jeno dan Jaemin sebelumnya pun juga seperti ini?
Makanya Jeno sengaja mengajak Haechan, setidaknya untuk dijadikan tumbal sebagai penengah di antara keduanya, mungkin?
"Tuan Xander," sapa Haechan terlebih dulu pada akhirnya. "Ini pertama kalinya kita bertemu," lanjutnya seraya tersenyum ramah. "Perkenan aku—"
"Tidak perlu membuang waktu untuk formalitas, Yang Mulia Pangeran Haechan," balas Jaemin dengan segera, berbekal sebuah senyum yang tampak terpaksa ia sungging di bibirnya. "Ini tidak seperti aku belum pernah sama sekali bertemu denganmu. Aku hanya ingin langsung pada intinya saja."
Baiklah.
Kurang-lebih Haechan paham sekarang mengapa Jeno terus-terusan memilih bungkam.
Ternyata karena cara bicara Jaemin yang cenderung dingin dan ketus tersebut. Sehingga membuat Jeno mencari aman dengan sebisa mungkin tak mengucap apapun, agar Jaemin merasa tidak semakin iritasi dengan situasi yang sepertinya tidak ia kehendaki ini?
Situasi yang membuatnya menjadi perantara antara kedua Kerajaan sementara disebabkan oleh tumbangnya Mark?
Meski sedikit kikuk di awal, Haechan yang pada akhirnya memilih untuk tak mengambil pusing sikap dingin Jaemin pun tetap mempertahankan senyum ramahnya saat berkata.
"Tentu, Tuan Xander. Kalau begitu ikutlah bersama kami. Karena sepertinya situasi sekitar saat ini sama sekali tidak mendukung bagi kita untuk berbicara secara nyaman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
Fanfiction"Kau... punya seribu alasan untuk meninggalkanku. Kenapa tetap bertahan?" "Tentu saja karena aku juga punya seribu alasan untuk tetap berada di sisimu. Kenapa aku harus meninggalkanmu?" *** Sebagai Pangeran Atlantis, Haechan sadar bila takdir sama s...