Kilas CXVIII: "Sebuah Ikatan"

259 41 19
                                    

Bukan tanpa alasan mengapa Taeyong bisa mengatakan demikian.

Sebab, bagaimana pun. Ketika pertarungan antara Hendery dan Mark terjadi, Taeyong menyaksikan segalanya.

Termasuk mimik wajah Johnny ketika memantau pertarungan itu dalam bayang, yang menyiratkan nostalgia tak terbantahkan saat arah pandangnya jatuh pada Mark.

Mark yang berdiri tegak untuk menentang Hendery.

Mark yang dengan tegas mengatakan akan memperjuangkan Haechan.

Mark yang bertekad akan menjadi pendamping yang sepadan bagi Haechan.

Adalah bukti nyata dari Taeyong yang merasa kebanggaan tak terhingga karena telah membesarkan putra asuhnya, disebabkan oleh sikap gigih dan pantang mundur darinya yang berhasil membuat Johnny terkesan.

Setidaknya.

Jika saja Hendery tidak mengacau dengan melukai Haechan. Taeyong yakin Sang Raja Atlantis akan benar-benar memiliki kesan yang baik pada Mark; tidak seperti saat ini, yang terkesan tak begitu baik karena menganggap Mark gagal dalam melindungi putranya.

Meski demikian.

Setelah direnungkan kembali, Taeyong yang tak sengaja menyadari sebuah "kejanggalan" yang cukup menarik pun lantas berkata.

"Sejak kapan kau tahu kalau putramu berhubungan dengan putraku?"

Johnny membalasnya dengan senyum terhibur.

"Kau sendiri?" ucap Johnny malah bertanya balik. "Sejak kapan kau tahu kalau putra asuhmu itu merayu seorang Pangeran Atlantis?"

Taeyong lantas mendengus kecil.

"Jangan terlalu percaya diri. Aku sangat yakin kalau lima tahun lalu, Pangeran Bungsumu lah yang sengaja menggoda putraku terlebih dulu."

Johnny terbahak seketika.

"Oh? Lima tahun lalu ternyata?" balas Johnny sedikit mengejek. "Lebih singkat dari dugaanku."

"Singkat?" tanya Taeyong seraya menautkan kedua alisnya keheranan. "Kenapa singkat?"

Ada alasan tersendiri mengapa Taeyong tidak merasa kalau lima tahun itu merupakan durasi yang terbilang singkat.

Sebab, seingat Taeyong.

Sejak lima tahun lalu. Tepatnya setiap seminggu sekali di hari Sabtu. Mark selalu saja terlihat sumringah kala meminta izin padanya untuk bermeditasi ataupun berlatih di Danau Lemuria.

Jangan khawatir.

Tidak ada yang bodoh dalam kasus ini. Karena Taeyong pun cukup jeli untuk menyadari bila itu hanyalah akal-akalan putra asuhnya, demi menemui seorang sangat spesial yang sepertinya belum berkenan diperkenalkan kepada Taeyong.

Hanya saja, di saat itu, sama sekali tidak pernah terlintas di benak Taeyong. Bahwa sosok spesial yang membuat Mark menjadi berseri-seri sepanjang hari setelah pertemuan keduanya, adalah seseorang dari kerajaan musuh, yang merangkap sebagai pangeran sekaligus.

Mana Pangeran Bungsu Atlantis pula.

Permata Atlantis yang selalu dielu-elukan oleh rakyatnya bagaikan dewa pula.

Dan lagi, seorang putra dari mendiang sahabat baik Taeyong semasa hidup pula?

Astaga.

Benar-benar paket komplit bagi Mark untuk menghantarkan nyawanya secara cuma-cuma pada Atlantis.

Sungguh.

Kala itu Taeyong ingat kepalanya sempat merasa sangat pening. Meski pada akhirnya ia tetap berpura-pura tidak mengetahui apapun karena lebih memilih untuk menyerahkan segalanya pada takdir.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang